Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyesalan Tak Akan Hidupkan Orang Mati

7 Juli 2016   09:33 Diperbarui: 7 Juli 2016   10:20 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Jono duduk termanggu di teras rumahnya. Menyesali  tindakannya memarahi sopirnya  Eko  secara berlebihan  hanya karena terlambat menjemputnya. Walaupun Eko sudah menjelaskan bahwa  ia terlambat karena ada pengalihan jalan, namun tetap saja tidak mengurangi kemarahannya. Malahan  Eko di ultimatum. “Sekali lagi terlambat, kamu saya pecat, mengerti!?”

Bagi Eko, kehilangan pekerjaaan adalah sebuah petaka baginya, karena ayahnya sudah tua dan sakit-sakitkan, sehingga tidak dapat lagi bekerja sebagai sopir bemo yang sudah belasan tahun ditekuninya. Ibunya yang juga sudah berusia 70 tahun, masih jualan pecel berkeliling kota, namun tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka. Karena itu bagi Eko, pak Jono adalah malaikat penolong bagi keluarganya.  Mendapatkan acamanan dan ultimatum, bahwa ia akan dipecat bila satu kali lagi terlambat sungguh sangat menghujam dalam dalam di hatinya.

Hari Terakhir 

Hari Sabtu kemarin, Eko ditugaskan untuk menjemput Bossnya Pak Jono di bandara. Pesan singkat sms dari pak Jono ” Eko, jangan terlambat ya, aku mau  meeting.. Jam 10.00 pesawat Garuda landing, Tunggu aku diterminal kedatangan”

“Siap pak “ jawab Eko singkat. Dan pagi pagi Eko sudah kekantor, mencuci kendaraan, membersihkan bagian dalamnya dan memeriksa semua kelengkapan kendaraaan. Semua beres,

Maka untuk menghindari keterlambatan karena  mungkin saja akan ada kemacetan, Eko sejak pukul 7.30 sudah berangkat menuju ke Bandara Sukarno Hatta, padahal sesungguhnya waktu satu jam setengah sudah lebih dari cukup untuk dapat tiba lebih  awal.

Ada Demonstrasi

Entah karma apa yang sedang menghadang  hidup Eko, tiba-tiba di jalan menuju ke pintu tol ada demonstrasi. Jalan dialihkan, maka tentu Eko tidak dapat memaksa diri untuk tetap masuk selain dari mengikuti perintah polisi yang lagi bertugas.

Mengambil jalan memutar dan melaju dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba kendaraan berjalan oleng, Eko mengurangi kecepatan dan meminggirkan  kendaraan yang disopirinya. Turun dan memeriksa, ternyata ban kempis. Ada sepotong besi runcing yang menembus ban belakang kendaraan. Bergegas  Eko mengambli ban serap dan  bermaksud untuk mengganti ban. Namun karena sejak kemarin hujan, maka tanah yang dijadikan tempat berpijak dari dongkrak, sangat lembek, maka Eko terpaksa harus mencari tanah yang cukup kuat untuk menempatkan dongkraknya.

Akhirnya lega, karena ban yang bocor sudah diganti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun