[caption id="attachment_369380" align="aligncenter" width="560" caption="Rumah Puisi/tjiptadinata effendi"][/caption]
Membedah Rumah Puisi Taufiq Ismail
Tanggal 2 Pebruari yang baru lalu, kami khusus menyediakan waktu seharian penuh, untuk berkelling Sumatera Barat. Karena jarang ada kesempatan ,maka tentu kami isi dengan rencana kunjungan yang sangat padat. Salah satunya adalah berkunjung ke Rumah Puisi Taufiq Ismail.
Lokasi di daerah sejuk, dengan pemandangan alam yang tiada duanya di dunia,karena dikawal oleh dua pungawa yang gagah perkasa,yakni Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Terletak di daerah Aie Angek (Air Hangat) .,Kabupaten Tanah Datar. Daerah ini terletak diantara kota Padangpanjang dan Bukittinggi. Bila kita berangkat dari kota Padang,yang merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Barat,maka kita membutuhkan waktu lebih kurang satu jam setengah berkendara.
[caption id="attachment_369382" align="aligncenter" width="300" caption="foto foto: tjiptadinata effe"]
Rumah Puisi ini, merupakan salah satu ujud dari impian Taufiq Ismail yang menjadi kenyataan. Pria kelahiran Bukittinggi ini, telah melambungkan nama daerahnya dengan menampilkan Rumah Puisi yang khas dan unik ini.Dari catatan yang ada di sini, tertulis bahwa gedung ini dibangun pada tahun 1998 ,bersamaan dengan diluncurkannya hasil karya tulisnya yang berjudul :” Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit”
Penuh dengan Puisi Berbagai Tokoh Budaya
Begitu menginjakkan kaki ,sudah terasa aura positif ,yang menyejukkan hati. Tampak berbagai puisi terpancang dengan gagah ,menghias halamansamping kiri dan kanan rumah puisi ini. Membaca satu persatu puisi puisi dari berbagai tokoh budaya ,sungguh membuat kita lupa waktu.
Tentu saja peluang sangat berharga ini,tak kami biarkan berlalu begitu saja. Maka setiap spanduk yang menampilkan berbagai puisipuntak luput dari jepretan camera Samsung,yang selalu saya kantongi kemanapun kami pergi
[caption id="attachment_369386" align="aligncenter" width="420" caption="doc.pri"]
Puas menelusuri setiap tapak dari taman Rumah Puisi ini, kami duduk didepan kolam yang menghadap ke Gunung Merapi dan Singgalang,sambil mereguk nikmatnya secangkir cappuccino. Si Mbak yang mengantarkan minuman hangat ini, sekaligus menyampaikan ,bahwa kapan kapan berkenan, bisa nginap disini. Karena hotel ini terbuka untuk umum. “ Banyak orang tidak tahu,bahwa hotel ini terbuka untuk umum pak” kata si Mbak yang bernama Yetsi.,sambil tersenyum manis. Berapa tarif kamarnya ? Dimulai dari harga 500 ribuan.,da nada juga suite room ,dengan tarif satu jutaan.. Sayang sekali saya sudah booking hotel di Padang, sehingga tidak bisa menginap disini..Namun dalam hati saya berjanji,suatu waktu bila kesini lagi,kami akan menghabiskan hari hari libur kami disini.Disamping menikmati udara sejuk dan damai.sekaligus,ada banyak yang dapat dipetik pelajarannya disini
[caption id="attachment_369387" align="aligncenter" width="420" caption="doc.pri/benda pusaka"]
Ada Perpustakaan
Rencana tadinya hanya sejam disini,ternyata molor ,karena ternyata tidak hanya sekedar mereguk indahnya Rumah Puisi ini, tetapi masih ada Perpustakaan dan Museum penyimpanan keris dan benda benda pusaka.
Tidak ada penjualan tiket masuk. Tidak ada tukang parkir juga disini. Jadi setiap pengunjung dapat datang seperti berkunjung kerumah keluarga sendiri. Tentu saja hal yang kelihatan sepele ini,semakin membuat pengunjung semakin betah berlama lama disini.
[caption id="attachment_369388" align="aligncenter" width="420" caption="keris pusaka/tjiptadinata effendi"]
Sekilas Tentang Taufiq Ismail
Karena tidak ada guide yang menemani ,maka kami dengan santai menelusuri setiap ruangan yang ada. Ada keterangan tentang biografi pemilik Rumah Puisi ini. Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935 Pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, pindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. SMP di Bukittinggi, SMA di Bogor,.Pada tahun 1956–1957 ia memenangkan beasiswa American Field Service Interntional School guna mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS, angkatan pertama dari Indonesia
[caption id="attachment_369392" align="aligncenter" width="420" caption="foto tokoh budaya Indonesia/tjiptadinata effendi"]
Mengikuti International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat. Sementara itu juga tidak meliwatkan kesempatan untuk belajar pada Faculty of Languange and Literature, American University in Cairo, Mesir, pada tahun 1993
Taufiq bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra Horison (1966). Sampai sekarang ini ia memimpin majalah itu.
Taufiq merupakan salah seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Taman Ismail Marzuki (TIM), dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) (1968). Di ketiga lembaga itu Taufiq mendapat berbagai tugas, yaitu Sekretaris Pelaksana DKJ, Pj. Direktur TIM, dan Rektor LPKJ (1968–1978). (sumber: Biografi Taufiq Ismail)
[caption id="attachment_369393" align="aligncenter" width="420" caption="perpustakaan bisa buat kita lupa diri/tjiptadinata effendi"]
Taufiq pernah mewakili Indonesia baca puisi dan festival sastra di 24 kota di Asia, Amerika, Australia, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina. Kini Taufiq menjadi anggota Badan Pertimbangan Bahasa, Pusat Bahasa dan konsultan Balai Pustaka, di samping aktif sebagai redaktur senior majalah Horison.
[caption id="attachment_369394" align="aligncenter" width="300" caption="doc.pri"]
Museum Keris dan Benda benda Pusaka
Hanya beda ruangan dari perpustakaan, terdapat penyimpan beragam keris dan benda benda pusaka lainnya , Namun karena senja sudah memulai memeluk bumi ,maka tidak sempat lagi bertanya banyak mengenaiasal muasal kumpulan keris keris tersebut.
Namun,setengah harimeluangkan waktu di Rumah Puisi ini,serasa sangat singkat.Disamping merasakan adanya aura postif dan pemandangan yang mendamaikan hati dan jiwa ,masih diperkaya dengan tampilan berbagai puisi dari tokoh tokoh terkenal ,tidak hanya di Indonesia dan bahkan dikenal di dunia.
Ditulis di Rumah Puisi,pada tanggal 2 Pebruari, 2015
Dipostingkan di Kemayoran, tanggal 17 Pebruari, 2015