Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nurcholish Madjid Sang Pencerah

29 Agustus 2016   09:35 Diperbarui: 29 Agustus 2016   09:47 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 29 Agustus, tahun 2014 ,saya pernah menulis sekilas mengenai tokoh nasional yang bernama Nurcholish Madjid ini,dengan judul: ”Mengenang Kepergian Bapak Nurcholish Madjid

Semasa hidup pak Nurcholish Madjid sesungguhnya  , kami berada dalam satu lokasi perumahan yang sama,yakni di Bintaro Jaya, namun saya belum mengenal beliau.secara pribadi, Walaupun sudah sejak lama ,saya mengaggumi buah pikiran beliau yang dapat diterima secara universal. Terutama tentang bagaimana hidup rukun dalam berbagai perbedaan. Tetapi  baru kemudian ,ketika sahabat saya Pak Sudhamex (Ceo Garuda Food), memperkenalkan saya barulah saya mengenal beliau secara pribadi.. Kami tinggal di Bintaro Jaya ,Sektor V ,sedangkan pak Nurcholish Madjid tinggal di Bintaro Jaya ,Sektor II

Suatu waktu ,pak Sudhamex menelpon saya dan menceritakan bahwa   Pak Nurcholish Madjid, sudah selesai menjalani operasi transplantasi hati di Rumah Sakit Taiping,di Guangdong, Tiongkok. Dan sesudah mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit di Singapore. Besok kembali ke Indonesia dan akan dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah,Jakarta. Bagaimana kalau besok kita ketemu disana pak Effendi?” kata pak Sudhamex ditelpon.

“Baik pak. besok sekitar jam 7.00 malam kita ketemu di Rumah Sakit Pondok Indah”,jawab saya mengakhiri pembicaraan singkat kami pada hari itu.Saya diajak kesana .untuk memberikan terapi bioenergy kepada Pak Nurcholish,siapa tahu dapat membantu,meringankan rasa sakit yang diderita.

Esok harinya saya dan istri meluncur ke Rumah Sakit Pondok Indah.Kami sudah ditunggu oleh  pak Sudhamex Bertiga langsung ke Bangunan C,di lantai 4 Disana hanya ada bu Omi , isteri Pak Nurcholish dan salah satu kerabatnya. Kami hanya berbicara seperlunya dengan bu Omi dan kemudian , merapat ketempat Cak Nur terbaring.

Menyalami beliau dan kemudian kami berdiam diri dan berdoa di dalam hati masing masing Tidak ingin menganggu ,sekitar 30 menit kemudian,kami pamitan.Kami sempat dua kali mengunjungi beliau di Rumah Sakit Pondok Indah ini.

Berkunjung ke Bintaro Jaya.

Dapat kabar bahwa beliau sudah diijinkan pulang kerumah ,maka kami kunjungi ke Bintaro Jaya,sektor II. Sempat dituntun oleh bu Omi dengan komunikasi lewat Hp dan akhirnya tiba di kediaman beliau.

Kami temui Pak Nurcholish sedang makan bubur,ditemani oleh bu Omi. Selesai makan, kami sempat ngobrol,menanyakan tentang kondisi setelah di operasi , Pak Nurcholish sudah bisa berkomunikasi dengan lancar, walaupun suaranya masih lemah.” yaa, sudah agak baikan dan sudah bisa makan bubur sedikit sedikit, Tapi kata dokter, butuh waktu yang agak panjang untuk bisa pulih kembali.” Kata pak Nurcholish.

Sempat bercerita tentang putra beliau yang melanjutkan studi di Amerika Serikat,yakni Nadia Madjid dan Mikail Madjid.Senang sekali mendengarkan beliau sudah dapat berkomunikasi dengan lancar. Seakan sebuah titik terang ,yang memberikan sebuah harapan kesembuhan. Namun ternyata itulah pertemuan kami yang terakhir.Karena sesudah itu kami berangkat ke Australia.

Tanggal 29 Agustus, tahun 2005, kami mendapatkan kabar duka ,bahwa beliau telah dipanggil Tuhan.dan  dimakamkan di Kalibata,di Taman Makam Pahlawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun