Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketika Politik Merasuk keranah Perdagangan

13 Februari 2015   05:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:18 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik merambah kesemua bidang kehidupan,tentunya termasuk dunia perdagangan,bukanlah suatu hal yang baru. Namun, mungkin masih banyak orang yang tidak menyadarinya dan berpikir, bahwa politik itu hanya berkisar dalam arena perebutankursi dan kekuasaan.Seperti yang sedang terjadi dihadapan kita semuanya. Walaupun tidak terlibat langsung, namun aura jahat yang mengikutikemana saja wabah politik inii menyelinap, menampilkan adegan adegan yang membuktikan,bahwa demi ambisi politik,orang rela kehilangan harkat dan martabat dirinya.Setiap orang bisa saja berdalih dengan mencari berbagai dalil pembenaran diri,namun fakta fakta tak terbantahkan tak terhitung banyaknya.

Politik Memasukki Ranah Perdagangan

Pengalaman pribadi adalah ketika saya masih aktif sebagai seorang eksportir. Salah satu yang menjadi primadona dunia ekspor rempah rempah pada waktu itu adalah Cassia Vera atau dalam bahasa latinnya dikenal juga sebagai :”Cinamon” . Dalam kehidupan sehari harian, orang mengenal dengan nama :” Kulit Manis”

Mengapa Cassia dapat menjadi primadona bagi eksportit rempah rempah di Indonesia? Karena Indonesia adalah penghasil utama jenis komoditi ini, Suatu waktu dalam rapat dengan Menteri Perdagangan dan Gubernur ,terdapat kata sepakat,yakni Indonesia akan “memaksa” pembeli di luar negeri ,untuk membeli sesuai harga patokan. Saya masih ingat pidato Menteri Perdagangan yang berapi api:” Kita yang menentukan harga dan paksa mereka membeli,karena negara kita adalah penghasil cassia terbesar di dunia”

Maka sebagai apresiasi, semua hadirin melakukan :” standing applaus”,yakni semua perserta rapat berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah. Diperoleh kata sepakat bahwa patokan harga jual adalah USD.1.50per Kg.Nett. Setiap orang tersenyum lebar, karena membayangkan keuntungan yang sudah tampak dipelupuk mata.

Politik Mulai Bekerja



Satu minggu setelah kesepakatan patokan harga jual, tak satupun pembeli di luar negeri yang mau menutup kontrak jual beli dengan perusahaan kami. Saya heran ,padahal saya dapat kabar,pada hari yang sama, teman teman bisnis saya sudah menanda tangani kontrak berpuluh puluh ton.

Saya coba telpon salah satu Pembeli yang saya akrab dengan saya dan menanyakan ,mungkin ia tahu mengapa tak seorangpun yang mau menutup kontrak jual beli dengan saya? Teman saya .Mr.John menceritakan pada saya, bahwa secara formal.. teman teman bisnis saya menjual sesuai kesepakatan ,yakniUSD,1.50,tapi sesungguhnya mereka mengirimkan uang kembalian kepada pembeli sebanyak 10 cent perkg,nya melalui T.T. atau telegraphic transfer. Jadi formalitas di sales contract tertulis :” USD.1.50” tapi sesungguhnya mereka menjual dengan harga yang lebihmurah 10 sen perkg,nya..Kata Mr.John,kepada saya:” Effendi ,kalau anda mau jujur ,sebaiknya anda jadi pendeta saja, Karena dalam dunia perdagangan ,kecerdikan lebih dihargai dari sebuah kejujuran”

Terpana saya mendengarkan penjelasan ini. ternyata ketika politiksudah merasuk ke ranah perdagangan, maka sahabat sahabat bisnis sudah tidak bisa lagi dijadikan sahabat ,Ini memang kisah lama. tapi mungkin dapat menjadi informasi bagi yang akan memasukki dunia bisnis.

Yogya ,12 februari,,2015

tjiptadinata effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun