Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Takut Gagal? Jangan Pernah Berharap untuk Sukses!

1 Juni 2014   02:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:52 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14015389491892640122

[caption id="attachment_326701" align="aligncenter" width="450" caption="Sukses itu adalah hasil perencanaan ,usaha dan kerja keras dan cermat."][/caption]

Takut Gagal? Jangan Pernah Berharap untuk Sukses!

Judul tulisan ini terkesan sangat tajam dan menonjok.Tapi di begitulah adanya perjalanan hidup manusia. Tidak selalu menampilkan kelemah lembutan. Bahkan tidak jarang , perjalanan hidup sangat kental dengan rasa sakit, penderitaan, serta penuh dengan tekanan tekanan. Di dalam situasi inilah harkat diri kita diuji.Karena sesungguhnya. hidup ini adalah sebuah universitas yang multidimensional. Dimana kita bisa memetik semua pelajaran hidup, yang tidak pernah diajarkan diperguruan tinggi manapun di dunia ini.

Alam semesta adalah Macrocosmos, sedangkan semua makluk yang hidup di dalamnya adalah microcosmos. Hukum alam yang berlaku disepanjang abad adalah hukum tabur dan tuai. Yang menabur,akan menuai .Dan yang tidak pernah menanam,jangan pernah berharap akan memetik buah. Tak seorangpun dapat menghindari hukum alam ini. Alam melakukan seleksi secara sangat ketat dan sistimatis. Hasil dari seleksi alam ini, terbagilah manusia atas beberapa kelompok, berdasarkan sikap mentalnya.


  • -manusia yang berhasrat untuk meraih sukses dan siap menanggung resiko
  • -manusia yang ingin sukses, tapi tidak berani mengambil resiko
  • -manusia yang cepat berpuas diri dan menjalani hidup apa apanya

Manusia yang berhasrat untuk meraih sukses dan siap untuk menanggung resiko

Tipe manusia ini , sangat memahami bahwa gagal dan sukses itu adalah satu paket. Ibarat sekeping mata uang, yang selalu memiliki dua sisi. Barang siapa yang ingin memiliki mata uang tersebut, maka ia harus mengambil kedua sisinya.

Tantangan untuk meraih sukses, melahirkan sebuah harapan. Harapan adalah sebuah kekuatan yang dahsyat. Kekuatan adalah energy dan energy adalah power, yang mampu membuat manusia bertahan untuk bekerja keras, siang malam ,serta menahan semua derita, demi untuk tercapainya cita cita hidupnya.

Namun orang harus memahami juga, bahwa antara sebuah harapan dan terwujud menjadi kenyataan, ada rentang waktu, yang menyembataniantara harapan dan kenyataan. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi: sukses atau gagal. Inilah yang dinamakan resiko dan resiko tidak bisa dihindari. Yang bisa dilakukan adalah meminimalkan resiko dengan mempersiapkan segala sesuatu secara matang. Ibarat sebuah perahu yang berlajar, selalu ada resiko, diterjang gelombang dan badai. Tempat yang aman dari resiko untuk sebuah perahu adalah ditambat di dermaga. Namun bukan untuk itulah perahu diciptakan..

Tidak ada jalan toll menuju kepada sukses. Yang ada hanyalah perjalanan terjal , curam dan licin. Oleh karena sukses itu tidak mudah, makanya tidak banyak orang yang mampu meraih kesuksesan sepanjang perjalanan hidupnya. Dalam kata lain, sukses harus direncanakan, dikerjakan dan diraih. Orang yang gagal untuk merencanakankesuksesanadalah orang yang merencanakan kegagalan bagi hidupnya.

Manusia yang ingin sukses, tapi takut gagal

Ada banyak orang yang ingin sukses, tapi ketika terbayang akan kegagalan, maka secara serta merta mundur dari niat awal dan kembali menjalani hidup secara monoton. Tipe ini lebih banyak melamun dan berharap ,terjadi suatu keajaiban, supaya sukses datang dengan sendirinya. Akibatnya sering mengalami kekecewaan dan frustasi.Sering berkeluh kesah dan menyalahkan orang lain ataupun menyalahkan keadaan.

Manusia yang cepat berpuas diri dan menjalani hidup apa adanya

Tipe ini biasanya tidak memiliki cita cita hidup. Menjalani hidup secara monoton: kerja keras dan bisa makan ,sudah membuatnya merasa puas. Bagi kelompok ini,hidup adalah bagaikan air sungai yang mengalir. Jadi hidupnya mengalir dan hanyut ,bagaikan air sungai. Tipe manusia seperti ini, tidak memiliki antusiasme dalam menjalani hidup. Tidak tertarik untuk belajar dan tidak peduli pada orang lain. Satu satunya falsafah hidupnya adalah kerja keras dan bertahan untuk hidup.

Termasuk Kelompok Manakan Diri Kita?

Seperti yang seringkali saya tuliskan, bila berkaitan dengan hal hal prinsip dan menyangkut harkat hidup kita, jangan pernah bertanya pada orang lain. Mari kita bertanya pada hati kita disana aka nada jawabannya. “Don’t ask me. Ask your heart,because the answer is in your heart.

Tidak ada Kata Terlambat Untuk Berubah

Apapun piihan hidup kita atau termasuk kelompok manakan kita berdasarkan prinsip hidup, tidak ada kata terlambat untuk berubah, bila kita merasa ada sesuatu yang tidak pas dengan pilihan kita. Always be the Master of you self. Jadilah selalu tuan atas diri kita. Hidup adalah sebuah pilihan ,namun jangan lupa, apa yang kita pilih, akan menjadi hidup kita. Jangan salah memilih, yang kelak akan disesali sepanjang hayat.

Catatan penulis

Artikel ini terbit dari proses pembelajaran diri, selama menjalani hidup di dunia ini sejak 71 tahun lalu. Penulis pernah jadi guru. Kuli di pabrik karet di Pinggiran kota Medan,selama 2 tahun, pedagang keliling. Pedagang kaki lima. Jualan kelapa di pasar kumuh ,karyawan dan setelah melalui perjalanan panjang, dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan, penulis berhasil meraih cita cita hidup, yakni menjadi pengusaha.

Success is not our destination, but a long journey . Masih ada hal yang perlu diingat,bahwa sukses bukanlah tujuan akhir kita. Karena sukses yang satu ,harus diikuti oleh kesuksesan yang lain, agar kesuksesan tetap menjadi milik kita. Sebuah perjuangan hidup yang panjang.

Semoga tulisan kecil ini, mampu menjadi bahan renungan yang bermanfaat, untuk mencetuskan inspirasi dalam memenuhi panggilan hidup masing masing. The choice is yours, but your choice is your life.

Mount Saint Thomas, 31 Mei, 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun