Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendidik Warga Mematuhi Etika Lalu Lintas dengan Bahasa Tidak Sesuai Etika

17 Oktober 2016   20:14 Diperbarui: 19 Oktober 2016   00:25 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kata-kata bijak (dokpri)

Tulisan "Paling Santun" Yang Pernah Saya Baca

Hari ini merupakan hari terakhir saya dan istri berada dikota Padang. Kota dimana saya dilahirkan dan dibesarkan 74 tahun lalu. Bertemu anggota keluarga dan sahabat sahabat lama,yang sudah bertahun tahun ,bahkan ada yang 40 tahun terputus kontak dan baru bertemu,tentu sudah pasti meninggalkan kenangan indah

Tetapi sayang sekali,ketika dalam perjalanan menuju ke Minangkabau International Airport, sewaktu melaju dijalan utama ,mata saya mendadak tersentak menengok sebuah tulisan yang terpajang digerbang jalan raya. Serasa tidak percaya akan pandangan mata,maka saya minta pada sahabat saya Alqaf Dharman,untuk memutar balik kendaraan. Dalam hati saya sangat berharap.bahwa saya salah membaca tulisan yang terpampang di gerbang jalan tersebut.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Namun,hati saya terasa sangat kecut,membaca kalimat kalimat, yang menurut saya sungguh sungguh tidak pantas di jadikan rambu rambu peringatan berlalu lintas. Mungkin saja saking sewotnya ,bahasa santun tidak digubris,maka lahirlah kalimat yang teramat jauh dari kesantunan.

Bagaimana bisa terjadi demikian? Apakah memang tidak ada yang membaca ataukah merasa bahwa bahasa tersebut memang sudah layak disuguhkan untuk warga Sumatera Barat,khususnya warga kota Padang?Sungguh saya, tidak menemukan jawabannya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Seakan ini ,bukan lagi kota Padang tercinta,dimana saya dilahirkan dan dibesarkan.Karena setahu saya, warga di Sumatera Barat sangat menjaga tatakrama dan kesantunan.Koq bisa ada tulisan jorok seperti itu?

Seakan pribahasa ini :” Nan kuriek lundi,nan sirah sago. Nan elok budi ,Nan indah baso” Yang artinya saya terjemahkan secara bebas:” yang baik  itu adalah budi pekerti dan yang indah itu adalah bahasa” Tapi yang disuguhkan untuk dibaca setiap orang yang berlalu lalang,menurut saya sungguh sungguh jauh dari bahasa yang indah.Entah saya sudah terlalu baper.

Maksud  hati mau mendidik warga mentaati etika berlalu lintas, tapi sayangnya justru menggunakan bahasa yang jauh dari kesantunan beretika. Sebuah tindakan yang justru bertolak belakang dengan niat awal.

Padang, 17 Oktober, 2016

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun