Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perpustakaan Pribadi Sebagai Warisan ,Kenapa Tidak?

23 April 2015   19:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_379900" align="aligncenter" width="555" caption="perpustakaan keluarga/tjiptadinata effendi"][/caption]

Perpustakaan Pribadi Sebagai Warisan  ,Kenapa Tidak?

Bertepatan dengan Hari Buku Sedunia, maka saya mencoba menulis artikel ini, untuk berbagisaran. Bagaimana kami mempersiapkan warian untuk anak dan cucu cucu.

Tidak setiap orang dapat meninggalkan warisan beruparumah mewah, emas batangan ataupun deposito dalam jumlah ratusan juta rupiah bagi anak cucu. Namunbukan berarti kita tidak dapat meninggakan sebuah warisanyang tak kalah bernilai dari setumpuk uang,yakni sebuah perpustakaan pribadi.

Walaupun beda materinya, antara mengumpulkan uang dan mengumpulkan buku buku, namun kedua nya memiliki kesamaan. Yakni tidak bisa secara serta merta menghimpunnya dalam waktu singkat. Perlu waktu, perlu kesungguhan ,yang diawali dengan niat dan ketetapan hati, bahwa kita berhasrat meninggalkan warisan kepada anak cucu dalam bentuk kumpulan buku buku, yang disebutkan perpustakaan.

Tulisan ini,bukanlah hasil imaginasi atau sebuah karangan, melainkan berdasarkan pengalaman hidup sendiri. Sejak kami dikarunia putra pertama, maka setiap kali ada kelebihan belanja dapur, maka kami belikan dalam bentuk buku dan majalah.Kami tidak akan membeli buku yang baru, bila yang sudah dibeli belum dibaca. Dengan tujuan,agar setiap buku yang kami beli, aman dibaca oleh anakkami dan teman temannya. Buku buku ilmu pengetahuan ,falsafah,cerita rakyatdan buku buku yang bersifat inspiratif dan motivasi ,tak kami lewatkan.

Untuk buku buku ,yang kami nilai tidak bermanfaat,seperti komik komik murahan , tidak pernah kami sentuh. Namun, karena setelah anak anak dewasa dan tinggal berpencar dan kami sendiri pindah ke Jakarta, maka jumlah buku yang lebih dari 2 ribu judul,kamibagikan kepada adik adikdan sebagian lagi kami hibahkan kepanti panti asuhan.

Di Australia. Kembali Membangun Perpustakaan

Sejak10 tahun lalu,kami domisili di Australia, kebiasaanuntuk berbelanja buku, kami lanjutkan. Kami selalu menghindari membelibarang barang yang tidak jelas manfaatnya. Bila ada lelang buku murah, dimanapun ,pasti kami kejar. Bahkan tidak jarang kami berburu buku ke toko buku bekas ,yang buku bukunya masih dalam kondisi bagus. Karena harganya sangat murah,dibandingkan dengan membeli buku baru.

Apalagi disamping saya dan istri, putri kami dan suaminya ,serta putra dan putrinya, semuanya hobbi baca. Maka tidak sulit bagi kami mengumpulkan segala jenis buku bacaan, yang selalu diseleksi sebelum dibeli.

[caption id="attachment_379901" align="aligncenter" width="512" caption="salah satu sudut pustaka keluarga/tjiptadinata effendi"]

1429793198904270385
1429793198904270385
[/caption]

Membagi Kelompok Bacaan


  • Kami membagi buku buku ini dengan amat sederhana ,yakni:
  • Buku

  • orang dewasa.
  • Buku pelajaran
  • Ilmu pengetahuan umum
  • Fiksi –
  • non fiksi
  • Buku Dewasa dan anak anak
  • Tentan
  • Bercocok tanam
  • Hobbi
  • Buku Serba Serbi

Buku buku bacaan pibadi, yang setiap hari kami baca,dipisahkan tersendiri dan ditempatkan di dalam kamar masing masing. Sementara buku buku lain ditata diruang tamu. Dalam kurun waktu 3 tahun,jumlah buku yang ada di Perpustakaan Pribadi dikediaman kami sudah meningkat drastis . Yang awalnya hanya 141 buah,kini sudah berjumlah mendekati angka 2000 judul buku.Karena jumlahnya sudah cukup banyak,maka perlu 5 rak buku dipersiapkan.

Membaca Berarti Belajar

Sejak perpustakaan pribadi terbentuk,kami sudah jarang sekali ke perpustakaan umum. Sehingga dengan demikian, kami bisa menikmati bacaan,tanpa harus meninggalkan rumah . Dan kalau mau minum,juga nggak usah beli,tinggal dibuat dirumah sendiri.

Kedua cucu kami ,tidak perlu lagi disuruh membaca,karena mereka sudah sangat senang membaca buku buku.yang sudah kami seleksi,khusus bacaan anak. Bahkan teman teman sekolahnya tiap libur datang kerumah,untuk ikut menikmati perpustakaan pribadi ini.

Bisa Diterapkan dalam Setiap Keluarga

Untuk menerapkan Perpustakaan Pribadi ini di Indonesia,memang tidak semua orang memiliki sarana dan prasaranya. Karena disamping membutuhkan ruangan yang cukup luas,juga dana untuk membeli buku buku. Tapi kalau untuk diterapkan dalam lingkung R.T atau kelompok PKK ,sangat memungkinkan. Diharapkan dengan demikian, anak anak ,memiliki kegiatan yang positif,ketimbang menghabiskan masa kecil mereka ,hanya dengan main game,yang tidak ada manfaatnya sama sekali.

Untuk orang dewasa dan yang sudah pensiun,akan menjadi sarana refreshing yang sangat murah dan mudah,serta sangat bermanfaat untuk mengasah otak,mencegah kepikunan. Semoga tulisan sederhana ini dapat menginspirasi para penggerak PKK atau Ibu Rumah Tangga untuk merancang perpustakaan pribadi,yang sangat bermanfaat untuk tua dan muda.

Rayakanlah Hari Buku Sedunia dengan mengawali mengumpulkan buku,dimulai sejak hari ini.

Hari Buku Sedunia, 23 April, 2015

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun