Tanah Papua With Love.
Setelah penerbangan panjang dari Malang - Surabaya - Makasar - Jayapura ,yang menghabiskan waktu hampir 12 jam, karena perjalanan dan gonta ganti pesawat, akhirnya kami tiba dengan selamat pagi ini , Selasa, 09 Desember, 2014 di Bandara Sentani.
[caption id="attachment_358687" align="alignnone" width="406" caption="gerbang Bandara Sentani: tjiptadinata effendi"]
Begitu kami keluar dari ruang kedatangan, kami sudah ditunggu oleh Pak Max dan Pak Dassir, yang mengundang kami datang.Karena jam maasih menunjukkan pukul 07.10 pagi. belum tampak satupun kedai kopi atau restoran Padang yang buka.
Maka kami langsung ke hotel . Menapaki anak tangga yang lumayan ,agar bisa tiba dikamar kami nomer 333. Kami langsung memesan 2 cangkir capuciino dan 2 porsi telur setengah matang.
[caption id="attachment_358689" align="alignnone" width="300" caption="ft:tjiptadinata effendi"]
Kami Hanya dapat Istirahat Sejenak
Kami hanya dapat beristirahat sejenak,karena sudah ditunggu oleh teman teman di Diklat Sosial- Abe Pura, yang hanya berjarak tempuh beberapa menit dari hotel tempat kami menginap.
Kami dijemput dan meluncur ke lokasi Balai Diklat Abe Pura . Disana kami sudah ditunggu teman teman . Baik yang sudah lama kenal,maupun yang baru pertama kalinya bertemu.
[caption id="attachment_358688" align="alignnone" width="300" caption="3 malaikat kecil: Diana. Silvia dan Glory /tjiptadinata "]
Bertemu Cucu Angkat
Disela sela Kopdaran yang sangat antusias, saya minta ijin ke toilet yang ada dibelakang gedung pertemuan , sekaligus mengambil nafas lega di udara terbuka. Tidak sampai 2 menit saya berdiri diluar dan memandangi taman kecil disana. tiba tiba dari arah balik pagar,terlihat 3 sosok anak berlari dan langsung memeluk saya.sambil berseru:" Opaaa.."
Ternyata ketiga sahabat kecil ,yang saya temui disini 3 tahun lalu. Mata mereka berkaca kaca memeluk saya kuat kuat dan pada saat saat seperti ini, saya tidak lagi merasa mereka itu anak anak Tanah Papua, tapi sungguh saya merasa mereka itu adalah cucu cucu kami juga. Aneh bagi yang mendengarkan, tapi nyata bagi saya yang merasakannya.