Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Meniti Jalan untuk Menemukan Aktualisasi Diri

9 April 2016   06:09 Diperbarui: 9 April 2016   17:43 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi (Shutterstock)"][/caption]“Effendi, kita sahabat baik. Tapi saya harus mengingatkan: Jangan terlalu percaya pada saya. Karena suatu waktu, bila keadaan mendesak dan saya harus memilih antara dua kepentingan, maka mohon maaf, saya akan mengorbankan kepentingan anda”

Lama saya terpana seakan tidak percaya apa yang barusan saya dengar dari sahabat dagang saya yang sudah kami anggap keluarga. Sudah saling kunjungi dan bahkan makan bersama keluarganya. Saya tatap mata sahabat saya tanpa bersuara. Hanya hati saya yang ingin memastikan apakah ia sadar akan apa yang dikatakannya.

Seakan memahami keterperanjatan saya. Kembali Ramesh, nama sahabat saya menegaskan "Kita bersahabat dan diantara sahabat jangan ada kepalsuan. Makanya walaupun sangat tidak enak, saya harus mengatakannya. Karena saya melihat anda dan istri begitu mempercayai  diri saya. “

Diam sesaat dan melanjutkan ” Kita sahabat sudah bertahun tahun  Saya sangat senang menjadi mitra dagang anda. Anda mendapatkan keuntungan dan saya juga. Tapi saya harus berkata jujur. seandainya suatu waktu saya harus memilih antara saya yang merugi ataukah anda, dan tidak ada lagi cara win win solution, maka saya pasti tidak mau rugi. Pada saat itu saya terpaksa harus merugikan anda Effendi. Sangat berharap bahwa hal ini tidak pernah akan terjadi, tapi saya wajib mengingatkan anda, sebagai seorang sahabat. Antara sahabat, kita tidak boleh mengunakan topeng” Kata Ramesh menyudahi curahan hatinya.

Renungan Diri

Lama saya merenung. Bagi saya, bila harus memilih, maka saya lebih suka menanggung kerugian daripada menyebabkan sahabat saya merugi. Kami berbeda dalam mengambil  sikap hidup. Bagi Ramesh antara bisnis dan urusan persahabatan adalah dua hal yang harus dipisahkan. Business is business. Dalam dagang tidak boleh ada kata merugi. Namun hingga sampai saat saat terakhir hidupnya. Ramesh tidak pernah sekali jua merugikan saya.

Ramesh meninggal beberapa tahun lalu di Singapura. Satu pesannya yang senantiasa saya ingat dan saya jalani adalah ”Hiduplah tanpa topeng”. Dalam kata lain, jangan menjadi manusia yang munafik. Pura-pura baik, tetapi menusuk dari belakang. Dengan menjalan hidup tanpa topeng, maka kita tidak perlu sibuk mencari topeng pengganti bila topeng yang satu sudah diketahui orang.

Dari sinilah saya mulai meniti jalan untuk menuju hidup dalam keterbukaan dan memahami arti sebuah kebebasan dalam hidup ini.

Hidup dengan bertopeng, meniadakan ketenangan batin. Membuat orang gelisah dan selalu menghindar karena kuatir topengnya akan terbuka. Tampil sebagai orang baik memberikan wejangan sana sini. Mengutip ayat ayat kitab suci. untuk dikagumi dan dihormati, ternyata kemudian ketika topeng terbuka, dibalik topeng tersebut terdapat kemunafikan yang memuakkan.

Meniti Jalan Menuju Aktualisasi Diri

Kalimat ”meniti jalan menuju aktualisasi diri” mungkin terasa janggal dan agaknya terlalu melambung dan tidak membumi. Namun adalah sebuah realita tak terbantahkan bahwa teramat banyak orang lebih mengenal diri orang lain ketimbang dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun