[caption id="attachment_325162" align="aligncenter" width="491" caption="Living in harmony - foto : tjiptadinata effendi"][/caption]
Kiat Agar Tetap Sehat dan Prima Walau UsiaSudah Lewati 70 Tahun
Lengkaplah sudah kebahagiaan yang saya rasakan, ketika kemarin di tulisan saya tentang hari Ultah saya, ternyata dibaca orang banyak . Dan yang lebih menyenangkan banyak sekali ucapan selamat dan doa yang saya terima. Baik di Kompasiana, maupun di facebook. Jujur, saya sangat senang dan bersyukur, karena dikaruniai teman teman dan sahabat , yang mau meluangkan waktu untuk menyampaikan ucapan selamat dalam berbagai bentuk dan cara. Ada yang mengirimkan gambar, video clip dan foto pribadi saya, yang sudah di gabung dengan tehnik tertentu, sehingga menampilkan foto yang menarik.
Yang tidak kurang menariknya adalah sebuah komentar yang menginspirasi saya , untuk menulis artikel kecil ini, Komentar tersebut berbunyi:”
Selamat ulang tahun pak Tjip. Boleh tanya ya ? bagaimana rasanya menjadi orang berumur tujuhpuluhan ? mungkin dari aspek kesehatan, aktivitas, orientasi hidup dan pandangan terhadap aktivitas orang2 disekitar kita ? maaf kepo banget hanya karena saya masih jauh dari usia itu dan belum tentu juga saya mencapai usia seperti pak Tjip. kalau pak Tjip berkenan untuk menjawab, japri juga gak apa2:”( terima kasih kepada Mbak Laura, yang telah menginspirasi , sehingga saya terdorong untuk menuliskannya disini.--)
Bagaimana RasanyaKetika Usia tiba tiba 71Tahun?
Pertama adalah rasa syukur, karena di usia yang kata orang , sudah cukup dewasa ini, saya dan istri dikaruniai kesehatan yang sangat prima. Saya kemana mana masih nyetir sendirian, istri saja, tiap hari juga sibuk masak dan nyuci dan nyerika pakaian. Membaca dan mengetik naskah tanpa kaca mata. Dikaruniai anak mantu cucu, yang sangat menyayangi kami.. Bahkan mantu kami yang bule, dengan senang hati menyemput kami di bandara Sydney, ditengah malam. Padahal lagi musim dingin,
Cucu cucu sangat berbesar hati menyambut kedatangan kami dan masih lagi di tunggu teman teman kami di Australia... Sungguh Mahabesarlah Tuhan.
Apa yang saya Pikirkan
Saya introspeksi diri, sebagai seorang ayah, saya sudah tidak lagi memiliki kewajiban pokok terhadap anak anak, karena mereka ketiganya sudah kami antarkan ke dunia pendidikan dan kini sudah memiliki keluarga mereka masing masing. Sebagai seorang ayah, saya harus memahami, bahwa tugas anak adalah menghormati dan menghargai orang tuanya, tapi tugas pokok mereka adalah melayani keluarga mereka, Jadi saya tidak pernah mengharap , apalagi menuntut untuk diperhatikan secara berlebihan., Sehingga kehadiran kami dimanapun, sama sekali tidak menjadi kendala bagi anak mantu dan cucu cucu.
Saya tidak pernah mencampuri urusan anak anak kami dan keluarganya, Kalau diminta, saya akan memberikan pendapat dan saran saya, kalau tidak, saya tidak menyinggung apapun tentang rencana keluarga mereka . Kecuali hal hal yang menurut saya, sifatnya imergensi, baru saya mengingatkan.
,Sebagai Seorang Suami
Dalam ketidak sempurnaan ,Saya senantiasa berusaha mencintai istri saya secara sempurna, menghargai dan menghormatinya.. Sejak menikah ,hingga tahun depan usia pernikahan kami akan mencapai golden anniversary (kalau Tuhan mengijinkan_) , saya tidak pernah membuka tas istri saya, kecuali diminta tolong ambilkan sesuatu . Begitu juga istri saya juga tidak pernah memeriksa kantong baju, maupun celana dan tidak pernah membuka dompet saya , kecuali saya yang minta. Hal sangat sepele, tapi kami sudah membiasakan diri sejak menikah, mulai mengawali segala sesuatu dengan yang paling kecil, sehingga melakukan sesuatu yang besar, sudah tidak jadi masalah . Karena mustahil tiba tibasaja, saling cinta, saling menghargai dan saling menghormati itu, jatuh begitu saja dari langit, Semuanya perlu penerapan ,selangkah demi selangkah,
Saya tidak pernah menyuruh nyuruh istri saya, selalu saya minta tolong dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Walau hanya untuk secangkir capucino. Begitu juga sebaliknya.
Kalau saya tidak senang sesuatu, saya tidak pernah marah , hanya mengatakan:” Sayang….lain kali jangan begitu yaa..:” Dan istri saya sudah hafal gaya saya.
Sebagai Seorang Kakek
Saya sangat mencintai semua cucu cucu saya. Dan salah satu kebahagiaan kami adalah ketika cucu sulung kami menerima gaji perdananya dan kami berdua ditraktir makan malam. Rasanya suatu kebahagaiaan yang tak ternilai, disopiri dan ditraktir cucu. Walau sebenarnya kami bisa saja membayar semuanya itu.
Semua cucu cucu ,sangat menyayangi dan sangat sopan kepada kami, kendati mereka againian sudah lahir di Australia dan tidak bisa lagi berbahasa Indonesia,namun rasa hormat terhadap orang tua, tetap kami tanamkan pada mereka.
Selain dari cucu cucu yang terlahir dalam keluarga , banyak sekali anak anak teman teman yang sudah menganggap kami Opa dan Oma nya. Maka kami juga sangat menyayangi mereka, Tiap pulang ke Indonesia, kami harus beli kaus sekoper, untukdibagi bagikan kepada semua cucu cucu kami, termasuk cucu angkat kami,yang bagi kami bukan beban, melainkan bonus kebahagiaan.
Saya dan istri selalu membuat jadwal untuk kami sendiri, walau kami sudah tidak bekerja lagi ,tapi kegiatan selalu disini penuh’, misalnya :
Bangun pagi jam 4.oo subuh
Doa pagi’’
Mandi
Sarapan’
Membaca/menulis./ber kebun / gosok pakaian
Kepasar /ke club bowling/ senior club ..kujungan sosial
Makan siang bisa dimana saja. / di club/ dirumah/ di pantai /di restaurant/tidak mengikat diri harus makan apa atau dimana.
Tidak ada acara tidur siang bagi kami ,kecuali lagi kurang sehat. Tidak ada pantangan makanan dan minuman , hanya saja, kami berdua harus tahu diri, untuk tidak makan berlebihan. Dalam pembicaran dengan teman teman , kami selalu mensterilkan terhadap maslah : poltik/agama/ urusan pribadi orang lain/ maslah keuangan.untuk menghindarkan saling singgung menyinggung.
Bersahabat dengan siapa saja, tidak ada batasan suku, bangsa dan agama , maupu latar belakang pendidikan. Teman kami disini ada tukang batu, tukang pos, tukang potong rumput, cleaning service, mahasiwa, dosen, dokter dan professor.Ada orang Indonesia/Malaysia, /Brunei / Australia/Amerika/,Mexico/ Spanyol/Mesir/ Turkei /China./Jepang/ Korea dan seterusnya.
Apa yang Selalu Saya Terapkan dalam Hidup
Mengawali hari dengan bersyukur
Menjadi sahabat semua orang
Memberikan keteduhan dan keceriaan ,dimanapun berada
Tidak pernah menuntut balasan apapun.
Selalu menjaga pola hidup sehat,dengan berpikir yang sehat dan makan makanan yang sehat.
Orientasi Hidup
Dulu sewaktu masih muda , Orientasi hidup adalah mengumpulkan uang sebanyak banyaknya, untuk membiayai pendidikan anak anak di luar negeri. Kemudian setelah anak anak selesai study, Orientasi adalah traveling around the world. Setelah semuanya terpenuhi, Orientasi Hidup untuk menjadi manusia yang berguna bagi sesama, minimal untuk jangan pernah menjadi beban orang lain, termasuk anak mantu dan cucu sendiri. Selalu berusaha untuk memberi, tanpa mengharapkan balasan apapun. Aktif dalam berbagai organisasi sosial , antara lain sebagai Ketua Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia /Pengangkataan oleh Menteri Kesehatan R.I. untuk Priode ke II- Pendiri dan Ketua Yayasan Waskita Reiki/ member of I.A.R.P/member of all Senior Clubs in NSW.
Pandangan Terhadap Aktifitas Orang Sekeliling
Menghargai semua kegiatan sosial , selama yang dilakukan adalah hal hal positif. Tidak suka politik, tapi sahabat saya banyak dari tokoh politik, bahkan yang menjemput kami di Biak adalah dua orang tokoh Politik, beda bendera. Tapi mereka tahu menjaga untuk tidak membahas masalah politik ketika bersama saya.
Bersahabat dengan beberapa orang mentri, jenderal dan professor, tetapi saya juga berteman dengan Sopir, Tukang Beca dan Pengemudi tuk tuk. Sahabat saya beberapa adalah termasuk orang terkaya di Indonesia. tapi tidak sekalipun saya meminta sesuatu, dalam bentuk apapun.karena saya sudah dikaruniai oleh Tuhan berkecukupan, kendati jauh dari kata kaya. Saya juga bersahabat dengan orang yang hidupnya dan latar belakang sosialnya dari kalangan ekonomi paling bawah. Dalam bersahabat saya tidak pernah berdasarkan : suku, asal keturuan dan agama. Bagi saya, siapapun yang berkenan menjadi sahabat saya, dengan rasa syukur saya pasti menerimanya. Tidak pernah menunggu untuk minta dijadikan teman, tidak jarang , saya yang minta untuk dijadikan teman,tanpa gengsi bahwa saya adalah ketua ini dan itu. Karena saya memahami. bahwa apapun yang saat ini ada pada saya, hanya titipan Ilahi . yang bisa diambil kapan saja. Hal inilah menjadi rambu rambu dalam hidup saya, agar tidak pernah merasa lebih dari orang lain. walapun kami sudah mengelilingi 5 benua di dunia dan mengunjungi the 7th wonders of the world
[caption id="attachment_325178" align="aligncenter" width="614" caption="beda suku bangsa/agama/budaya/ bukanlah halangan untuk menjalin sebuah persahabatan: doc. tjiptadinata effendi"]
![14008095851690195177](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14008095851690195177.jpg?t=o&v=770)
Pandangan Tentang Agama
Tidak ada agama yang bisa menjanjikan tiket masuk ke surga bagi umatnya , termasuk agama yang saya imani. Saya meyakini, bahwa prilaku dan sikap mental , serta penerapan cinta kasih dalam hidup ini, harus bersifat vertikal dan horizontal. Adalah mustahil , saya berani mengatakan mengasihi Tuhan, bila saya tidak bisa mengasihi keluarga saya dan orang orang yang tampak di depan mata saya. Bila untuk mengasihi yang tampak nyata saja tidak bisa, bagaimana mungkin saya bisa mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan. Tapi ini adalah ungkapan pribadi , bukan suatu ajaran agama, karena saya bukan seorang rohaniwan dan juga bukan seorang yang sangat agamais.
Dalam keluarga besar kami, kalau mau dikomposisi, maka yang menjalani hidup menurut agama Katholik/Kristen = 45 persen/ Yang hidup sesuai hukum Islam = 45 persen / Yang hidup menurut tradisi Budha /Hindu = 10 persen. Tapi kami semuanya akur, tidak pernah sekali juga keluarga bertengkar karena masalah agama. Kami sangat menghargai pilihan hidup masing masing anggota keluarga.
Mungkin agak terlalu panjang tulisan saya, hampir sepertiga biografi saya sudah tertuang disini.
Semoga tulisan kecil ini, ada manfaatnya untuk dibaca.
Mount Saint Thomas, 23 Mei , 2014’
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI