Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Walaupun Tidak Mampu Didik Anak Jadi Orang Shaleh, tapi Kami Bahagia

21 Desember 2016   14:45 Diperbarui: 21 Desember 2016   15:20 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendidik anak anak,adalah hak dan kewajiban setiap orang tua.,Bagaimana mereka ingin mendidiknya ,juga menjadi hak privasi orang tua,yang tidak boleh diintervensi oleh siapapun, Ada yang mau  mendidik  anak anak ,agar kelak jadi orang orang yang shaleh,tentu saja sangat baik dan patuti diapresiasi,Tapi sebaliknya,bila ada orang tua,seperti misalnya diri saya,tidak mampu mendidik anak anak menjadi anak anak yang shaleh,apakah salah?

Apa yang dilakukan oleh orang lain,untuk mendidik putra putra mereka, tentu tidak dapat dijadikan takaran bagi orang lain,untuk mengikuti frame of thinking dari orang tua lainnya..Baik karena latar belakang pendidikan yang beda,budaya dan agama yang di imani,yang mungkin tidak berada dalam satu bingkai yang sama. Apa yang diharapkan para orang tua, pasti bukannya :"stempel" anak shaleh atau anak anak berbudi,melainkan  menyaksikan anak anak ,kelak sesudah dewasa,mampu menjadi orang yang berguna untuk sesama, Karena,menurut orang bijak:" Sebaik baiknya orang,adalah orang  yang hidupnya berguna untuk orang banyak"

Berpijak pada falsafah hidup inilah saya tertarik,untuk menuliskan sepotong kisah hidup kami,yang kiranya ada manfaatnya untuk dijadikan acuan atau setidaknya menjadi masukan yang dapat dijadikan sebuah bandingan,

Bakat atau Selera Mendidik yang Berbeda

Secara jujur saya tuliskan,bahwa saya bukanlah termasuk tipe orang yang agamis. Malah pengetahuan saya tentang agama ,boleh dikatakan sangat dangkal. Bayangkan,kalau orang lain ,bisa hafal ayat ayat kitab suci, bahkan hingga ke ayat ayatnya,sungguh saya hanya hafal satu saja. Itupun yang anak SD semua hafal,yakni:" Cintailah TuhanMu dengan segenap jiwamu dan cintailah sesamamu manusia,seperti dirimu sendiri."

Satu satunya ayat yang saya hafal inipun, harus saya akui, belum mampu saya lakukan secara sempurna. Makanya mana berani saya menghafal ayat ayat lainnya.Kedengarannya sangat indah ,yakni mencintai Tuhan ,dengan segenap jiwa dan mencintai sesama ,seperti mencintai diri sendiri. Tapi walaupun sudah hampir mendekati usia ke 74, hingga saat ini,belum mampu saya amalkan dengan baik.Misalnya,kalau sudah sangat mengantuk,saya hanya berdoa dua kalimat saja dan terus terkapar dan tidur pulas. Kalau Tuhan itu pemarah, mungkin saya sudah ditimpuk dengan gunung.Syukurlah ,saya masih dikasih izin untuk memperbaiki hidup saya.

Karena kondisi kondisi keimanan saya sangat minim,maka ketika anak anak kami lahri,tak sekali juga saya ajarkan kepada mereka untuk menjadi orang shaleh.Karena bapaknya  saja tidak shaleh,gimana pula mau ajar anak anak jadi shaleh? Begitu pikiran saya,yang nggak mau repot repot menghafal ayat.

Malahan Saya Yang Diberi Teladan Oleh Anak Anak Kami

Seperti yang pernah saya postingkan,ketika lagi susah susahnya hidup kami,datang seorang ibu mengendong anaknya yang lagi demam tinggi.Plastik bekas yang digunakan sebagai mantel untuk anaknya,tidak mampu menahan ,sehingga anaknya  tampak menggigil dalam pelukannya. Bu Upik ini ternyata mau pinjam uang untuk membawa anaknya kedokter."Aduh mak,ibu ini salah masuk rumah,"pikir saya.Hidup kami saja sudah morat marit. Makan saja utang,gimana mau minjamkan uang?

Tapi tiba tiba anak kami yang berusia belum cukup 6 tahun,berlari masuk kamarnya dan memecahkan tabunganya,Membawa semua uangnya dalam tempurung kelapa dan mengatakan :" Pa,kasihkan ke ibu ini,agar dapat bawa anaknya kedokter"

Anak kami ,sampai dipeluk peluk oleh bu Upik,saking rasa harunya. Nah,tidak selalu orang tua yang kasih contoh teladan bagi anak anaknya. Karena kali ini,justru putra kami yang memberikan contoh teladan pada saya,bahwa dalam kondisi melaratpun,kita masih dapat membantu orang yang jauh lebih membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun