Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sadar Salah Jalan? Jangan Malu Berbalik Arah!

31 Juli 2017   07:21 Diperbarui: 31 Juli 2017   16:49 1967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Red-route.org

Kalimat motivasi yang berbunyi "Onward No Retreat!" pernah diucapkan oleh  tokoh Proklamator Indonesia Bung Karno untuk menyemangati bangsa kita. Tetap relevan untuk diterapkan walaupun zaman sudah berubah. Akan tetapi tentunya kita harus arif dalam memaknai setiap kalimat motivasi agar sesuai dengan kondisi dan peruntukannya. Tidak dalam semua hal baik untuk diterapkan,apalagi bilamana berjalan dijalan yang keliru. Kalau sadar bahwa kita salah jalan,maka tentunya harus berhenti dan turun dari kendaraan, untuk menanyakan jalan mana yang benar agar bisa sampai ketempat tujuan kita.


Pengalaman Pribadi
Sewaktu pertama kali mengemudikan mobil dari Padang ke Jakarta,saya hanya didampingi oleh istri . Ditengah jalan baru merasakan ada sesuatu yang salah.Karena semakin lama semakin sepi dan tak tampak lagi kendaraan yang berlalu lalang. Sementara kabut tebal membungkus pandangan mata . Mau berhenti dijalan,kuatir akan dirampok,karena pada masa itu perampokan hampir setiap minggu terjadi. Ingin bertanya ,pada siapa? Karena tak tampak  ada kedai ataupun rumah makan yang menyalakan lampunya. Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari.


Tiba tiba tampak ada kendaraan yang lagi parkir dan ada anak anak yang turun untuk kesemak semak,mungkin kebelet mau buang air kecil.Menengok ada anak anak,maka saya memberanikan diri melaju dan mendekati kendaraan tersebut.Ternyata minibus yang berisi beberapa orang wanita dan anak anak.Mungkin satu keluarga besar yang sedang dalam perjalanan pulang kampung. Saya turun dari kendaraan dan bertanya ,apakah jalan ini benar menuju ke Jakarta?


Pengemudi yang tampak sudah setengah baya ,menjawab:"Astagfirullah....anda salah jalan .Ini jalan menuju ke Kroi. Kami mau pulang kampung. Aduh kasian,anda harus balik lagi.Tiba dipersimpangan ,mengambil arah yang kekanan. 3 Jam sudah anda keliru mengambil jalan".


Lemas rasanya seluruh sendi sendi saya mendengarkan bahwa sudah dua jam saya berjalan dijalan yang salah.Tapi bersyukur ketemu bapak ini,sehingga tidak terus kesasar. Saya ucapkan terima kasih dan balik arah. Berarti butuh 3 jam lagi untuk berbalik keposisi semula. Total saya menyia nyiakan waktu 2 X3 jam=6 Jam ,plus bahan bakar minyak. Rasanya menyesal banget saya kurang hati hati dan tidak membaca rambu rambu dengan baik.Sehingga kekeliruan tersebut ,harus dibayar dengan jalan hilir mudik selama enam jam. Tapi tidak ada pilihan lain,saya harus mutar balik.


Refleksi Diri
Dalam kehidupan tidak jarang kita juga pernah berjalan diarah yang keliru. Rasanya selama ini jalan yang ditempuh sudah benar.Akan tetapi ditengah perjalanan,ada yang mengingatkan bahwa kita salah mengambil jalan yang keliru,jangan ragu ragu untuk kembali kejalan yang benar. Salah satu contoh adalah ketika masih  berusaha di bidang pemasok alat alat kebutuhan kantor pada salah satu instansi di Jakarta. Suatu waktu karyawan tidak masuk kerja karena sakit.Maka saya ambil alih pekerjaannya selama karyawan tidak masuk kerja.Ternyata ketahuan,bahwa untuk memenangkan tender disana ada permainannya,yakni mem blow up harga harga barang dan sekaligus mengandakan jumlah barang yang dipasok.  Ketika saya protes ke pimpinan perusahaan ,katanya :" Itu sudah aturan main disini. Take it or leave it. Anda ikuti atau anda tinggalkan".


Saya memutuskan untuk meninggalkan jalan keliru tersebut. Walaupun resikonya adalah 'rejeki nomplok "yang biasanya masuk puluhan juta setiap bulan,sejak saat itu tidak akan pernah diperoleh lagi.Saya harus mulai dari awal lagi.Sebuah pilihan yang sulit,tapi daripada menjalani hidup yang munafik,jauh lebih baik mulai lagi dari awal,mencari usaha yang sesuai dengan hati nurani.


Hanya Sekedar Contoh
Apa yang dituliskan diatas hanyalah salah satu contoh kehidupan nyata yang dialami.Setiap orang memiliki jalan hidup masing masing.Dan begitu juga setiap orang pasti menghadapi berbagai masalah pelik dalam perjalanan hidupnya.Boleh jadi dibidang bisnis,tapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan bersosialisasi terhadap lingkungan.Kalau suatu waktu sadar diri ,entah karena ada yang mengingatkan atau mendapatkan pencerahan sendiri,bahwa jalan yang ditempuh adalah keliru,maka jangan ragu untuk kembali kejalan yang benar.Mungkin suatu pilihan yang teramat sulit,tapi disitulah harkat diri kita diuji.

Sediakan Waktu untuk Introspeksi Diri

Selama ini kita punya cukup waktu untuk mengurus orang lain. Tentang teman sekantor yang tidak bisa bekerja sama,tentang tetangga yang suka usil atau tentang pemerintah yang tidak becus. Tapi amat jarang menyediakan waktu untuk melakukan introspeksi diri. Untuk merenungkan apakah jalan hidup yang selama ini ditempuh sudah benar? Sudah berkeluarga ,tapi sering chatting chattingan hot dengan oria atau wanita lain?  Atau mungkin uang yang mengalir masuk kerekening kita selama ini adalah hasil dari kerja sama yang merugikan perusahaan atau orang lain? Mungkin juga popularitas diri yang kini menjadi personal branded,sesungguhnya kita peroleh dengan jalan copy paste sana sini? Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini,tapi kalau kita sadar ,berjalan dijalan yang salah,mengapa tidak mau berbalik kearah yang benar?

Catatan Penulis
Tulisan ini sama sekali jauh dari bermaksud menggurui,melainkan semata mata membagi secuil kisah hidup,yang mungkin ada hikmah yang dapat dipetik.

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun