Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meratapi Nasib, Tak Akan Mengubah Apapun

20 Juni 2017   07:57 Diperbarui: 20 Juni 2017   18:07 3434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.cerpen.co.id

Kita Tidak Mungkin Mengubah Apa Yang Sudah Terjadi
Betapapun hebatnya kemajuan tehnologi ,namun hingga kini belum ada manusia yang mampu mengubah apa yang sudah terjadi. Jangankan yang sudah lama berlalu ,bahkan yang barusan terjadi beberapa detik lalupun tidak mungkin dapat diubah lagi. Misalnya,karena kurang hati hati atau karena memang sudah harus terjadi,jari tangan robek terkena pisau. Maka yang dapat dilakukan ,kalau lukanya cukup dalam,adalah kerumah sakit.Disana luka akan dibersihkan dan dijahit. Ketika luka dibersihkan,pasti tidak enak ,karena akan terasa menyakitkan.Namun hal ini perlu dilakukan,agar tidak terinfeksi. 

Nah,luka yang tadinya menganga sudah dijahit,tapi tetap saja akan meninggalkan bekas luka. Hampir dipastikan setiap orang sudah pernah mengalami dalam hidupnya.Apa yang dapat kita lakukan ,adalah mengobati luka dan menerima,bahwa hal ini sudah terjadi dan tidak dapat diubah lagi. Kalau luka tidak diobati dan terinfeksi,maka kemungkinan harus diamputasi. Kata :"amputasi" enak didengar,tapi artinya sama,yakni :"dipotong dan dibuang"

Kilas Balik Dalam Kehidupan

Setiap orang,siapapun adanya,pasti sudah pernah mengalami hal hal yang menyedihkan dan membuat hati kita terluka. Meratapi apa yang sudah terjadi,bahkan hingga keluar air mata darah,tetap saja tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi.Orang yang sudah meninggal tetap saja tidak akan hidup lagi dengan ratapan kita.
Yang dapat dilakukan adalah menyelamatkan yang masih tersisa. Mengobati luka hati kita.Berdamai dengan diri sendiri dan menerima,kenyataan pahit,bahwa yang sudah terjadi ,tidak akan dapat diubah lagi. Memang bukanlah hal yang mudah,untuk menerimanya,tapi tidak ada jalan lain.

Bila kita tidak mau  menerima kenyataan pahit ini,maka kita akan kehilangan yang masih tersisa dan sesungguhnya dapat diselamatkan. Bahkan kemungkinan besar,kita akan kehilangan segala galanya.

Memilih Yang Terbaik dari Yang Terburuk

Ketika terjadi kebakaran atau gempa bumi,maka yang selalu dapat disaksikan adalah  orang dengan sedih hati,memilih dari puing puing rumahnya,mana yang masih dapat diselamatkan.untuk dapat membangun kembali. Menyaksikan reruntuhan rumah yang dibangun dengan susah payah dan kerja keras puluhan tahun,sungguh teramat menyakitkan.Tapi seandainya,karena saking larut dalam kesedihan,orang hanya meratapi nasibnya,maka bahkan  ia tidak dapat lagi menyelamatkan apa yang masih tersisa.
Maka jalan terbaik adalah menata hati dan membangun kembali dari puing puing keruntuhan.Karena inilah jalan satu satunya,yang dapat ditempuh,untuk menyelamatkan yang masih tersisa. Atau kita akan kehilangan segala galanya.

Meradang dan Sakit Hati

Meradang dan sakit hati untuk apa yang sudah terjadi,hanya akan memperparah hidup kita sendiri dan sekaligus menebarkan rasa sakit hati kepada lingkungan ,dimana kita berada.Dalam hal ini,kita diberikan pilihan yang pasti akan sangat menyakitkan ,yakni :" take it or leave it".Terimalah yang sudah terjadi,atau anda akan kehilangan segala galanya.
Mungkin saking sakit hati dan meradang,kita bersikeras,tidak mau menerima kenyataan yang sudah terjadi,maka kelak akan menjadi sesalan seumur hidup. Karena masih ada kesempatan untuk menyelamatkan yang masih tersisa,namun kita menolaknya. Karena tidak mau berdamai dengan diri sendiri

Tulisan ini tak hendak menggurui siapapun.Melainkan hanya sekedar berbagi kisah hidup,yang mungkin ada manfaatnya,untuk menjadi masukan bagi orang banyak.Bahwa:

  • meratapi nasib ,tidak akan mengubah apapun
  • berdamailah dengan diri sendiri
  • selamatkanlah apa yang masih dapat diselamatkan
  • jangan tunggu ,hingga terlambat
  • lakukanlah atau akan kehilangan segalanya
  • Pilihan ada ditangan kita masing masing

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun