Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepotong Novel Kehidupan

2 April 2016   19:39 Diperbarui: 2 April 2016   20:14 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepotong Novel Kehidupan  ( diangkat dari kisah hidup sesungguhnya)

“Sayang…anak kita sudah tiga hari demam.. “ suara  Leni perlahan..

....dan ketika melanjutkan kalimatnya.. suaranya hilang ditelan guntur yang menggelegar di tengah hujan lebat malam itu.. Ia menunggu sesaat dan mengulangi kalimatnya yang tadi terputus… “Sudah saya berikan obat demam, tapi demamnya belum reda…”

Suaminya Andi terdiam.. untuk sesaat seakan kehilangan tenaga untuk menjawab. Namun dikuatkannya hatinya  dan berkata perlahan, ”Kita harus bawa Iman ke dokter.. (menarik nafas panjang dan menghembuskannya…), tapi..tidak ada lagi uang tersisa…. “

Dipandangnya wajah pucat wanita yang telah melahirkan buah hati mereka.Gadis yang dulu adalah adik kelasnya semasa masih di sma..dan kini sudah menjadi istrinya,bahkan sudah melahirkan Iman buah hati mereka berdua.

Kini putra tercinta mereka terbaring sakit dan sering mengingau ,karena demam tinggi…

Ada rasa bersalah yang mendalam  bergejolak didalam hatinya…. Wanita yang bernama Leni ini, dulu sudah  dicalonkan oleh orang tuanya dengan seorang pria mapan. Pengusaha dan memiliki toko onderdil mobil. Tapi Leni telah memilih dirinya,yang hanya memiliki sepeda onthel.   Tekad  bulatnya sebelum menikah, untuk bekerja keras agar dapat membahagiakan  Leni, ternyata  hingga saat putra mereka lahir,cita cita itu masih jauh panggang dari api…

Cinta yang begitu besar dan mengebu gebu,hanya mempu membuatnya bekerja keras siang dan malam,namun tak memiliki kekuatan untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi mereka bertiga.....

Kerongkongannya terasa tercekik… dan tak mampu menghibur dengan kata kata….Sementara hujan lebat disertai angin menderu deru,menerpa atap seng gubuk mereka.  Cahaya remang remang dari lampu minyak yang tergantung didinding, memantulkan cahaya temaram…Membuat suasana hatinya semakin risau..

Perlahan Andi melangkah….memeluk istrinya erat erat….  Sekali lagi ,ia menghela nafas dan tanpa dapat ditahan air matanya jatuh menetes di rambut istrinya yang panjang terurai..  Mata mereka keduanya basah.. memandangi lapat lapat wajah putra mereka yang kurus dan pucat ,terbaring di balai balai kayu dan beralaskan tikar bekas.

Hanya cinta yang tulus yang mampu membuat mereka berdua masih mampu berdiri dan melanjutkan kehidupan.. walau sudah bertahun tahun didera berbagai penyakit…..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun