Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Keluarga Adalah Prioritas Utama

9 Januari 2017   17:51 Diperbarui: 9 Januari 2017   17:57 2157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.depositphotos,com

Sanjungan,Dapat Membuat Orang Tersandung

Kita sudah menjalani hidup puluhan tahun. Mungkin dua puluh,tiga puluh tahun atau bisa jadi sudah menapaki hidup di dunia ini,lebih dari setengah abad. Tapi sayang sekali , saat saat begitu berharga, yang merupakan sesuatu yang tidak mungkin dapat tergantikan,sering kali ,entah sadar ataupun tidak,dibiarkan berlalu begitu saja. Tanpa ada sesuatu yang  kita petik ,untuk dijadikan pelajaran hidup.

Padahal ,kita semua tahu, bahwa hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir.Bahkan  mungkin sudah pernah kita ucapkan untuk memotivasi orang lain. " Learn from the cradle into grave" .Tapi kita anggap hal ini penting untuk orang lain,bukan untuk diri kita.

Mengapa? Karena kita merasa diri kita sudah memahami segala galanya.Apalagi bila di dalam sebuah komunitass, kita selalu mendapatkan tempat utama. Dihargai dan dihormati,sehingga ada semacam euforia yang mengalir dalam diri kita. Dimana perasaan yang begitu lega,gembira dan serasa semua beban hidup terangkat dan pupus dari ingatan .Karena merasa di lingkungan atau di komunitas ini, kita mendapatkan sanjungan,yang membuat hati berbunga bunga.Disapa sana sini dengan sapaan yang hangat dan hormat.

Menuntut Suasana Yang Sama

Akan tetapi ketika berada di dalam keluarga sendiri, perasaan bebas lepas dan senang, tiba tiba saja berubah ,menjadi dingin dan kaku. Begitu menginjakkan kaki dianak tangga rumah sendiri,tampak istri sedang menunggu. Menyapa dengan nada sangat biasa:" Koq telat pulangnya pa? Anak kita demam,mungkin perlu dibawa kedokter"

Perasaan bebas dan ceria ,selama berada diantara teman teman ,yang selalu memberikan sanjungan dan keceriaan,begitu tiba di rumah ,mendadak  berubah menjadi rasa kecewa yang sangat. Karena perasaan hati,masih terpaut dengan euforia diantara teman teman diluar rumah.

Merasa kecewa, bahwa istrinya tidak bisa mengurus anak,sehingga merasa dirinya yang sudah bekerja keras sejak subuh dan baru pulang malam hari,masih harus mengurus anak yang sakit untuk dibawa ke dokter. Merasa belum sempat istirahat,belum sempat mandi dan makan malam,sudah disuguhi berita yang tidak enak,yakni ::"anak demam dan perlu kerumah sakit"

Perang Dingin Dalam Rumah Tangga Dimulai

Sepotong cuplikan diatas,mengambarkan ,betapa rapuhnya sebuah rumah tangga, bilamana salah satu dari antara suami atau istri ,sudah terjerat oleh euforia,karena lebih sering menghabiskan waktunya ,bersama teman teman atau suatu komunitas,ketimbang melalui hidupnya bersama anggota keluarga.

Bilamana ,karena kondisi ekonomi keluarga masih morat marit,sehingga merasa keterbatasan dalam upayanya mencapai harapan hidup,dalam waktu yang cukup lama,maka secara tanpa sadar banyak orang mencari tempat dan suasana diluar rumah,dimana ia menemukan  perasaan bebas  dan kegembiraan. Walaupun sesungguhnya yang dirasakannya adalah sebuah kebebasan sesaat atau kebebasan semu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun