Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiga Presiden R.I. diturunkan- Kita Perlu Belajar dari Sejarah

3 Juni 2014   02:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga orang Presiden R.I. diturunkan - Kita Perlu Belajar dari Sejarah.

Artikel kecil ini tidak termasuk dalam kanal politik. Karena pengetahuan penulis tentang seluk beluk politik adalah nol besar. Dan lebih dari itu, secara pribadi penulis tidak suka akan hal hal yang berbau politik. Makanya tulisan kecil ini di masukan kedalam kanal :”sosial budaya”

Bukan untuk menyanjung apalagi mengkultuskan seseorang, melainkan semata menampilkan sisi positif dari sesosokanak bangsa yang telah terpilih secara sah, menjadi Presiden Republik Indonesia.

Setiap orang , tentunya boleh boleh saja dan berhak memberikan penilaian penilaian, akan seorang, apalagi bila sosok itu secararesmi menjadi Pemimpin Bangsa Indonesia. Penilaian tentang kinerja pribadi, maupun kinerja secara bersama sama. Apakah baik,kurang baik ataupun jelek,tentu merupakan kajian kita masing masing secara pribadi.

Bila kita membalik lembaran sejarah, maka suka atau tidak suka, kita menemukan kenyatan kenyatan pahit, yang sudah mengukir sejarah bangsa. Apakah penulisan sejarah sungguh sungguh sudah lurus atau tidak, tentunya merupakan tugas ahli sejarah di tanah air kita. Sebagai salah satu dari 250 juta rakyat Indonesia, saya sama sekali bukan dalam kapasitas memberikan penilaian terhadap sejarah. Bahkan apa yang saya tulis juga ,hanya berupa penggalan penggalan sejarah dan memory dari setiap kejadian, yang masih mampu di ingat.

Tiga Presiden R.I. diturunkan

[caption id="attachment_327076" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi: id.wikipedia.com"][/caption]

Presiden Soekarno

Bung Karno diturunkan melalui “Super Semar” atau Surat Perintah Sebelas Maret, pada tahun 1966. Pada tahun tersebut penulis sudah berusia 23 tahun. Jadi masih ingat dengan sangat jelas kejadian demi kejadian.

Bahkan masih tergiang ngiang, bantahan Bung Karno,melalui pidatonya di RRI. :”…..Surat Perintah Sebelas Maret tersebut, bukan transfer of authorithy, hanya surat penugasan biasa biasa kepada Suharto.Yang bisa saya berikan kepada siapa saja Kalau saya mau memberikan mandat, disini ada Jendral Polisi Sutjipto, apalagi beliau itu Pangak.(Panglima Angkatan Kepolisian).

Namun kemudianpidato tersebut tidak bergaung , malah meredup dan bungkam . Suharto mengambil alih tampuk Pimpinan R.I.


Presiden Soeharto

[caption id="attachment_327067" align="aligncenter" width="556" caption="saat saat Soeharto menyampaikan pidato pengunduran diri: ilustrasi id.wikipedia"]

14017061941894661483
14017061941894661483
[/caption]

Tgl.21 Mei, 1998

Tanggal ini tidak hanya merupakan hari yang amat penting bagi Suharto, tetapi juga bagi saya sebagai salah satu dari 250 jutarakyat Indonesia.Mengapa? Karena 21 Mei1998, adalah hari ulang tahun saya yang ke 55 . Bertempatan dengan itu,kami sekeluarga sudah membagikan undangan, karena putri kami akan melangsungkan pernikahannya dengan pria Autralia di Jakarta. Bahkan kami sudah membayar DP di salah satu hotel ,yang berlokasi diseputaran H.I. Yangkemudian kami batalkan, karena kondisi keamanan yang tidak menentu.

Pada hari itu,untuk pertama kalinya dalam hidup, saya membatalkan rencana ulang tahun dan duduk menyaksikan peristiwa bersejarah lewat siaran langsung di televisi

Inilah teks pidato pengunduran diri Soeharto.

Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk mengadakan reformasi disegala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut, dan terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi tersebut perlu dilaksanakan secara tertib, damai dan konstitusional demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII.

Namun demikian kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud, karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan Komite tersebut. Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara yang sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkan Komite Reformasi maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi.

Dengan memperhatikan keadaan diatas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945, dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan Pimpinan Fraksi-Fraksi yang ada didalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan Pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998.(sumber teks dari Wikipedia.)

Presiden Abdurrachman Wahid

Gus Dur diturunkan dari jabatannya melalui Sidang Istimewa MPR, waktu itu 23 Juli 2001. Pada waktu itu usia penulis58 tahun. Jelas suatu usia yang sudah mampu memahami dengan baik.Menyaksikan melalui siaran langsung di stasiun televisi, bagaimanabeliau dengan rendah hati mengatakan:” Tidak ada jabatan di dunia ini , yang perlu dipertahankan mati matian, sehingga mengorbankan keselamatan orang banyak”

Yang paling menyakitkan , adalah saat saat ketika menyaksikan tayangan yang sungguh sungguh menistakan Presiden R.I. yang dipilih sendiri secara sah oleh rakyat Indonesia. Gus Dur , Presiden R.I dipertontonkan dalam keadaan memakai (maaf kolor). Suatu hal yang jauh dari rasa kemanusiaan yang beradab.. Dan anehnya ,tidak pernah terdengar ada proses hokum terhadap Kepsta ( Kepala Stasiun) televisi yang bertanggung jawab atas tayangan yang jauh dari tindakan orang yang bermoral .

Inilah cuplikan sepotong sejarah, dari sudut pandang , satu dari antara 250 juta rakyat Indonesia yang tersebar tidak hanya di nusantara, tetapi juga di seluruh pelosok dunia.Kita mungkin perlu belajar banyak dari sejarah. Mengapa sampai 3 kali terjadi pengulangan sejarah,yakin :" Penurunan Presiden?"  Di dalam sejarah, belum ditemukan jawaban yang konkrit, selain dari tampilan tampilan pembenaran diri.

Semoga jangan lagi ada penistaaan semacam ini,yang pada hakekatnya adalah menghancurkan harkat diri dan martabat bangsa Indonesia sendiri. Bukan masalah siapa sosok yang dipermalukan, namun hendaknya melihat ,bahwa sosok tersebut adalah Pemimpin bangsa yang ditugaskan sebagai Presiden Republik Indonesia. Semoga kita mampu berkaca diri, agar like or dislike terhadap sesosok pemimpin atau calon pemimpin, jangan sampai menghancurkanjati diri bangsa Indonesia.

Mount Saint Thomas, 02 Juni , 2014

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun