Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memahami Seni Berbicara

14 Juni 2017   21:49 Diperbarui: 15 Juni 2017   03:42 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Memahami Seni Berbicara
Seni bukan hanya sebatas musik,seni lukis,seni pahat ,seni suara dan semua hal yang bernafaskan seni,tapi juga ada seni dalam berbicara. Mungkin kita semua pernah merasakan, betapa menjengkelkan mendengarkan seseorang berbicara,dengan menempatkan dirinya sebagai orang yang sempurna. Nah,kalau kita tidak suka diperlakukan demikian,maka konsekuensinya tentu kita jangan pernah lakukan terhadap orang lain.


Caranya adalah menempatkan diri secara tepat dan berbicaralah dengan rendah hati. Semua hal yang ingin disampaikan dapat diterima oleh orang banyak,tanpa harus melukai perasaan orang . Mengenai ada yang pro dan kontra,dengan apa yang kita bicarakan,adalah hal yang sangat wajar.Karena kita tidak mungkin dapat menyenangkan hati semua orang.Tapi setidaknya,jangan sampai menyakiti hati orang.
Kita mungkin merasa diri kita pintar, lulusan S3 terbaik ,piawai dalam banyak hal ,populer dan menjadi desicicion maker dalam satu komunitas. Tapi jangan lupa,bahwa sehebat apapun kita atau sebanyak apapun harta kita,bisa jadi diluar sana,ada orang yang jauh lebih hebat dari kita.


Apa yang bagi kita ,merupakan sesuatu yang dibanggakan,bisa jadi bagi orang lain,hanyalah uang recehan saja. Karena itu sangat penting kita memahami seni dalam berbicara,untuk menghindarkan agar:
jangan melukai perasaan orang lain
jangan sampai mempermalukan diri  sendiri, didepan orang banyak


Hal Hal yang perlu Diperhatikan:

  • pahamilah audience kita 
  • kuasai sepenuhnya,apa yang ingin disampaikan
  • gunakanlah bahasa yang santun
  • hindari seloroh yang tak senonoh
  • hindari garuk sana garuk sini
  • hindari meremas remas jari tangan
  • jangan masukkan tangan kedalam kantong
  • hindari berbicara terlalu panjang
  • hindari berbicara mengumam
  • hindari berbicara dengan kepada tertunduk
  • hindari mic terlalu dekat di mulut

Jangan lupa ,pada 10 menit pertama orang akan memperhatikan setiao kata yang keluar dari mulut kita. Namun semakin lama kita berbicara,maka perhatian audience akan semakin  menurun.  

Pembicaraaan Non Formal
Bila tidak memahami situasi dan audience ,maka jalan terbaik adalah irit berbicara dan memperbanyak senyum . Senyum adalah bahasa yang bersifat universal. Bila kita tersenyum dengan tulus,walaupun mungkin orang tidak memahami bahasa kita,tapi setidaknya memahami,bahwa kita menghargai dirinya.


Bilamana ada orang yang sedang berbicara membanggakan dirinya,biarkanlah orang merasa lebih dari diri kita,karena apa yang ada pada diri kita tidak akan berkurang secercahpun.
Untuk memahami semuanya ini,kata kuncinya hanya satu ,yakni : "rendah hati" .Tulisan ini,tentu bukanlah pelajaran etika,melainkan sekedar berbagi sepotong pengalaman hidup.

Bagaimana kami diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dimanapun kami berada.
Kami berbicara dihadapan berbagai kalangan, baik orang awam,maupun audiencenya dari kalangan akademis.Bahkan pernah audience saya adalah para medis,di gedung Departemen Kesehatan di Kuningan. Sama sekali tidak ada masalah,selama kita menguasai product knowledge atau apa yang ingin disampaikan.

Setiap orang Adalah Pemimpin

Mungkin ada yang berpikir:" saya bukan seorang pembicara " atau "saya bukan seorang pemimpin". Pendapat ini perlu direvisi,karena sesungguhnya setiap orang adalah pemimpin ,setidaknya dalam komunitasnya. Bisa saja,pada acara ulang tahun,kita diminta untuk berbicara di depan tamu. Nah,bayangkanlah andaikata kita sama sekali tidak siap untuk tampil,maka kita akan tergagap gagap ketika berbicara. Karena itu untuk tidak mempermalukan diri sendiri,maka tidak ada salahnya membekal dir dengan pengetahuan dasar,tentang seni berbicara

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun