Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Arti Kehidupan

13 Februari 2017   09:56 Diperbarui: 13 Februari 2017   09:58 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup itu ibarat berjalan di padang pasir.bila kita tidak mawas diri,maka hanya tahu jalan pergi,tapi tidak tahu jalan untuk kembali lagi/tjiptadinata effendi

Memaknai  Arti Pencerahan Diri

Sering kali kita membaca tulisan :" Mohon pencerahannya" Apa sih yang sesungguhnya dimaksudkan dengan pencerahan ? 15 tahun yang lalu, buku saya yang berjudul:" Enlightenment " yang berarti :"Pencerahan" pernah diterbitkan oleh PT Elek Media Komputindo di Jakarta. Buku ini merupakan satu dari 9 judul buku lainnya. Tapi tulisan ini tentu tidak dalam konteks membahas buku dan juga sama sekali bukan dalam upaya promisi buku yang terselubung, Karena sejak 10 tahun lalu, buku tersebut sudah tidak lagi beredar di pasaran,maupun di toko buku Gramedia.

Tapi artikel yang saya tulis ini,ada hubungannya dengan esensial yang saya  tuangkan di dalam buku tersebut. Sehingga,walaupun tidak memelikinya,minimal intinya sudah saya tuangkan disini,dalam kalimat dan sudut yang sudah di sesuaikan dengan zaman.

Pencerahan ,dapat diterjemahkan sebagai :"menggapai Kesadaran Jiwa "atau dalam bahasa Inggeris ,dapat disejajarkan  dengan kata:

  1. enlightenment-
  2. illumination-
  3. awareness

 Yang dapat diterjemahkan secara bebas, melepaskan diri dari segala sesuatu yang bersifat negatif.Pengertian negatif,tentu tidak perlu dijelaskan ,karena semua orang memahami,bahwa sesuatu yang negatif,cendrung bermuara kepada sesuatu yang merugikan diri dan orang lain,atau kedua duanya.

 Banyak orang berpikir,pencerahan itu hanya untuk orang orang sholeh. Padahal,justru kita yang merasa,termasuk orang orang biasa dan bukan tipe agamis ,justru seharusnya belajar untuk menapaki jalan menuju kepada kesadaran jiwa atau yang lebih dikenal dengan istilah pencerahan diri.

Akan tetapi,karena kurangnya pemahaman dan teramat jarangnya  pembahasan tentang hal ini,mengakibatkan,semakin lama ,kata pencerahan semakin kehilangan maknanya.Dianggap tidak lebih dari sebatas dipahami sebagai salah satu kata gaul saja .Enak di dengar telinga dan seakan akan ,dengan semakin sering menyebut nyebut kata pencerahan ini,terkesan mampu  meningkatkan  citra diri.

Sementara sebagian orang bersikap apatis atau masa bodoh,karena terlalu sibuk dengan hal hal yang berada diluar diri. Kegiatan dan rutinitas hidup yang menguras,tidak hanya energy ,tetapi juga segala daya daya hidup dalam diri.

Berpacu dalam mencari rejeki, berpacu dalam menggali ilmu pengetahuan,berlomba lomba mencari kekayaan ,popularitas diri,jabatan dan sebagainya..Yang tentunya tidak ada masalah ,selama dalam batas kewajaran. Tetapi rutinitas hidup yang kebablasan ,secara tanpa sadar telah menyebabkan orang terjerat oleh jaringan yang tak terlihat,namun nyata. Ada belenggu yang tidak kasat mata, namun menyebabkan kita ,lupa,apa sebenarnya yang kita cari didalam hidup ini?

Hanyut dalam euforia kesuksesan ,harta yang melimpah atau popularitas yang sedang melambung tinggi atau larut  dalam kegalauan hidup, dalam menggapai perubahan nasib,menyebabkan kita kehilangan arah hidup.

Buktinya,setiap hari kita menyaksikan melalui pemancar televise,membaca di surat kabar ataupun dimedia elektronik lainnya, tentang perilaku manusia yang sudah menghancurkan harkat kemanusiaan itu sendiri. Bahkan suka ataupun tidak,kita harus menerima kenyataan,dalam hal kesetiaan,tidak jarang,manusia kalah dari makluk ciptaan Tuhan yang selama ini kita anggap berada dibawah derajat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun