Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjembatani Jurang Perbedaan

11 Februari 2017   08:47 Diperbarui: 11 Februari 2017   09:45 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi : tjiptadinata effendi

Kita Tidak Mungkin  Meniadakan Perbedaan,Tapi  Bisa Menjembatani Dengan Menjaga Sikap

Setiap orang diciptakan unik dan saling berbeda satu dengan yang lainnya. Jangankan dengan orang lain,anak dengan orang tua saja ,bisa berbeda. Beda wajah,karakter,hobbi .cara berpikir, prilaku dan seterusnya. Selanjutnya ,manusia masih berbeda juga dari latar belakang pendidikan ,idiologi,agama ,latar belakang asal muasal,ekonomi dan berbeda profesi dalam  menjalani hidup ini.

Kata orang ,perbedaan itu sesungguhnya adalah keindahan. Tengok saja di taman bunga yang aneka warna,jelas jauh lebih indah,daripada taman yang ditanami sejenis bunga saja. Tapi dalam kenyataannya, hidup itu tidak dapat dipatok seperti seindah kata kata bijak tersebut. Malahan,justru karena adanya perbedaan ini,terbukti telah menjadi penyulut perpecahan ,yang menyebabkan orang saling berantem ,saling melukai ,bahkan saling membunuh.

Bukan hanya terjadi antara bangsa yang berbeda,tapi juga antara sesama anak bangsa. Bahkan walaupun menyakitkan,akibat dari perbedaan ini, mampu menyulut saling bunuh dalam satu keluarga. Suami dan istri bercerai dan rumah tangga berantakan, yang penyebabnya adalah karena tidak berhasil menyembatani dan mempersempit jurang yang memisahkan, akibat dari berbagai perbedaan. Baik dikarenakan  beda prinsip ,beda pendapat, beda pilihan,beda cara berpikir dan beda dalam cara menterjemahkan sikap orang lain.

Menjembatani Perbedaan

Setiap perbedaan,secara alami akan menciptakan "gap" atau "jarak pemisah" . Gap ini bila  tidak disikapi dengan hati hati,dapat mencelakakan diri kita dan orang lain. Contoh nyata saja,setiap kali kereta api berhenti disalah satu stasiun,selalu ada suara yang mengingatkan :"Watch the Gap" -hati hati ada gap atau jarak antara pintu kereta api dan terminal stasiun yang dituju.

Jarak ini atau gap ini, tidak mungkin ditiadakan, karena akan terjadi gesekan antara dinding kereta api dengan beton terminal, Yang dilakukan oleh para disigner yang membangun stasiun ini adalah memperkecil jarak antara pintu kereta api dan lantai terminal.  Kendati demikian,masih saja terjadi kecelakaan,karena penumpang sama sekali tidak mengindahkan pengumuman dan berjalan secara serampangan. Akibatnya kakinya terperosok kedalam "gap" dan kereta api bergerak. Sudah dapat dibayangkan,apa yang terjadi setelah itu.

Merujuk kepada contoh contoh aktual dalam keseharian, maka kita dapat menjadikannya pelajaran hidup. Bahwa,siapapun diri kita, adalah tidak mungkin dapat menghapuskan atau meniadakan perbedaan yang memang sudah ada.Tapi kita dapat mempersempit perbedaan dan menjembataninya, untuk menghindarkan terjadinya petaka.

Langkah Langkah

  • hindari mengutak atik perbedaan
  • hindari menonjolkan perbedaan
  • lebih bijak, mengedepankan persamaan
  • pahamilah bahwa setiap orang berhak berbeda dengan kita
  • kita sama sekali tidak berhak memaksakan kemauan kita
  • hindari mengintervensi hak privasi orang lain
  • senantiasa menjaga sikap,
  • baik dalam tutur kata,maupun gestur yang ditampilkan
  • biarlah agama menjadi urusan pribadi masing masing
  • Kalau tidak suka,jangan ikut,tapi jangan menghalangi kebebasan orang lain

Dengan jalan menahan diri dan mengaplikasikan hidup bertoleransi, maka setidaknya kita sudah membangun jembatan, antara perbedaan perbedaan yang ada. Baik dalam hubungan kita, berinteraksi dalam masyarakat yang manjemuk, sebagai bagian dari hidup bermasyarakat.

Menahan diri serta memahami,dalam kehidupan berumah tangga bahwa anak anak terlahir dari kita, tapi mereka bukanlah milik kita, yang dapat diperlakukan semau nya karena mereka memiliki hak hidup yang sama dengan kita. Bahwa istri bukanlah pembantu pribadi kita dan suami bukanlah hanya sebatas kuli yang bekerja untuk istri. Yang secara keseluruhan adalah :"mutual respect and mutual understanding" saling menghormati dan saling menghargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun