Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesetiaan Bukan Sebuah Kepatuhan

11 Februari 2014   08:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:57 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1392082505655315898

Kesetiaan Bukan Sebuah Kepatuhan

Kesetiaan bukan sebuah kepatuhan dan begitu juga sebuah kepatuhan tidak sama dengan kesetiaan.. Seorang karyawan patuh terhadap aturan perusahaan dan patuh terhadap perintah atasan,karena ia menerima sesuatu untuk kepatuhannya . Seorang pengendara patuh terhadap aturan lalu lintas,karena bila tidak patuh ,akan kena tilang. Seorang mahasiswa patuh kepada dosennya ,karena kalau tidak patuh,akan mendapatkan kendala . Kepatuhan akan berhenti dan bisa berbalik arah,ketika alasan yang membuatnya patuh sudah tidak lagi relevan. Misalnya seorang karyawan,tidak lagi akan patuh kepada atasannya,bila ia sudah tidak lagi menerima gaji,sebagaimana yang diharapkannya. Malah tidak tertutup kemungkinan ia bisa berbalik arah melawan atasan atau majikannya.

Sedangkan kesetiaan adalah merasa memiliki. Karena merasa memiliki,maka orang tidak akan mempertanyakan:

:” Apa yang bisa saya dapatkan atau apa lagi yang bisa saya ambil,melainkan bertanya pada hati:" apa   lagi yang dapat saya kerjakan untuk memberikan yang terbaik.Ujud kesetiaan bisa diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan.:

Kesetiaan antara suami dan istiri

Kesetiaan terhadap sebuah persahabatan

Kesetiaan terhadap korps/organisasi

Kesetiaan terhadap bangsa dan negara

yang intinya adalah rasa memiliki atau sense of belongings. Hal ini jelas tidak sama dan tidak dapat disamakan dengan sebuah kepatuhan.

Kepatuhan bisa berubah arah

Sebuah kepatuhan bisa berubah ujud menjadi ingkar janji,bila yang bersangkutan merasa apa yang diharapkan dari kepatuhannya tidak terpenuhi. Contoh : buruh tidak akan patuh lagi dan mogok kerja,karena tuntutannya tidak dipenuhi. Ada daerah yang berusaha memisahkan diri dan tidak patuh lagi kepada Pimpinan Pusat,karena alasan yang sama,yakni :”tuntutan nya tidak terpenuhi”.

Kepatuhan dengan sangat mudah berubah menjadi ingkar janji. Mengingkari berarti tidak menepati janji. Orang yang sudah terbiasa mengingkari janji adalah orang yang sudah mengingkari dirinya sendiri. Orang yang sudah mengingkari diri sendiri,sudah tidak layak lagi diberikan kepercayaan apapun.

Ia tidak akan memiliki sahabat sejati. Siapapun yang ditemuinya akan dimanfaatkan untuk kepentingan sesaat dan kemudian akan meninggalkan sahabatnya,setelah tujuannya tercapai. Type orang ini ,tidak mengenal akan istilah balas budi. Ia bahkan tidak mengenal akan makna mengasihi sesama. Karena ia hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.

Menghalalkan segala cara untuk mencapai goal dalam kehidupannya ,kalau perlu dengan mengorbankan orang lain,bahkan sahabat dan keluarga sendiri. Bagi manusia type ini ;” money is everthing” uang adalah segala galanya. Ia tidak lagi memilki rasa malu,bahkan mungkin saja tidak memahami apa artinya malu.Ia tidak senang melihat orang lain sukses. Tidak memiliki rasa harga diri .bersedia merendahkan diri untuk mencapai tujuan. Type ini disebut manusia yang sudah tidak memiliki hati nurani.

Makna Kesetiaan

Kita tidak mungkin memberikan sesuatu pada orang lain,bila kita tidak memilikinya.Begitu juga jangan pernah mengajak /mengajarkan kepada orang lain,sesuatu yang belum pernah kita alami sendiri.

Dalam perjalanan hidup,saya sudah menemui ,bergaul dan bahkan merasakan secara langsung ,apa bedanya antara sebuah kepatuhan dan kesetiaaan dari sebuah persahabatan.

Kepatuhan yang berbuah penghianatan,yang menyebabkan saya di tahan,dipermalukan ,dinista ,dan hampir mati karena tekanan batin,yang dilakukan oleh salah satu :”sahabat saya yang patuh”.Dan ini dilakukan oleh orang yang :” satu suku dan se-iman” dengan saya.

Kesetiaan dari sebuah persahabatan,yang justru datang dari orang yang beda suku dan beda iman dari saya ,yaitu seorang haji,yang tinggal di Parupuk ,Kota Padang .Yang menyemangati dan membantu saya ,pada saat teman teman dan sanak family menjauh ,ketika perusahaan saya terkandas ,karena ditipu sahabat saya dari Singapore.Sampai saat ini persahabatan kami tetap awet dan sudah berjalan sejak tahun 1980.Berarti sudah 34 tahun. Karena itu saya percaya dan amat meyakini,bahwa beda suku dan agama,sama sekali bukan halangan untuk menjalin persahabatan yang sejati.

Sebuah pelajaran hidup yang bagi saya amat berharga,hampir saya bayar dengan nyawa ,.rasanya akan berlalu secara sia sia ,bila tidak di sharing kan. Dari pengalaman hidup inilah saya memahami arti dan makna sebuah kearifan hidup,untuk selalu ingat:

01.agar jangan sampai saya pernah mengingkari diri,

02.jangan pernah melupakan nilai nilai luhur dari sebuah kesetiaan

Kesetiaan akan sebuah janji,kesetiaan untuk sebuah kepercayaan agar jangan sampai terjebak menjadi manusia yang mengingkari diri sendiri.

Catatan: tulisan ini adalah wujud dari sharing and connecting ,yang menjadi motto dari Kompasiana ,dimana saya diberikan kesempatan untuk berbagi cuplikan kisah kisah hidup saya. Tidak ada maksud untuk mengurui ,tapi sekedar untuk saling berbagi dan mengingatkan.

Wollongong,11 Februari ,2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun