Tulisan "Paling Santun" Yang Pernah Saya Baca
Hari ini merupakan hari terakhir saya dan istri berada dikota Padang. Kota dimana saya dilahirkan dan dibesarkan 74 tahun lalu. Bertemu anggota keluarga dan sahabat sahabat lama,yang sudah bertahun tahun ,bahkan ada yang 40 tahun terputus kontak dan baru bertemu,tentu sudah pasti meninggalkan kenangan indah
Tetapi sayang sekali,ketika dalam perjalanan menuju ke Minangkabau International Airport, sewaktu melaju dijalan utama ,mata saya mendadak tersentak menengok sebuah tulisan yang terpajang digerbang jalan raya. Serasa tidak percaya akan pandangan mata,maka saya minta pada sahabat saya Alqaf Dharman,untuk memutar balik kendaraan. Dalam hati saya sangat berharap.bahwa saya salah membaca tulisan yang terpampang di gerbang jalan tersebut.
Bagaimana bisa terjadi demikian? Apakah memang tidak ada yang membaca ataukah merasa bahwa bahasa tersebut memang sudah layak disuguhkan untuk warga Sumatera Barat,khususnya warga kota Padang?Sungguh saya, tidak menemukan jawabannya.
Seakan pribahasa ini :” Nan kuriek lundi,nan sirah sago. Nan elok budi ,Nan indah baso” Yang artinya saya terjemahkan secara bebas:” yang baik itu adalah budi pekerti dan yang indah itu adalah bahasa” Tapi yang disuguhkan untuk dibaca setiap orang yang berlalu lalang,menurut saya sungguh sungguh jauh dari bahasa yang indah.Entah saya sudah terlalu baper.
Maksud hati mau mendidik warga mentaati etika berlalu lintas, tapi sayangnya justru menggunakan bahasa yang jauh dari kesantunan beretika. Sebuah tindakan yang justru bertolak belakang dengan niat awal.
Padang, 17 Oktober, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H