Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumah Anak Adalah Rumah Orangtua?

17 Desember 2016   07:30 Diperbarui: 17 Desember 2016   07:53 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jangan Sampai Terjadi Pada Diri Kita

"Sorry,but I have to tell you,that this house is not only your daughter's home ,but also my home. So ,you need my permission to invite your friends here"

"Maaf,tapi saya harus mengatakan pada anda,bahwa rumah ini bukan hanya milik putri anda,tetapi juga rumah saya. Karena itu,anda harus minta ijin saja,bila mau mengundang teman teman anda datang kesini" .

Kalimat yang ditulis diatas secarik sobekkan kertas kecil ini,teramat menyakitkan bagi bu Leni,yang kebetulan kami jumpai sedang duduk termenung di bangku tunggu kereta api di Joondalup Train Station.Kertas itu ditemukannya tertempel di dinding kamar tidurnya,dirumah putrinya (nama leni,bukan nama sebenarya)

Ini perjumpaan kami yang ketiga kalinya dengan bu Leni.Tapi kalau dua kali sebelumnya,wajah bu Leni tampak ceria dan bahagia menceritakan tentang dua orang cucu nya,hasil pernikahan putri nya dengan pria asal Eropa,yang sudah lama menetap di Australia ,kali ini tampil sangat berbeda. Pada matanya masih tampak wajah bekas menangis dan ditangannya menggengam secarik kertas yang sangat melukai hatinya.

"Hmm terus bu Leni rencananya mau kemana? "tanya saya dengan perasaan terenyuh.

"Yaa nggak tahu juga pak,Saya kan tidak punya siapa siapa disini. "jawab bu Leni dengan suara yang masih menahan tangis.

"Putri bu Leni sudah tahu hal ini?"tanya saya lagi.

"Belum pak,saya tidak ingin mengganggu .Ia kan lagi bekerja "kata bu Leni

Saya dan istri mencoba menenangkan bu Leni, agar jangan mengikuti kata hati. Apalagi ia cuma sendirian,karena suamnya sudah meninggal dunia 3 tahun lalu. Tidak punya sanak keluarga ,maupun teman di Westen Australia dan nekat mau berpergian ,tentu bukanlah hal yang baik. Akhirnya bu Leni mau menelpon putrinya,yang akan menjemputnya di stasiun kereta api.

Kami menemani bu Leni,sementara menunggu putrinya tiba. Di negeri orang,sesama orang Indonesia,adalah keluarga kita. Dan bagi bu Leni,pada saat itu,kami berdua adalah keluarganya yang paling dekat..Walaupun berarti kami harus menunggu train berikutnya,tapi tidak menjadi masalah.Setidaknya dengan ditemani kami berdua ,bu Leni menjadi lebih tenang,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun