Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebaran, Kami Sekeluarga Makan dan Tidur di Kampung yang 100 Persen Beragama Islam

3 Juli 2016   17:38 Diperbarui: 4 Juli 2016   10:21 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai Non Muslim, Boleh Nggak Kangen Susasana Lebaran di Kampung?

Lain Bengkulu, lain Bayang. Lain dahulu, lain pula sekarang. Apa yang dulu sama sekali tidak dipermasalahkan dan diterima ,sebagai bagian dari hidup damai dalam keberagaman, kini bisa jadi di nilai secara kritis. Karena dunia kini, penuh dengan penilaian penilaian .Dan penilaian tersebut ,bisa saja  berkonotasi sinis,bila dianggap tidak seirama dan tidak senada ,Baik dalam arti tersirat , maupun dalam pengertian hidup yang sesungguhnya.

Bulan Puasa Diwaktu Dulu 

Dulu, setiap bulan puasa ,setiap hari Sabtu, dirumah kami selalu ada acara buka bersama, baik dengan tetangga,maupun dengan teman teman yang menjalankan Ibadah Puasa.Tak ada keraguan sedikitpun dari teman teman kami dan tidak pernah ada seorangpun yang menanyakan ,tentang makanan yang kami sediakan. 

Karena mereka yakin dan percaya kepada kami sekeluaga. Tetangga itu bagaikan satu keluarga. Kapan kapan mereka datang bertandang kerumah kami ,walau hanya sekedar ngobrol ngobrol ,sambil menikmati secangkir kopi atau sebaliknya ,kami yang bertandang kerumah mereka ,disaat saat ada waktu senggang.

Open House di Hari Lebaran

Bila Lebaran, mengadakan “open house” bagi anak anak sekampung dan anak anak karyawan kami yang 99 persen beragama Islam. Walaupun kami tidak merayakan Lebaran secara agama, namun secara phisik,kami turut mengambil bagian dari perayaan tersebut.

Hal ini menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi kami sekeluarga. Karena kami peduli pada mereka, maka kami dikunjungi. Istri saya Lina sejak satu bulan sebelum hari raya Imlek dan Idul Fitri, sudah menukarkan lembaran uang kertas baru di bank.Untuk dibagikan pada anak anak yang berkunjung kerumah kami.Membuat anak anak bahaga, sungguh merupakan hiburan tersendiri bagi kami.

Walaupun hanya hal hal kecil yang kami lakukan, namun ternyata hingga anak anak itu beranjak dewasa,setiap kali kami pulang kampung dan ketemu salah satu ,mereka menyambut kami dengan sangat antusias.Apalah artinya “angpau” yang kami bagikan, bila dibandingkan  dengan hubungan kekeluargaan yang berlangsung selama puluhan tahun hingga saat ini.

Sekeluarga Tidur di Kampung Yang 100 Persen Beragama Islam 

Dihari ketiga lebaran,kami sekeluarga,bukan hanya sekedar berkunjung kerumah teman teman yang merayakannya,malahan kami tidur dikampung kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun