Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Jarak untuk Menghindari Salah Paham

11 Februari 2017   20:39 Diperbarui: 11 Februari 2017   20:52 2394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilutrasi: www,indonesia,news.com

Jaga Jarak,Agar Jangan Sampai Terjadi Salah Paham

Baik dan ramah tamah kepada semua orang.,tentu saja,merupakan hal yang sangat baik. Akan tetapi ,harus tahu membatasi diri. Karena akibat kita terlalu perhatian,terlalu ramah dan terlalu peduli,terutama pada orang yang berlainan jenis,tanpa sadar,dapat menciptakan sebuah bahaya. Yakni terjadinya kesalahan paham . Keramahan dan perhatian yang diberikan,diterjemahkan sebagai :”menaruh hati “ atau dalam bahasa lugasnya :” merasa dicintai”
Ketika sadar,bahwa perhatian yang selama ini  kita berikan,hanya sebatas karena menganggapnya sebagai anggota keluarga,kakak atau adik dan tidak lebih dari itu,akan merupakan sebuah pukulan yang menghempaskan dirinya.

Pengalaman Pribadi

Kendati kejadiannya sudah lama berlalu tapi tidak ada salahnya saya tuliskan.,dengan harapan semoga ada manfaatnya. Agar didalam pergaulan, keramahan dan kebaikan yang kita tunjukkan pada orang,,terutama yang berlainan jenis,hendaknya ada batasannya. Agar jangan sampai akibat keteledoran kita menyebabkan terjadinya salah penafsiran Bagi kita,mungkin merasa cukup dengan ucapan :” Mohon maaf.,saya hanya menganggap anda sebagai kakak saya sendiri atau sebagai adik saya “ Kemudian selesai..Tapi bagi “korban” perhatian kita yang berlebihan bisa mengalami shock. Yang dapat berakhir dengan mengisolasi dirinya.

Kisah Lama

Pada waktu  saya masih di sma.Karena rumah orang tua kami cukup besar dan ada penerangan listrik,maka   anak anak tetangga .yang rumahnya belum ada listrik ,numpang belajar  Kami tentu saja sangat senang ,Karena ada teman belajar, agar lebih giat. Apalagi orang tua kami  juga mengijinkan mereka  datang,ketimbang kami yang harus belajar di rumah tetangga.

Ada  beberapa orang yang rajin datang setiap malam, kendati  berbeda sekolah dan beda  kelasnya. Semakin hari ,kami semakin akrab,Kalau teman   wanita pulang agak larut, tugas sayalah yang mengantarkan mereka pulang. Walaupun sesungguhnya rumah mereka hanya berjarak sekitar lima ratus  meter dari rumah kami,tapi karena pada waktu itu belum ada lampu jalan, maka jalanan sangat sepi dan sangat gelap.

Setiap kali harus melewati jembatan yang lebarnya hanya 20 cm.,tanpa merasa apa apa, menuntun tangan mereka ,hingga melewai jembatan.

Saya katakan mereka, karena ada2 anak cewek yang rajin datang ,hampir setiap malam kerumah kami ,Dan salah satu namanya :"Silvia" (bukan nama sebenarnya) Berlangsung selama 3 tahun ,yakni sejak saya duduk di kelas 1 SMA ,hingga lulus.Tapi dibulan terakhir sebelum  lulus, ada sesuatu yang membuat saya kaget.  Silvia menyampaikan sepucuk surat. Ketika saya baca, ternyata isinya adalah surat cinta. (Tempo doeloe, beginilah caranya menyampaikan rasa cinta)

Saya terdiam, karena selama ini saya menggangapnya sebagai kakak saya, karena usianya lebih tua dari saya. Lagi pula saya sudah punya piihan hati ,seorang gadis cantik,namanya Lina , yang satu sekolah dengan saya. Keesokkan harinya, , ketika akan mengantarkannya pulang, saya  minta maaf dan menjelaskan, bahwa saya sudah punya pilhan hati. Wajahnya terlihat sangat pucat, mungkin tidak menyangka, Karena selama ini,saya begitu perhatian terhadap dirinya,sehingga mau mengantarkannya setiap malam,pulang kerumahnya.

Disudut matanya, tampak air mata yang mengambang.… Ia mencoba menjelaskan, namun kata kata yang mampu diucapkannya, hanya:lah” Aku  kira….aku  kira ,,,kamu….”dan ia tidak mampu melanjutkan kata katanya..Saya  dapat merasakan bagaimana terluka perasaannya , namun tidak mungkin bagi saya untuk  menghianati  cinta saya pada  gadis pilihan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun