Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kecurian Barang, Mengapa Langsung Menuduh Orang Miskin?

12 Juni 2016   15:35 Diperbarui: 13 Juni 2016   17:29 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Shutterstock

Bila dalam suatu ruangan ada yang merasa kehilangan barang berharga,maka dalam hitungan detik, padangan mata yang hadir akan berputar, mencari wajah orang yang tampil paling kere. Orang lain yang berpenampilan parlente dan rapi, sama sekali tidak termasuk orang yang dicurigai. Mengapa ada hal yang demikian?

Tahun lalu, ketika kami pulang ke Jakarta, sambil menunggu giliran mobil kami dicuci, maka saya dan istri duduk di kursi yang disediakan. Memanfaatkan waktu lowong, untuk menjawab SMS dan Whatsapp yang masuk. Tiba tiba kendaraan yang baru saja beberapa meter meninggalkan tempat cuci kendaraan karena mobilnya sudah siap di cuci dan dikeringkan, balik lagi. Penumpangnya turun dari kendaraan dan berteriak pada petugas yang mengatur giliran mobil yang mau dicuci, "Hai, Mas, HP saya tadi di dalam mobil disimpan di mana?”

Maka Petugas memanggil stafnya yang tadi mencuci kendaraan tersebut. Ada tiga orang, yakni yang mengosok dengan sabun, yang mencuci dan mengeringkan. Tapi tak satu pun di antara mereka yang merasa melihat HP tersebut. Akibatnya pemilik mobil tadi naik pitam. Kerah baju petugas yang membersihkan bagian dalam kendaraannya ditarik dan digoncang keras keras. Tampak seperti mau dihajar.

Mau Main Hajar
Saya tidak tahu masalahnya, namun menengok. Begitu gampang orang main hajar karena merasa dirinya kaya, maka saya langsung turun dari kursi dan menghadang di tengah. “Tunggu, jangan main hajar begitu. Anda tidak bisa menuduh orang sembarangan. Sekarang begini, Anda barusan satu menit meninggalkan tempat ini dan sejak tadi belum ada orang lain yang meninggalkan tempat cuci mobil ini. Coba anda call nomor HP Anda, kalau berdering, maka orang itulah yang mengambilnya,” sambil menyodorkan HP saya ketangannya.

Pada awalnya mau memelototi saya, tapi tatap matanya dan ia terdiam. Langsung memutar nomor HPnya dan benar, pada detik berikutnya ada bunyi HP yang berdering berkali kali, tapi tidak dijawab. Semua yang hadir menengok ke arah bunyi HP dan ternyata seorang muda bertampang parlente yang juga sedang duduk menunggu giliran mobilnya dicuci, wajahnya tampak pucat dan gelisah.

Pencurinya Orang Kaya
Pemilik kendaraan yang punya HP langsung mendekat dan berkata, ”Coba dijawab, Mas, teleponnya.” Tapi si Pemuda Parlente malah balik bertanya, ”Koq anda ngatur-ngatur saya. Terserah saya dong mau jawab atau tidak.”

Saya ambil HP saya dari tangan pemilik kendaraan tadi dan saya stop panggilan, ternyata HP di kantong celana si Parlente tadi juga berhenti berdering. Sedetik kemudian, saya recall kembali nomor yang sama dan HP itu kembali berdering. “Nah, itu HP Anda, silakan diselesaikan berdua. Lain kali jangan main tuduh orang ,“ kata saya. “Ya, Pak, maaf,” katanya.

Kemudian karena kendaran kami sudah siap dicuci dan masalah HP bukan urusan kami, maka saya dan istri melanjutkan perjalanan.

Kejujuran Bukan Tergantung Pada Kaya atau Miskin
Kisah di atas memang sudah setahun berlalu dan bukan kisah spektakuler. Tapi mungkin jadi pengingat kita agar kalau seandainya suatu waktu kehilangan barang berharga, jangan langsung tuduhan kepada orang miskin --yang mungkin kebetulan berada di sana. Karena tidak semua orang miskin itu mau ambil barang dan tidak semua orang kaya itu jujur. Paradigma keliru yang sudah sejak lama berlaku dalam masyarakat kita sudah seharusnya diluruskan.

Seandainya saya tidak berada di sana, kemungkinan besar remaja pencuci kendaraan tersebut sudah babak beluk dihantam oleh pemilik kendaraan. Karena dalam pikirannya: siapa lagi yang ambil HP-nya kalau bukan yang cuci mobilnya. Sebab yang duduk di sana rata-rata berpenampilan elit dan pemilik kendaraan. Dalam pikirannya, mustahil pemilik kendaraan mau maling HP orang yang ketinggalan di mobil. Nah, terbukti bahwa ada yang melakukannya.

Maka jalan terbaik adalah jaga barang hati hati. Jangan tinggalkan dimana pun. Dan bila toh lagi sial dan hilang, jangan langsung menuduh orang. Pikirkan dengan matang dan selidikilah terlebih dulu. Jangan lupa, orang miskin belum tentu tidak jujur dan orang kaya belum tentu semuanya jujur!

Western Australia, 12 Juni, 2016
Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun