[caption caption="ubi Taro (Nias) ( Sumbar: kaladi /Jawa: talas/tales) .ternyata buah bergensi di Australia Harga perkg,nya 3 kali lipat dari harga buah anggur ./foto : tjiptadinata effendi"][/caption]Ubi Taro yang di Sumatera Barat dikenal dengan nama Kaladi dan di Pulau Jawa di namakan Talas (tales), kalau di Indonesia, termasuk makanan orang kelas “bawah”. Karena harganya murah dan seringkali kalau lagi panen raya, dicincang untuk dijadikan makanan ternak.
Nama “Taro” , sesungguhnya dikenal di Pulau Nias. Namun entah bagaimana sejarahnya ,di Autralia ubi ini juga dikenal dengan nama “Taro”. Apakah mungkin pertama kali dikenalkan oleh orang yang berasal dari Pulau Nias di Australia, juga tidak ada referensinya. Namun kalau menengok salah satu nama jalan yang berada di daerah sekitar Burns Beach di Western Australia, terdapat nama jalan: ” Nias Street” Dan ini bukan nama sebuah gang kecil, melainkan termasuk nama jalan utama di daerah ini.
Saya juga tidak berhasil mendapatkan data lengkap, mengapa di Western Australia, disamping ada nama jalan: ”Kurawa” terdapat juga nama Jalan Nias. Karena penduduk yang domisili disana, tidak seorangpun yang mengetahui asal muasal jalan tersebut diberikan nama:” Nias Street”
Kembali ke Topik
Ubi Taro yang dinegeri sendiri, teramat jarang dihidangkan ketika menjamu tamu dan juga tidak pernah di restoran restoran, termasuk rumah makan Padang. Alasannya Cuma satu, yakni ubi Kaladi atau Tales ini, dianggap makanan murahan. Dan tidak pantas untuk disuguhkan bagi para tamu.
Pagi tadi ,kami berbelanja ke Fairy Meadow, untuk beberapa kebutuhan dapur. Karena sudah lama tidak menikmati ubi taro atau Kaladi ini, yang sangat nikmat kalau dimasak dengan santan balado,maka rencananya juga mau dibeli.
Ternyata menengok harganya per kilo 8.99 dolar atau hampir Rp,100.000 per Kg, Kami dirumah total 7 orang . Berarti setidaknya harus beli 2 buah ubi Taro ini, yang berartnya lebih dari 2 kg.Maka rencana mau makan Kaladi (ubi taro/talas ) terpaksa ditunda hingga kami kembali ke Indonesia.
[caption caption="warga disini nggak kuat beli pepaya satu buah utuh,makanya dijual setengah setengah/doc,pri"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/24/sam-8831-jpg-571c9f311093736908b81cbe.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Di Indonesia, papaya dianggap buah murahan dan bukan elite. Dari mulai tukang becak dan tukang ojek bisa makan papaya. Karena harganya sekitar Rp.10.000.—perbuah. Tapi di kebanyakan supermarket di sini,papaya dipotong dua dan dibungkus plastic..
Bahkan untuk orang Australia ,harga buah papaya sangat mahal. Apalagi dibandingkan dengan buah apel,,yang harganya cuma 1 dolar perkg. Begitu juga dengan buah Pier, berkisar antara 1 – 2 dolar. Sedangkan untuk beli papaya ,harganya bisa mencapai 5-6 kali lipat dari pada buah apel dan Pier.
[caption caption="seperti terlihat pada gambar,, harga buah pepayah disni ,jauh lebih mahal dari buah anggur/foto.doc,pri"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/24/sam-6661-jpg-571c9ff679937302073a0a86.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)