Ketinggian Ilmu Bila Tidak Disertai Kematangan Pengendalian Diri  Merupakan Bahaya Terselubung
Bila dianalogikan seorang anak yang belum dapat mengendalikan dirinya, memegang sebilah pisau. Maka hal ini sangat berpotensi terjadinya berbagai bahaya. Baik bahaya melukai dirinya sendiri dan lebih besar kemungkin melukai orang sekelilingnya. Karena dengan memegang pisau ditangan, maka  anak termotivasi memiliki kekuatan  bahwa ia mampu menguasai orang lain. Sehingga bilamana terbentur ketika keinginannya tidak terpenuhi, maka pisau tersebut akan digunakannya sebagai ujung tombak untuk memaksakan kehendaknya.
Namun karena masih anak anak, maka kekuatan yang dimilikinya ditambah dengan senjata yang ada ditangan, seorang anak masih dapat dengan mudah dilumpuhkan, bila beraksi untuk melukai orang banyak.
Bahaya Yang Jauh Lebih Besar
Dalam kapasitas bahaya  yang jauh  lebih besar,  dapat kita simak dengan  menyaksikan pada masa ini, bagaimana orang orang yang sudah  dewasa dalam usia bahkan menduduki jabatang penting, namun tidak memiliki kemampuan pengendalian diri. Hal ini tak ubahnya bagaikan seorang anak yang dibekali dengan sebilah pisau. Bahkan mampu beraksi dan mengakibatkan petaka yang jauh lebih parah dengan ketinggian ilmu yang dimilikinya.
Dalam kapasitas diri yang besar yang tidak disertai kemampuan mengedalikan diri, maka orang dapat melakukan berbagai hal yang sangat berbahaya dan merugikan orang banyak. Antara lain dengan ilmu yang dimilikinya ia mampu menciptakan jurang antara perbedaan perbedaan yang ada di dalam masyarakat.Baik karena berbeda suku budaya dan agama. Dan tipe ini akan tega melakukan apapun, termasuk:
- membenturkan dua kelompok yang bertikai, untuk meraih keuntungan diri
- menebarkan intrik intrik yang dapat memecah belah, dengan tujuan menangguk diair keruh
- memprovokator seluruh aspek kehidupan yang dapat semakin memperkeruh suasana
Terpancang Pada Ketinggian Ilmu
Walaupun dalam penerimaan karyawan, sudah diterapkan interview, yang mencoba menggali kemampuan pengendalian diri dari calon karyawan, namun amat disayangkan, biasanya lolos ,karena jenjang keilmuan yang dimilikinya.  Secara umum orang akan menomor satukan, pemegang ijazah, walaupun sesungguhnya kemampuan pengendalian emosionalnya tidak setara dengan pencapaiannya di bidang keilmuan.  Bila dibandingkan  atau disejajarkan dengan seseorang yang matang  dan mantap secara emosional, namun tidak memegang ijazah ditangannya, maka yang dinomor satukan adalah Pemegang Ijazah.
Hal  inilah yang dibelakang hari menimbulkan kegaduhan kegaduhan, akibat perilaku, pernyataan pernyataan dan tindak tanduknya, ternyata sama sekali tidak mencerminkan ketinggian ilmunya.
Kematangan Dalam Pengendalian Diri
Setiap orang ,siapapun adanya, dalam berinteraksi dengan sesamanya, sudah jelas tidak hanya melakukan komunikasi yang bersifat verbal, melainkan juga, secara sadar ataupun tidak melibatkan hubungan emosional. Untuk dapat tercipta jalur yang menuju kepada sebuah pengertian dan kemufakatan, Yang secara langsung akan saling mempengaruhi. Selanjutnya hal ini juga akan menjadi sangat kentara tentang kemampuan diri, untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana ia hidup Hal inilah yang mampu menempatkan seseorang menjadi sosok yang bermanfaat bagi lingkungannya. Baik di kantor dimana ia bekerja, maupun dalam urusan kekeluargaan dan kehidupan sosial. Ketinggian ilmu yang tidak disertai dengan kesetaraan kematangan pengendalian emosional, akan menempatkan seseorang keluar dari lingkungan pergaulan sosial.