Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Anak-anak Meninggalkan Rumah

30 Agustus 2016   07:58 Diperbarui: 31 Agustus 2016   00:57 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Ketika Anak Anak Sudah Berkeluarga

Masa  masa paling indah adalah berada bersama anak anak kita. Namun seiring dengan perjalanan waktu, anak anak yang terlahir dari kita sebagai orang tua, semakin hari tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa. Suatu waktu tiba saatnya mereka menjadi diri mereka sendiri sendiri. Membangun rumah tangga dan memiliki rumah tersendiri. Satu persatu anak anak meninggalkan rumah . Pada saat itu, dua perasaan berkecamuk dalam diri sebagai orang tua. Disatu sisi bersyukur bahwa anak anak kita sukses dan mampu membangun keluarga yang mandiri. Tapi pada saat yang bersamaan ada rasa kehilangan yang menyelusup dalam hingga kerelung relung hati.

Pada akhirnya, semua anak anak meninggalkan rumah dan memiliki rumah tangga sendiri dan sebagai orang tua, kita harus mau menerima semuanya dengan ikhlas.

Apa Yang Harus Dilakukan?

Pada awal awal anak anak meninggalkan kita, pasti ada rasa kehilangan,yang membuat hari hari yang dijalani serasa kosong. Kalau biasanya , makan malam seluruh anak anak berkumpul semeja dan menikmati makan malam , sambil bercerita, kini  tinggal suami dan istri berdua. Bahkan untuk memasak saja rasanya enggan, karena hanya untuk dimakan berdua. Kesunyian amat terasa mendominasi dalam kehidupan kita.

Hari hari terasa berjalan kosong dan hampa. Bila duduk termenung,tanpa sadar mata basah oleh air mata,karena merindukan anak anak. Tapi inilah yang namanya realita sebuah kehidupan.Anak anak ,memang terlahir dari kita sebagai orang tua,tapi mereka bukanlah milik kita. Karena mereka berhak menjadi  manusia yang mandiri.

Perlu Jadwal Kegiatan

Untuk mengatasi hal ini,perlu membuat jadwal kegiatan setiap hari, walaupun kegiatan tersebut sama sekali tidak menghasilkan uang.Karena bilar tidak menjadwalkan kegiatan sehari harian,semakin lama ,semangat hidup akan semakin menurun. Dan seiring dengan menurunnya semangat hidup, daya pikir juga akan berkurang dan dapat menjerumuskan kita kedalam kondisi pikun,

Karena itu perlu ,begitu memasukki usia pensiun dan anak anak sudah berkeluarga, maka waktu yang biasa digunakan untuk saling berkomunikasi dengan anak anak ,dialihkan pada kegiatan lain yang positif. Misalnya:

  1. olah raga ,jalan pagi ,senam
  2. membaca ,menulis ,mengisi teka teki silang'
  3. ikut terlibat aktif dalam komunitas sosial
  4. refreshing untuk penyegaran lahir batin
  5. hobbi yang murah meriah

Setiap orang tentu memiliki rencana hidup sendiri sendiri. Contoh diatas hanya sekedar gambaran semata.Dengan menjaga agar kita tetap sehat lahir dan batin, maka kita dapat menikmati hidup ,hingga diakhir perjalanan. Serta tidak kurang pentingnya adalah ,tidak menjadi beban anak dan cucu kita. 

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun