Kebencian Yang Membakar Jiwa
Pagi ini saya menerima pesan lewat email, isinya:” Ayahanda, mohon maaf, lama sekali ananda tidak berkirim kabar. Semenjak suamiku meninggalkan diriku, aku sungguh bagaikan hidup dalam kegelapan. Seperti yang pernah ananda curhat kepada ayahanda tiga bulan lalu.
Sejak saat itu, seluruh hati ananda dipenuhi dengan kebencian yang amat sangat. Bagaimana menyakitkan, ditinggalkan oleh orang yang sudah mendampingi hidup ananda selama 14 tahun. Hanya karena seorang janda kaya yang mengiming iming dengan uang dan harta.
Memang sejak usaha kami bangkrut, kami terpaksa harus menjual rumah kami dan pindah kerumah yang jauh lebih kecil. Mobilpun dijual dan diganti dengan motor. Sejak saat itu suami mulai uring uringan dan lebih banyak murung dan mengurung diri dalam kamar.
Ananda sudah berusaha semaksimalnya untuk memberikan semangat, agar ia mau beusaha lagi dari awal. Tapi sepertinya suami sudah patah arang. Hingga suatu waktu entah setan apa yang sudah merasukinya , ia sering keluar rumah dan mendadak jadi pesolek. Belakangaan ketahuan, suami kecantol dengan janda yang sudah berumur 15 tahun lebih tua dari usianya, namun kaya raya.
Dan wanita itu memberikannya ultimatum, harus menceraikan saya terlebih dulu, baru ia bersedia dinikahi. Dengan berlutut dan memeluk kedua kakinya, ananda mencoba mengingkatkannya kepada dua orang buah cinta kami berdua. Namun cintanya kepada janda tersebut sudah membutakan seluruh mata hatinya. Akhirnya kami bercerai dan kedua orang anak berada dalam asuhan ananda”
Dendam yang Membakar
Sejak saat itu ananda hidup dalam dendam yang membara. Membakar seluruh sisa-sisa cinta yang masih tersisa. Bahkan ananda mengutuki suami dengan berucap:” Kalau saya, Kemuning tidak bisa memiliki suamiku, maka tidak boleh ada orang lain yang memilikinya!”
Setiap saat ananda terpikir atau terbayang wajah suami, setiap kali ananda mengutukinya.
Ketika Kutukan Itu Terpenuhi Ananda Menyesal Amat Sangat
Malam tadi ananda terima telpon dari rumah sakit . “Bu Kemuning. Segera ke rumah sakit, Suami ibu kecelakaan dan dalam kondisi kritis diruang gawat darurat”
Jantung ananda bagaikan copot, tanpa berganti pakaian, ananda menarik tangan kedua anak-anak ananda dan naik bemo ke rumah sakit. Sambil berlari lari, memasuki ruang gawat darurat dan … Memandangi suami ananda, memegang tangannya yang dingin.. Ia membuka mata , tersenyum…:”Kemuning……“ hanya satu kata lirih dan terus terkulai dan pergi selama salamanya…