[caption id="attachment_380269" align="aligncenter" width="546" caption="makan siang disalah satu restoran/doc,pri"][/caption]
Sebagai Diaspora Indonesia , Ini yang Dapat Kami Lakukan
Hari ini ,saya dan istri memanfaatkan hari terakhir kami di Perth,karena malam ini dengan menumpang pesawat Jet Star,kami akan berangkat ke Sydney, untuk kemudianmelanjutkan perjalanan kerumah puteri kami di Wollongong. Seperti biasa, kami lebih senang menggunakantranportasi umum,yakni bus dan kereta api. Karena bila menggunakan kendaran pribadi, maka disamping bbm yang cukup mahal disini,yakni berkisar antara 1,40 dolar perliter. Disamping harus membayar parkir yang cukup mahal, sekitar 3 dollar perjam.
Dengan menggunakan jasa kereta api, kami dapat duduk santai sambil menikmati perjalanan atau mengetik di laptop yang selalu diusung kemana pergi. Sehingga tidak ada waktu yang terbuang percuma.
Makan Siang Diisi dengan Debat ;’Bayar dan Gratis”
Kami memesan satu piring makanan,karena porsinya untuk ukuran orang Indonesia , terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Jadi sepiring kami bagi dua. Hari ini restoran mendapat kunjungan luar biasa ramainya . Mereka diantarkan oleh bus khusus. Karena masih dalam rangka Anzac Day, maka seluruh warga yang tinggal di kompleksenior citizen ,plus keluarga dari para Veteran ,dijemput dan diantarkan ke restoran ,untuk mendapatkan makanan secara gratis.
Ketika saya pesan satu porsi untuk berdua, si gadis yang melayani memandang tercengang,sambil berkata :”Maaf, anda berhak makan masing masing satu porsi” . Tapi kalau anda memang minta hanya satu porsi ya terserah anda”,katanya ramah.
[caption id="attachment_380275" align="aligncenter" width="700" caption="ft,tjiptadinata ffendi"]
Selesai Makan, Uang Kami Tidak Mau Diterima
Selesai menikmati makan siang, istri saya berdiri di depan kasir dan mau membayar pesanan kami. Tapi Kasir malah menolak,katanya :” Anda berdua dari rombongan bus,jadi anda tidak usah membayar apapun”,katanya mantap.
Saya mencoba menjelaskan bahwa kami bukan keluarga Veteran. Kami memang memegang kartu Senior, tapi kami tidak tinggal di komplek senior citizen. Namun , si Kasir tetap ngotot, tidak mau terima uang kami ,karena takut dimarahin bossnya.
Agak unik memang, biasanya orang ngotot nggak maubayar, yang ini malah ngotot mau bayar. Tiba tiba seseorang yang kelihatan Boss nya datang menghampiri. Ia bertanya dengan sopan:” Maaf, ada masalah apa?”
Saya jelaskan bahwa kami berdua dari Indonesia, jadi bukan keluarga dari Veteran perang dan juga bukan penghuni komplek senior citizen. Kami tinggal dirumah putra kami. Jadi kami mau bayar untuk apa yang kami sudah makan”
Siboss,yang bertampang Asia terdiam sesaat dan tiba tiba ,ia ngakak,karena sudah tahu masalahnya ,sambil berkata, :” Indonesia? Thank you so much . Wonderful!..” katanya dengan suara keras. Menyalamisaya berulang kalidan kemudian si Kasir menerima uang dari istri saya, sambil minta maaf,karena sudah maksa maksa tidak mau terima uang pembayaran makanan.
Aduh mau bayar makan saja koq repot ya.Tapi dalam hati kecil ,kami lega,setidaknya melalui hal yang kelihatan sangat sepele, sepiring nasiseharga 18 dolar,tapi kami sudah menunjukkan bahwa orang Indonesia itu jujur lho! Nggak mau makan gratis!
Orang sekitar yang sedang makan ,menghentikan sejenak menyuap makanan dan memandang kepada kami dengan tersenyum dan rasa hormat,
Kami juga mengangguk ,membalas salam mereka. Padahal yang kami lakukan bukan sesuatu yang hebat, hanya memenuhi kewajiban. Karena sudah selesai makan,maka tentu wajib membayarnya. Namun ,disinilah mereka menghargai sebuah kejujuran, bukan dari jumlah yang mau dibayar, tetapi dari niat dan tekad hati untuk jujur.
Sebagai salah satu dari sekian ribu diaspora Indonesia di Australia, kami tidak mungkin melakukan hal hal besar, tetapi dengan melakukan hal hal kecil ,setidaknya kami sudah membuktikan cinta kami yang besar terhadap tanah air Indonesia dan tidak akan pernah menodainya dengan berlaku tidak jujur dinegeri orang.
Iluka, 26 April, 2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H