Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lukisan Jokowi "Sang Optimisme" Terjual di Melbourne

12 September 2014   14:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:54 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_342296" align="alignnone" width="647" caption="lukisan Jokowi dibeli oleh Matt Sleeth/ft.youtube/abcinternational"][/caption]



Lukisan Jokowi” Simbol Optimisme “Terjual di Melbourne

Lukisan Jokowi telah dibeli olehMatt Sleeth, seorang Seniman Australia,karena dinilai melambangkan optimisme ,pada hari Sabtu ,tanggal 6 September, 2014 yang baru lalu. Dalam lelang lukisan , yang kesemuanya adalah merupakan hasil karya seni dari terpidana hukuman mati . Diantaranya Myuran Sukumaran yang melukis wajah SBY dan Jokowi. Semua hasil karya yang berjumlah 25 buah lukisan ini ,di tampilkan dalam sebuah galeri di Kota Melbourne .

Lukisan Susilo BambangYudhoyono , dibeli oleh Alexandra dan Larissa. Kedua wanita bersahabat ini mengatakan ,alasan mereka membeli lukisan SBY ,karena lukisan tersebut dihasilkan oleh tangan tangan yang mengambarkannya secara manusiawi. Padahal pada waktu mereka di jatuhi hukuman mati , secara tidak langsung SBY lah yang menentukannya,karena tidak memberi grasi kepada mereka.Namun tidak ada rasa dendam yang tertuang dalam lukisan tersebut,malahan dinilai sangat manusiawi.

"Hasil karya seni sangat spesial karena beliau-lah yang menjatuhkan hukuman mati kepadanya, dan Sukumaran melukisnya secara humanis," kata Larissa-Jane Ryan, warga Melbourn

[caption id="attachment_342297" align="alignnone" width="700" caption="kedua wanita ini adalah pembeli lukisan SBY/ft,youtube/abcinternational"]

1410480828670946067
1410480828670946067
[/caption]

Dalam waktu kurang dari 2 jam 23 lukisan terjual habis dengan harga 500 -550 dollar atau senilai dengan 5,5 juta rupiah. Seluruh hasil penjualan ini, akan disumbangkan kepenjara Kerobokan di Bali ,guna membeli berbagai kebutuhan, bagi para terpidana mati,agar mereka dapat mengisi sisaterakhir hidup mereka dengan hal yang postitif,yakni melukis.

Terpidana Mati dalam Kasus Bali Nine

Myuran Sukumaran,yang terlibat dalam kasus narkoba ,yang dikenal dengan nama :” Bali Nine” pada tahun 2005 dan sudah dijatuhi hukuman mati. Saat saat sebelum eksekusi dilaksanakan , Sukumaran dan teman temannya mendapat pelatihan seni .sebagai bagian dari program rehabilitasinya Penjara Kerobokan Bali kerap digambarkan sebagai penjara yang menakutkan, seperti yang dilukiskan dalam buku Hotel Kerobokan karya penulis asal Australia, Kathryn Bonella. Tapi kini penjara Kerobokan memiliki pelatihan seni bagi para narapidana sebagai bagian dari program rehabilitasi.

Dibantu dengan dua seniman asal Australia, Ben Quilty dan Matt Sleeth, Sukumaran mengekspresikan dirinya lewat karya seni.Wajah dari para pemimpin dan politikus Indonesia seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia terpilih Jokowi dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menjadi obyek lukisan.

Tak ketinggalan juga politisi Australia, seperti mantan Perdana Menteri Julia Gillard dan Perdana Menteri Tony Abbott.Selain itu, Myuran juga membuat potret teman-teman sesama napi yang sedang menjalani masa hukuman di Kerobokan.(sumber:abc.international./abcnews/erwinrenaldi)

[caption id="attachment_342298" align="aligncenter" width="364" caption="Jokowi dalam lukisan terpidana mati sukumaran/ft,abcinternational"]

1410480982538011550
1410480982538011550
[/caption]

Catatan penulis:

Jokowi yang dinilai sebagai :”symbol optimisme” bukan hanya oleh sebagian besar warga Indonesia, tetapi juga oleh warga Australia,tentu merupakan sebuah petanda baik. Karena di dalam kata optimisme sudah tersirat berbagai hal hal yang positif.

Seorang terpidana mati, ternyata disaat akhir hidupnya,yang tanpa harapan sama sekali, sudah membuktikan,secara eksplisit, bahwa ia memang merasa bersalah dan menerima hukuman mati dengan berlapang dada. Hal ini terbukti dari hasil karyanya melukis wajah SBY tanpa dendam dan kebencian.

Dari seorang terpidana mati, kita juga bisa belajar,untuk menerima sebuah kenyataan ,kendati kenyataan itu teramat pahit,yakni :”mati”.dengan berjiwa besar. Dalam bahasa lain,Sukumaran mengatakan:” Ya,saya memang bersalah dan patut menerima hukuman mati ini” . Mungkinkah hal ini dijadikan refleksi diri kita? Mari kita tanya hati kita masing masing.

Mount Saint Thomas, 12 September.2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun