Ketika  Satpol PP Harus Merombak Rumahnya sendiri
Kisah kisah tentang tindakan Satpol PP dalam menjalankan tugasnya, selalu menciptakan pro dan kontra. Ada yang memahami, bahwa mereka ,para petugas Satpol PP adalah orang yang ditugaskan untuk melakukan upaya penertitban dan pembersihan. Dan dalam melakukan tugas melakukan tugasnya,pasti tidak akan terluput dari terciptanya berbagai rasa tidak puas,bahkan perlawanan.
Baik dalam ungkapan maki makian, maupun dalam bentuk  tindakan phisik,dengan menyiramkan  air cabe ke petugas atau melempari dengan apa saja yang ada di depan mereka.
Tugas para Satpol PP ini adalah melakukan penertiban dan pembersihan,sesuai perintah atasan.agar DKI menjadi kota yang apik dan rapi,serta warga mendapatkan tempat tinggal yang layak di rusun.Namun para warga yang terkait langsung dengan penertiban ini, sebagian tidak dapat menerima dan menganggap hal ini adalah sebuah bentuk penindasan.
Tulisan ini bukanlah dalam konteks memberikan penilaian penilaian ,melainkan semata dari sudut pandang anggota Satpol PP yang melakukan tugas ini. Apalagi ketika ia harus merombak rumah keluarganya sendiri.
Yang selama ini ditampilkan adalah sikap arogan dari para Satpol PP ini, yang bertindak overacting dalam melakukan penertiban dan seakan tanpa kenal ampun. Namun benarkan mereka semua tidak punya  perasaan kemanusiaan?
3 hari lalu saya ke Kantor Kecamatan Kemayoran di Jalan Yos Sudarso, untuk mengurus pembayaran PBB apartement kami, yang sudah jatuh tempo.Kami diminta naik kelantai 3 dan disambut dengan sangat santun oleh petugas. Yang memberikan selembar kertas yang berisikan data data dan jumlah uang yang harus kami lunaskan. Pembayaran dapat dilakukan di ATM BCA atau melalui internet banking.
Kami lalu pamitan dan turun kelantai dasar. Sementara duduk dibangku menunggu kendaraan, ada dua orang anggota SatPol PP disana,yang menyapa kami :" lagi urus PBB pak, bu?" Agak surprise juga ,karena selama ini dalam pikiran saya, petugas SatPol PP adalah orang orang yang arogan dalam menjalankan tugasnya. Ternyata kali ini, malah kami yang disapa dengan sopan.
Ditimpuk kotoran ,disiram air comberan dan bahkan dilempati dengan apa saja. Tidak ada yang tahu, bagaimana perasaan saya,ketika harus merombak rumah yang didiami orang orang tua sendiri "Walaupun saya tidak ikut turun dengan tangan sendiri untuk merobohkan, tapi saya ada disana pak." kata mas Dibyo dengan pandangan mata menerawang, ....
Menengok dari jarak sekitar satu meter didepan mata,sosok yang termasuk anggaota SatPol PP ini,tampak bagaikan melamun..entah apa yang ada dibenaknya. Tapi yang jelas wajahnya sama sekali tidak menunjukkan wajah orang yang arogan dan tanpa rasa kemanusiaanÂ