Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesan Pak Haji Syaifullah Jangan Hidup Seperti Sampah

30 Juni 2014   01:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:14 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1404038788503611501

[caption id="attachment_331329" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi uang: doc,pri"][/caption]

Pesan Pak Haji Syaifullah Jangan Hidup Seperti Sampah

Seorang yang tidak jujur pada diri sendiri,adalah orang yang tidak layak dipercayai. Karena bila terhadap diri sendiri saja ia sudah tidak jujur, apalagi terhadap orang lain. Filosofi hidup ini amat penting mendasari segala kegiatan kita dalam menjalani hidup ,agar jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan hak kita.

Bercerita tentang teori ,tidaklah sama dengan menceritakan pengalam hidup sendiri. Karena teori dibuat berdasarkan analisa diatas kertas dengan disertai berbagai gagasan gagasan. Sedangkan menceritkan pengalaman hidup sendiri, merupakan ungkapan terhadap peristiwa yang sudah dialami.

Pengalaman Pribadi

Pada waktu kondisi kami sedang mengalami pahit getirnya kehidupan, karena seluruh modal untuk dagang keliling Padang Medan ludas, saya masuk bekerja di salah satu peruhaaa Karet,milik orang Malaysia. Yang berlokasi di pinggiran kota Medan atau tepatnya di desa Petumbak Timbang Deli. Yang berjarak sekitar 40 km dari kota Medan.

Setelah hampir dua tahun bekerja sebagai kuli di pabrik tersebut, suatu waktu saya dipanggil Boss besar . Saya kaget,karena tidak merasa berbuat sesuatu kesalahan. Ternyata salah salah menduga, Justru saya dipromosikan untuk menjadi karyawan dan bertugas sebagai Juru Timbang.Tentu saja hal ini sayaterima dengan rasa syukur yang luarbiasa. Dipromosikan berarti saya dipercayai ,selama ini tidak pernah melakukan hal hal yang tidak sesuai dengan peraturan perusahaan.Apalagi ditempatkan di bagian yang sangat sensitive,sebagai Juru timbang. Karena berdasarkan notatimbang yang saya tulis, akan dibayarkan sejumlah uang kepada pemilik barang.

Bahkan salah satu senior saya yang sudah lama bekerja disana,mengatakan:” Hebat benar kau ini Aseng (saya dipanggil si Aseng dalam lingkungan kerja). Saya saja yang sudah dua puluh empat tahun disini,dipercayai pegang uang, tapi tidak dipercayai untuk memegang timbangan” .Entah ini suatu pujian yang jujur, ataukah ungkapan kejengkelan,saya tidak mau memusingkan pikiran saya. Karena itu saya hanya mengatakan :”Terima kasih Bang , ini berkat doa teman teman” dan kemudia berlalu dari sana,agar tidak menyambung komunikasi yang tidak nyaman.

Tugas Dihari Pertama LangsungHadapi Godaan

Dengan berbesar hati, saya berusaha menjalankan tugas saya dengan antusias dan penuh kehati hatian. Truk pertama sudah selesai saya timbang dan langsung membuat Nota Timbangan yang berisikan catatan: jumlah koli dan jumlah kilogram,serta catatan kondisi barang.

Truk kedua ,dalam waktu kurang dari 1jam juga sudah selesai di timbang. Tetapi ketika saya akan menuliskan catatan berapa koli dan berat barang, tiba tiba pemiliknya datang dan menyelipkan sebuah emplop. Saya herandan langsung membuka emplop tersebut. Ternyata isinya uang yang cukup banyak. Darah saya terkesiap. Saya lagi butuh uang. Utang pada tante akibat gagal berusaha belum bisa saya bayar. Namun sedetik kemudian saya usir jauh jauh pikiran tersebut dan memarahi diri saya sendiri. :”Hai Effendi,apa kamu mau jadi maling?”

Tubuh saya bergetar dan dengan cepat saya kembalikan emplop berisi uang tersebut kepada pemiliknya, sambil berkata:” Maaf, saya dipercayai untuk kerja disini dan saya tidak mungkin menghianati kepercayaan yang diberikan pada saya.”

Wajah pemilik barang merah padam dan berkata dengan kasar:” Kau tahu berapa jumlahnya uang itu haa? Itu berbulan bulan gaji kauu disini,mengerti?! Jangan sok alim lu Aseng. “Apa susahnya.lu cuma ubah catatan itu. 2.373 kg. lu bikin 4.373 Kg. Paling satu menit klaar..." katanya dengan nada berang. Rupanya orang ini sudah biasa memerintah orang lain, sehingga ia sama sekali tidak menyangka bahwa saya menolak permintaannya.

Saya terdiam. Tiba tiba saya sadar dan baru mengerti, kenapa sehari sebelum saya bertugas sebagai Juru Timbang , Mandor Gudang Pak Haji Syaifullah yang sudah tua, memanggil saya. Beliau mengajak saya kepinggir kali yang terdapat di lokasi itu. Katanya:” Aseng .kamu lihat sampah yang hanyut itu?” Saya heran kemana arah pembicaraan Pak Haji Syaifullah, namun karena menghormati beliau,saya jawab dengan mantap:’ Ya pak.Haji Saya lihat” .

"Nah, kalau kau bekerja disini dan hidup menuruti kehendak orang lain, maka kau tidak ubahnya bagaikan sampah itu” Katanya serius.. Hanya itu yang ingin disampaikannya dan kemudian menutup pembicaraan:” Kau ingat hal itu ya Aseng” dan kami berpisah.

Baru saat ini saya memahami apa maksud pak Haji Syaifullah. Rupanya beliau sudah lama mencium cara kerja yang tidak jujur, sehingga petugas yang lama diberhentikan dan kini saya yang ditugaskan untuk menggantikan.

Saya merinding dan berjanji pada diri sendiri, seumur hidup, saya tidak akan pernah mau menjadi seperti sampah…..Saya mau menjadi diri saya sendiri.48 tahun sudah berlalu,namun nasihat pak Haji Syaifullah,tetap saya ingat dan akan selalu saya ingat :” jangan Jadi seperti sampah. Jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan hak saya” .

catatan: artikel ini sekaligus untuk mengingat jasa beliau. Semoga alm berbahagia di dalam surga.

Mount Saint Thomas, 29 Juni, 2014

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun