Lahir di Singapura 65 Tahun Lalu ,Tapi Dalam Dadanya Hanya Ada Merah Putih
Pesawat Scoot ,dengan Nomor Penerbangan Tz 7 ,yang diberangkatkan dari Bandara Internasional Perth- Western Indonesia, landing dengan mulus, pada jam 02.15  dini hari  ,setelah menempuh perjalanan selama 4 jam dan 37 menit . Setelah pesawat  berhenti dengan sempurna dan penumpang diijinkan turun,kami pun melangkah masuk keruang kedatangan di Terminal 1, Bandara International Changi.
Mau masuk ke Hotel Transit, lumayan ,175 dolar plus plus. Maka kami manfaatkan waktu untuk menikmati masing masing secangkir capucinno dan sepotong kue ,yang totalnya hampir 20 dolar . Selanjutnya ,duduk bengong ,menunggu hingga siang,tentu akan sangat membosankan,disamping membuang waktu secara percuma. Kami karena sudah mulai pagi,kami memutuskan naik bus untuk keliling keliling Singapore.
Bertemu pak Ahmad
Di Stopan bus,masih tampak lenggang,karena masih pagi.Hanya ada seorang pria yang kelihatan,hampir sebaya dengan saya. Maka saya mulai menyapa dengan ucapan selamat pagi,karena tampangnya mirip dengan orang Indonesia.
Mendadak ,Pria yang tadinya tampak berdiam diri,tiba tiba berubah ceria dan langsung bertanya :" Maaf,dari Indonesia ya pak? " Bahasa Indonesia nya cukup baik,bila dibandingkan dengan rata rata orang Singapore atau orang Malaysia dalam berbahasa Indonesia.
Maka dalam hitungan menit,kami sudah terlibat komunikasi yang sangat akrab. Pak Ahmad,sangat antusias bercerita.Karena itu saya lebih banyak menjadi pendengar yang baik. "Ayah saya dibawa Tentara Dai Nippon, dari kampung kami di Banjar -Kalimantan . Kemudian menikah disini dan lahirlah saya, 65 tahun lalu. Saya dibesarkan sebagai orang Singapura dan menjadi warga Singapura. Tapi sejujurnya pak, dalam dada saya ,yang berkibar adalah Merah Putih." Sejenak Pak Ahmad  terdiam dan terlihat matanya berkaca kaca.Kemudian melanjutkan:"Bukan maunya saya dilahirkan disini,tapi takdirlah yang membawa saya terlahir disini. Walaupun sudah 65 tahun disini, hingga saat ini,saya selalu merasa diri orang Indonesia. Sungguh pak,dalam dada saya ,yang ada hanyalah Merah Putih"
Kami sama sama terdiam...
Karena lama hening,maka untuk memecahkan kebekuan, giliran saya,yang memulai pembicaraan. "Pak Ahmad, kisah hidup kita berbeda jalur . Kalau saya justru kakek moyang saya yang berasal dari negeri Cina. kakek saya lahir di Indonesia ,ayah dan ibu saya juga lahir di Indonesia dan saya dilahirkan pada waktu jaman Jepang,yakni tahun 1943. Walaupun hingga kini ,saya masih dianggap non pribumi oleh sebagian saudara saudara  kita,tapi dalam dada saya selalu ada Merah Putih"
Kembali kami sama sama terdiam. Saling memandang,seakan saling menjajakki hati masing masing. Tampak mata pak Ahmad berkedip kedip dan  memerah.  Entah diri saya bagaimana,saya tidak bisa melihatnya. Kami berdua, terlahir dengan kisah yang berbeda.Beda alur cerita dan beda iramanya.Mungkin saja pak Ahmad ,di Singapura masih dianggap Orang Melayu dan diri saya disebut sebagai non pribumi,karena terlahir sebagai orang Tionghoa. Tapi yang pasti bagi kami berdua ,dalam dada kami hanya ada Merah Putih.
Siapa yang tahu,cerita kami benar atau bohong? Tentu hanya Tuhan dan kami berdua.