Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Why I'm Still Visiting Indonesia? (The Sydney Morning Herald)

1 Mei 2015   17:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430475649418909570

[caption id="attachment_381200" align="aligncenter" width="496" caption="foto: the Sydney Morning Herald"][/caption]

”Why I’m Still Visiting Indonesia?”(sumber : The Sydney Morning Herald)

Pasca eksekusi duo Bali Nine, berbagai reaksi bertebaran dimana mana. Ada yang pro dan kontra. Ada akun yang berkoar koar untuk boikot wisata ke Indonesia. Namun mungkin perlu disimak dengan lebih cermat sisi lain untuk mendapatkan perimbangan berita. Untuk mana ada hal menarik ,seperti judul diatas:” Why I’m still visiting Indonesia?”

Tentunya hal ini ada hubungan dengan sikap dari Tony Abbott dan Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, yang secara emosional melontarkan kalimat kalimat untuk menunjukkan kekecewaan mereka.

Judul diatas , ditulis oleh Editor dari The Sydney Morning Herald”,yang diturunkan sebagian yang esensialnya.

Susan Wyndham is the literary editor of the Herald

WhyI’m Still Visiting Indonesia?

“Although I am against capital punishment and saddened by the wasteful execution of two Australians, I will cruise on a small boat from Ambon to some of the remote islands of north-eastern Indonesia this year.”


Meskipun Saya menentang hukuman mati dan sedih dengan eksekusidua warga Australia, saya akan pesiar di perahu kecil dari Ambon ke beberapa pulau terpencil utara-timur Indonesia
Perjalanan tidak ada
urusan dengan politik dan membatalkan perjalanan saya tidak akan membantu untuk mengubah kebijakan pemerintah Indonesia.

Ketika eksekusi berlangsung, ada berapa banyak orang Indonesia, yang menyatakan simpatinya, terhadap kedua warga Australia : Sukumaran dan Chan. Adalah tidak adil.bila kita menghukum mereka .untuk pemberlakuan huluman mati dari negara, yang belum tentu mereka mendukungnya.

“There are Australians imprisoned - some on questionable grounds - all over the world, some on commuted death sentences thanks to Australian intervention. We should continue to oppose the death penalty politically, diplomatically and personally. But do we shun Malaysia and Singapore because they have hanged Australian drug traffickers, and Vietnam, where another Australian awaits execution? Or China and the US, two of 32 countries that have the death penalty for drug smuggling? Do we stay away from the US because it executed 35 of its own criminals last year?”


Orang orang Australia ada di berbagai penjara(di dunia) - beberapa alasan dipertanyakan - di seluruh dunia, beberapa yang sudah dijatuhi hukuman mati diubah berkat intervensi Australia. Kita harus terus menentang hukuman mati,melalui politik, diplomatik dan secara pribadi. Tapi apakah kita menghindari Malaysia dan Singapura karena mereka telah mengantung pengedar narkoba Australia, dan Vietnam, di mana lagi eksekusi menanti Australia?

Atau Cina dan Amerika Serikat, dua dari 32 negara yang memiliki hukuman mati untuk penyelundupan narkoba? Apakah kita tidak peduli terhadap AS karena mengeksekusi 35 penjahat sendiri tahun lalu?

.
Peran saya sebagai wisatawan adalah untuk mendidik diri sendiri tentang negara-negara yang saya kunjungi, mengakui perbedaan mereka, menghormati hukum dan tradisi mereka
..
Saya berharap untuk melihat lagi beberapa orang Indonesia yang
sangat baik pada saya.. Kami bertemu tahun lalu di Bali dan di sekitar pulau-pulau yang indah Taman Nasional Komodo. Saya lebih memilih untuk memberitahu mereka secara sopan secara pribadi apa yang saya pikirkan tentang hukuman mati daripada marah kepada mereka,untuk sesuatu yang bukan bukan kesalahanmereka.

Menteri Kehakiman Australia

Sementara itu , dapat disimak juga  pernyataaan dari Menteri Kehakiman Australia:

Menteri Kehakiman Michael Keenan mengingatkan perlunya kerjasama antara penegak hukum Australia dan Indonesia dilanjutkan mengingat hal itu terbukti telah membuat Australia aman. Pasca eksekusi dua terpidana mati Bali Nine kini mencuat perdebatan mengenai peranan Kepolisian Federal Australia (AFP) dalam proses penangkapan sembilan anak muda Australia di Bali tahun 2005.

Saat itu, pihak AFP membocorkan informasi kepada pihak berwajib Indonesia mengenai adanya sindikat yang akan menyelundupkan narkoba dari Bali ke Australia.  Atas pengembangan informasi tersebut, pihak berwajib kemudian berhasil menangkap 9 orang di Bandara Ngurah Rai dengan barang bukti narkoba jenis heroin. Yang dikenal dengan Bali Nine.

Dalam petunjuk menteri kehakiman Australia yang ditujukan kepada AFP bulan Mei tahun 2014, tidak dicantumkan rujukan yang berisi keberatan terhadap ancaman hukuman mati bagi warga Australia jika AFP membagi informasinya dengan negara lain.

Hari ini Kamis (30/4/2015) Menteri Keenan menjelaskan pedoman kerja AFP terkait berbagai informasi atas kejahatan transnasional, tidaklah berubah

(sumber : The Sydney Morning Herald/ Austrlianplus /Abc.news)

Pendapat ini , sejalan dengan apa yang di ungkapkan oleh Otoritas Qantas, bahwa hingga kini sama sekali tidak ada efek dari eksekusi duo Bali NIne. Bahkan untuk pemesanan penerbangan ke Bali untuk masa mendatang tetapi stabil. Bahkan menurut pejabat Qantas ini, bulan terakhir justru ada peningkatan yang cukup signifikan untuk penerbangan dengan tujuan wisata Indonesia.



Hari buruh Sedunia, 01 Mei, 2015

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun