Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Trik Penipuan Terbaru di Singapore

10 Januari 2014   10:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:58 4681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_305176" align="aligncenter" width="300" caption="foto: people"][/caption]

Trik Penipuan Terbaru di Singapore

Tahun lalu, sebelum kembali ke Indonesia, kami menyempatkan diri untuk singgah di Singapore. Setelah pesawat yang menerbangkan kami landing di Bandara Changi Internasional, kami menungu sesaat hingga penumpang diijinkan turun dari pesawat. Setelah melewati pemeriksaan imigrasi, kami melangkah mengambil kedua koper kami. Langsung menuju pintu keluar dan naik taksi, yang sudah stand by di sana. Dari sini, taksi meluncur menuju ke penginapan.

Kendati sudah setiap tahun kami ke sini, namun tidak bosan rasanya memandangi bunga-bunga Bougenville beraneka warna, yang berkembang di sepanjang jalan, dari bandara menuju ke pusat kota. Perjalanan menuju ke hotel, membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Membayar sesuai angka yang tertulis di argo dan masih dikembalikan kelebihan uang 40 sen. Memang kalau di sini, tidak ada istilah ”Maaf ,tidak ada kembalian uang kecil”.

Kami memilih menginap di salah satu hotel yang berlokasi di seputar People’s Park. Karena dari sini, akses untuk ke food court hanya berjarak 10 menit berjalan kaki dan tentunya sekaligus mempermudah kami untuk window shopping. Karena penerbangan yang cukup panjang dan membutuhkan waktu sekitar 6 jam dari Sydney ke Singapore, maka siang itu kami langsung istirahat di hotel tempat kami menginap.

[caption id="attachment_305178" align="aligncenter" width="300" caption="foto; food court di people"]

1389323652330045672
1389323652330045672
[/caption]

Shopping di People’s Park Centre

Setelah cukup beristirahat, kami bersiap-siap untuk menikmati makan malam di Food Court, yang hanya berjarak beberapa menit jalan kaki. Menikmati malam indah dan berjalan bergandengan tangan, membuat kami merasa bagaikan honeymoon lagi. Padahal sudah jadi kakek dan nenek. Ternyata merasa muda itu sangat bermanfaat untuk menciptakan pikiran positif dalam hidup. Karena sesungguhnya,seorang menjadi tua bila ia berpikir bahwa ia sudah tua.

Kami memilih santap malam dengan menikmati makanan seafood dengan sambal lado. Dan kemudian irisan buah melon kuning yang segar. Sementara di sekeliling kami, hampir semua kursi terisi penuh. Hmm malam yang mengasyikkan... penuh dengan rasa syukur. bahwa di hari tua, kami berdua bisa menikmati hidup dengan santai.

Kami makan ala kadarnya, karena tahu diri, bahwa melewati 70 tahun, sudah tidak lagi bisa makan sepuasnya seperti semasa masih muda. Selesai menikmati makan malam, kami pada awalnya hanya ingin window shopping atau cuci mata saja. Tapi tiba di suatu toko yang cukup besar, kami melihat ada pajangan camera Handycam model terbaru. Nah,saya melihat istri saya, sejak tadi sudah melirik lirik ke sana. Karena kami sudah bersama selama 49 tahun, saya sudah memahami isyarat ini, artinya istri saya tertarik untuk membelinya.

Kami mendekat ke sana dan tawar-menawar yang seru pun terjadi. Walaupun sekedar bahasa Inggris pasaran, kami cukup memadai, namun pemilik toko sudah terbiasa menggunakan kalkulator sebagai sarana tawar-menawar. Maka proses tawar-menawar ala di jaman batu pun berlangsung hangat. Si Pemilik toko menekan angka angka, sambil menunjuk-nunjuk. Istri saya menggelengkan kepala sambil mengubah angka yang tadi muncul di layar kalkulator digital. Akhirnya…, ”Oke, deal.”

Trik si Pemilik Toko

Kalau tadi sewaktu transaksi, si Pemilik toko seakan tidak bisa berbahasa Inggris, tiba-tiba saja entah dapat pencerahan dari dewa mana, mendadak dari mulutnya keluar bahasa Inggris yang lumayan, walaupun masih dalam aksen Spore. ”Hmm Madam. I give you the new one. Still in the original box. Are you happy with that?”

Ya, dikasih yang masih baru dalam kotak, tentu saja merupakan sesuatu yang diingini setiap pembeli, masa mau beli barang bekas. Tapi ternyata inilah triknya. Ia membuka sebuah Handycame yang masih rapi dalam kardus. Diletakkan di hadapan kami dan membuka kardus tersebut dengan sangat hati-hati, menggunakan cutter di tangannya. Langsung di colok di stock kontak listrik dan mulai ceramah gratis bagaimana cara mengoperasikannya. Sungguh sangat piawai caranya mempresentasikan barang dagangannya sehingga bisa membuat calon pembeli terpesona.

Hasil pengecekan, Handycam ini bekerja dengan sempurna. Nah, kembali di Pemilik toko menawarkan “jasa baiknya”. Madam, karena Anda akan berjalan jauh,saya packing-kan dengan baik ya. Tidak lama, paling Cuma 5 menit saja, okay?” "Mdm for me, buyer is a King,” lanjutnya dengan senyum bisnisnya.

Istri saya mengangguk setuju. Kelihatan semua berjalan begitu sopan dan penuh keramahan Rasanya puas belanja di toko ini. Pelayanan yang prima dan bisa tawar-menawar lagi.

[caption id="attachment_305181" align="aligncenter" width="300" caption="foto: sony handycam "]

13893239981476107636
13893239981476107636
[/caption]

Pulang ke Hotel

Karena sudah larut malam, kami pun kembali ke hotel. Setibanya di kamar, bungkusan yang rapi tadi kami buka karena besok pagi rencananya Handycam ini mau digunakan, karena kami berencana untuk ke Sentosa Island. Tetapi begitu kardus dibuka dan melihat isinya, kami sangat terperanjat karena Handycam yang terdapat disana,bukan type yang tadi ditawar. Melainkan type yang harganya jauh di bawah harga yang tadi dibayarkan. Istri saya mengajak untuk kembali ke toko tadi, sebelum tokonya keburu ditutup. Tapi tiba tiba mata saya melihat pada kertas Kwitansi, tercetak dengan huruf tebal yang mencolok:” Barang yang sudah dibeli, tidak dapat dikembalikan/diuangkan lagi” Jadi inilah password penipuannya:" Sebuah Kwitansi yang membungkam Pembeli".

Kami duduk terpana. Ternyata toko besar dan pemilik yang bertampang perlente, pelayanan yang sopan santun, ternyata adalah langkah langkah penuntun untuk membuat calon pembeli lengah dan percaya. Akhirnya kami harus membayar mahal untuk pelajaran ini ”Toko besar di Singapore bukan jaminan untuk suatu kejujuran”.

Kata orang, belajar dari pengalaman sendiri adalah sangat bagus, karena pengalaman adalah guru terbaik. Tapi kata orang bijak, tidak cukup belajar dari pengalaman sendiri, tapi belajarlah juga dari pengalaman orang lain, agar tidak perlu membayar uang sekolah yang mahal”.

Perth.10 Januari,2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun