Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka dari Penjajah, Merdeka Juga dari Belenggu Diri

17 Agustus 2016   21:09 Diperbarui: 18 Agustus 2016   00:30 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Merdeka dari Penjajah,Merdeka juga dari Belenggu Diri

Bahwa kita sudah merdeka dari penjajah,semua orang sudah tahu,bahkan anak anak kecilpun mengerti bahwa Indonesia sudah merdeka sejak 71 tahun lalu. Namun  tidak sedikit orang yang masih hidup dalam penjara,dijaman kemerdekaan ini.  Uniknya,penjara yang dimaksudkan disini adalah Penjara yang diciptakan  oleh diri sendiri.

Setiap orang ingin hidup bebas,terlepas dari apapun yang membelenggu atau mengurungnya. Tetapi sadar atau tidak, ada cukup banyak orang yang hidup dalam  “ penjara” yang akan mengurung dirinya .Walaupun tidak dalam bentuk phisik,tapi penjara yang tidak tampak kasat mata ini, tidak kurang dahsyatnya ,bila dibandingkan dengan penjara dalam bentuk phsisik. Karena orang yang berada dalam penjara hasil kreasinya sendiri, tidak lagi bisa bergerak  bebas kemana mana.Ada sesuatu yang melarangnya,yakni  rasa kekuatiran dan ketakutan diri.

Orang orang yang termasuk tipe seperti ini,  hanya merasa aman,kalau lagi di rumah sendiri atau di tempat kerja. Selain itu lokasi tempat ini,merasa curiga dan was was. Jangan jangan akan dilukai atau dibunuh orang.  Akibatnya hidupnya akan berjalan dari hari ke hari ,secara monoton: Dari rumah ke tempat pekerjaan dan kembali lagi ke rumah. Tidak ada yang memaksanya,tapi ia mengungkung dirinya sendiri.

Orang yang menciptakan penjara untuk diri sendiri,tidak bisa ditolong oleh orang lain,kecuali ia sendiri yang bertindak, Secara phisik,karena sesuatu kesalahan, seseorang bisa dipenjara dalam hitungan hari,minggu,bulan dan atau dalam hitungan tahun dan kemudian bebas, Tetapi penjara yang diciptakan oleh diri sendiri, bisa membuat orang terpenjara seumur hidupnya.

Bagaimana terciptanya penjara diri? Penjara diciptakan oleh pikiran pikiran yang negatif,misalnya: diluar banyak bahaya saya sudah aman disini,kenapa harus keluar? Diluar lingkungan saya tidak kenal siapa siapa jangan jangan mereka tidak suka saya Saya tidak bisa beradaptasi sejak dari sononya saya memang begini Dengan cara begini,toh saya sudah bisa hidup Saya tidak bisa bahasa mereka budaya dan agama nya beda dengan saya .Semakin banyak alasan yang muncul dari alam pikirannya,semakin membuat hidupnya terpuruk. Dan bila hal ini dibiarkan berlarut larut,maka walaupun kita sudah merdeka dari penjajah, tetap saja kehidupan pribadi ,dijajah oleh ketakutan yang diciptakan sendiri..

Langkah Efektif Memutus Belenggu Diri

Langkah efektif memutus belenggu diri,adalah dengan jalan mengubah cara berpikir .Dengan mengubah cara berpikir,maka sikap mentalpun akan berubah. Hal ini akan berpengaruh langsung, dalam mengubah prilaku kita dalam hidup. Namun hal ini tentu tidak mungkin dilakukan dalam sekali gebrakan.Butuh waktu untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Memperbanyak bergaul dengan orang orang yang berpikrian positif, akan sangat membantu mempercepat perubahan dari sikap mental yang negatif menjadi positif, Dan rasa was was dan ketakutan yang selama ini menghantui diri kita,secara bertahap akan hilang dan berganti dengan pikrin positif,

Hidup tanpa belenggu diri, sungguh menghadirkan rasa syukur yang mendalam dan semakin membuka wawasan diri,untuk menerima sebuah kenyataan hidiup bahwa setiap orang berhak berbeda dengan kita.. Dan perbedaan itu tidak harus menciptakan marabahaya bagi diri,malahan bila disikapi dengan arif dan bijak,justru akan semakin memperkaya khasanah ilmu pengetahuan kita Dan menuntun langkah langkah kita,menuju kepencerahan diri. 

Salam Merdeka!

Kemayoran ,DKI- Indonesia

Tjiptadinata Effendi/17 Agustus, 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun