Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pikiran Mendahului Realita

29 Juni 2016   08:29 Diperbarui: 29 Juni 2016   08:49 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana Meramal Nasib Baik Bagi Diri Sendiri

Membaca sub  judul ini,jangan langsung mengira akan dibawa kealam tahayul atau ramal meramal ala dukun kampung atau orang pintar. Seperti halnya kita tidak dapat menentukan  isi sebuah buku,hanya dengan membaca judulnya, maka begitu juga halnya dengan membaca sebuah artikel.

Meramal disini adalah memprediksi apa yang akan terjadi kelak. Kata kelak bisa bermakna dalam hitungan minggu, bisa jadi berbulan bulan kemudian ,bahkan mungkin saja bertahun tahun lagi.

Pikiran Mendahului Realita

Sebelum beranjak, kepada inti tulisan,yakni bagaimana mungkin kita dapat meramal nasib baik bagi diri sendiri,maka sebaiknya dipahami dulu, apa yang menjadi dasar penulisan artikel ini. Yakni pikiran selalu mendahului realita. Dalam bahasa sederhana, sebelum kita makan, pasti dalam pikiran kita sudah ada keinginan:” setibanya dirumah atau di restoran, saya akan makan” .Perwujudan dari apa yang sudah ada di alam pikiran kita, baru terealisasi ketika ada kesempatan untuk itu.

Contoh lain,sebelum kita melakukan perjalanan keluar kota, maka pasti didalam pikiran kita sudah ada niat.sudah ada prediksi,bahwa bila sudah terkumpul cukup uang untuk membeli tiket,maka kita akan berpergian keluar kota atau keluar negeri. Bagi yang keuangannya mencukupi,maka ramalan ini bisa diwujudkan dalam waktu singkat, bisa dalam sebulan, seminggu,bahkan dalam sehari.

Akan tetapi bagi yang hidupnya pas pasan, maka ramalan untuk jalan jalan keluar negeri ,mungkin baru akan terwujud  bertahun tahun kemudian.

Pikiran Positif ,akan Hadirkan Hidup Yang Positif

Apa yang kita pikirkan dan diyakini secara terus menerus ,akan mengkristal dan suatu waktu akan terwujud Inilah yang dimaksudkan dengan “meramal nasib”. Dalam bahasa religi, apa yang dipikirkan dan diyakini terus menerus, akan menjadi doa kita .Tapi karena saya bukan dalam kapasitas mengajarkan tentang doa, maka saya menuliskannya dari sisi lain,yakni bagaimana manusia meramal  nasibnya sendiri.

Sesungguhnya ada begitu banyak contoh  contoh hidup ,yang ada disekeliling kita,bahkan mungkin saja terjadi di dalam keluarga kita sendiri.Namun karena umumnya orang sibuk berpacu mencari rejeki untuk hidup,maka hal hal semacam itu  luput dari perhatian.

Mengapa ada orang yang turun temurun jadi kuli? Karena dalam pikirannya, ia sudah meramalkan nasibnya.dengan berpikir:” Kakek saya kuli dan ayah saya juga kuli,maka kelak kalau sudah dewasa,maka saya juga akan menjadi kuli” Pikiran ini mengendap dan tanpa sadar orang sudah meramal nasibnya, bahwa kelak ia akan jadi kuli. Disinilah berlaku apa yang dikatakan :” You are what You think” Anda akan menjadi seperti apa yang anda pikirkan “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun