Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kisah Keunikan Perang Antar Suku di Tanah Papua

10 Desember 2014   23:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:35 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_358828" align="aligncenter" width="564" caption="www.nabire.net.com"][/caption]

Kisah Keunikan Perang Antar Suku di Tanah Papua

Malam tadi , kami diundang santap malam oleh Pak Max Krey,yang merupakan salah seorang tokoh masyarakat yang cukup dikenal disini, bersama beberapa orang teman. Makan ikan bakar dan saus tomas ,yang diaduk dengan cabe rawit dan bawang putih ,memang sangat nikmat.

Apalagi ikannya masih sangat segar. Kata pelayan di restoran, ikan disini baru mati sekali Opa, Kalau di Jakarta ,yang dijual adalah ikan yang sudah mati berkali kali. Mungkin maksudnya ,ikan yang sudah keluar masuk kotak pendingin berkali kali.

Selesai menikmati masing masing seekor ikan ,dengan sepiring nasi putih, kami mulai saling bercerita hilir mudik. Hingga sampai ke kisah Unik Perang Suku di Tanah Papua

Kisah Keunikan Perang Antar Suku di Papua

Menurut Pak Max (nama asli),di Papua ini ada sekitar 420 bahasa daerah yang berbeda,walaupun dari sudut geografis,letak desa dengan desa lainnya sesungguhnya hanya berjarak beberapa km saja. Disini masih tetap berlangsung perang antar suku atau antar kelompok. "Perang suku di sini tidak mungkin bisa dihapuskan ,karena merupakan budaya dari suku suku disini.Bisa terjadi dimana saja.misalnya di Timika,Baliem dan di desa lainnya.. Bagi mereka ,perang itu adalah untuk membela kehormatan keluarga dan suku.",jelas pak Max yang kini sudah berkepala 5.

Tidak jarang, dalam satu suku,tapi beda kampung, mereka bisa saja berperang sewaktu waktu. Misalanya bila ada salah seorang warga mereka yang terbunuh oleh warga desa lainnya,maka tidak peduli salah atau benar,mereka harus membela kehormatan yang tewas dengan berperang. Sehingga di pihak "musuh" jatuh korban. Kalau sudah ada yang tewas ,maka mereka bisa berdamaidengan bakar batu dan makan bersama.

Tapi kalau yang tewas lebih dari satu,maka pihak lawan,akan melanjutkan perang, sehingga korban menjadi sama ,yakni 1: 1 atau 2:2,kayak pertandingan sepak bola saja.

Masih menurut pak Max, biasanya perang antar kelompok ini sering terjadi di Baliem. Mereka berperang dengan mengunakan panah ,tombak dan parang atau apa saja yang dapat dijadikan senjata.

[caption id="attachment_358830" align="aligncenter" width="512" caption="ilustrasi perang antar suku/www.festivallembahbaliem.com"]

141820415980587527
141820415980587527
[/caption]

Cease Fireatau Gencatan Senjata Untuk Istirahat Makan

Ketika matahari sudah naik tinggi ,menunjukkan hari sudah siang,makakedua suku yang berperang mengadakan :" cease fire" atau gencatan senjata. Kedengarannya lucu,kayak anak Tk lagi beratem saja. Tapi karena yang bercerita adalah warga asli dari Tanah Papua dan berkali kali mengatakan:"Benar begitu Pak Effendi" ,makamau tidak mau ,tentu saya harus percaya,bahwa apa yang diceritakannya bukanlah sebuah lelucon,melainkan sebuah keunikan dari perang antar suku.

Tamu Boleh Minta Ijin Liwat

Yang tak kalah uniknya adalah ,ketika sedang berlangsung perang antar kelompok ini dan ada tamu yangkebetulan mau meliwati daerah zona perang ini, tidak usah kuatir. Minta ijin pada kepala suku atau kelompok,maka kita bisa lewat dengan selamat. Kedua belah pihak yang bertempur,tidak akan memanah ataupun melukai tamu yang lewat.

Pak Max bilang pada saya, kalau tidak percaya ,nanti suatu waktu boleh dicoba.Tapi saya katakan, memilih untuk percaya saja,ketimbang membuktikannya dengan masuk dalam kancah peperangan antar kelompok. Bisa bisa panah beracunnya nyasar dan saya yang jadi sasarannya.

Bandara Sentani, 10 Desember, 2014

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun