Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terlahir Miskin Bukan Sebuah Kehinaan

13 September 2016   09:58 Diperbarui: 13 September 2016   10:45 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: kfk.kompas.com

Ternyata Tjiptadinata Effendi , Anak Kusir Bendi

Malam tadi ,saya mencoba menjawab pesan pesan lewat inbox, baik di W.A,maupun di inbox facebook,yang sudah menumpuk,karena selama beberapa hari tidak terjawab. Ada sebuah pesan yang menyentak dari seseorang. Katakanlah namanya  Fredy.

Isi pesan adalah sebagai berikut :” Mat malam pak Tjip. Saya banyak membaca tulisan  anda  ,termasuk beberapa judul buku  yang diterbitkan PT Elekmedia di Jakarta. Ternyata kakek saya  kenal pada keluarga anda. Menurut kakek saya,ayah pak Tjip adalah Kusir Bendi. Saya jadi kepikir,sekiranya hal ini benar dan diketahui orang banyak,bagaimana anda menghadapinya. ? Mengingat anda juga ketua dari komunitas yang konon beranggota lebih dari 200 ribu orang?”

Jawaban saya :” Dear Freddy. Terima kasih sudah menyapa saya . Dan juga sudah berkenan membaca karya karya tulis saya. Kakek anda benar, ayahanda tercinta saya yang sudah lama almarhum memang dulu adalah seorang sopir truk dan kemudian Kusir Bendi. Bagi saya ,terlahir sebagai orang miskin,bukanlah sebuah kehinaan. Namun ,untuk menghormati arwah almarhum ayahanda saya yang sudah beristirahat dialam sana,maka saya tidak ingin mengutak atik kehidupan pribadi ayah saya almarhum.Tidak masalah bagi saya,bila semua orang di dunia ini tahu,bahwa saya adalah anak seorang Kusir Bendi.Terima kasih dan salam hangat untuk anda sekeluarga”

Terlahir Sebagai Orang Miskin,Bukanlah Sebuah Kehinaan

Bag saya pribadi ,terlahir sebagai orang miskin,bukanlah sebuah kehinaan.Bahkan hidup miskin dan melarat,setelah kami menikah dan punya anak pertama, saya tuliskan secara terbuka . Semua orang dapat membaca data data hidup kami,tanpa ada setitikpun rasa malu hinggap dalam diri saya. Tapi mengapa tentang saya anak seorang Kusir Bendi,baru kali ini saya ungkapkan?

Sama sekali bukanlah karena merasa malu memiliki ayah seorang Kusir Bendi dan Ibunda tercinta saya almarhum hanya tamatan Madrasah di kampung halaman di pinggiran kota Payahkumbuh, Kecamatan 50 koto.Sumatera Barat. Tetapi terlebih karena cinta dan hormat ,serta rasa salut saya kepada kedua orang tua saya almarhum. Yang dengan segala keterbatasannya mampu membesarkan 11 orang anak anaknya.

Dari 11 orang bersaudara, tiga dari antaranya ,kelak menjadi pengusaha nasional.Sedangkan 2 orang meninggal sewaktu masih kecil dan yang lainnya memilih jalan hidup diberbagai bidang .Dan seperti pesan ayahanda saya:” Kita memang keluarga miskin, tapi kita bukan maling” .kami semua ingat pesan ini,hingga akhir hayat. Walaupun tidak semua kami menjadi pengusaha sukses, tapi tak seorangpun pernah terlibat tindak kejahatan ,apalagi sampai jadi malng,Bahkan kakak saya yang tertua, termasuk pembayar pajak terbesar di Sumatera Barat dan mendapatkan penghargaan dari Presiden pada waktu itu.

Hanya Tersisa 2 Orang

Dari 11 bersaudara ,satu ibu dan satu ayah.kini  hanya tersisa 2 orang,yakni  saya sendiri,sebagai anak nomor 8 dalam keluarga dan kakak perempuan saya yang tinggal di Bandung, yang kehilangan kedua putranya bersamaan dengan raibnya MH370 dua tahun lalu . Dan hingga kini tidak ada kabar beritanya.

Dari kedua orang tua kami yang hanya tamatan Madarasah di kampung, hingga kini, ponakan ponakan saya,masih menjalankan perusahaan export alm. kakak saya, Sementara ponakan saya sudah tersebar di berbagai negara. Almarhum Ayahanda saya yang Kusir Bendi itu dan Ibunda saya orang yang berasal dari kampung, berhasil mendiidik dan membesarkan anak anaknya. Walaupun tidak semuanya menjadi pengusaha sukses, tapi kami  beryukur, semuanya hidup dalam berkecukupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun