Memilih jurusan ,begitu rumitnya bagi banyak calon  mahasiswa,sehingga harus melibatkan orang tua,untuk ikut memilihkan jurusan mana yang paling pas bagi dirinya. Bahkan tidak sedikit yang rela membayar konsultan,untuk ikut memikirkannya. Rasanya koq aneh benar,karena yang mau kuliah emangnya orang tua atau diri sendiri?
Makanya ketika salah satu keponakan cucu kami menanyakan pada saya ,jurusan mana yang baik baginya,saya tidak langsung menjawab. Tapi justru bertanya balik:" Edi,kalau anda mau nikah,nanya dulu nggak sama Opa,wanita yang mana yang baik untuk dipacarin?"
Edi ketawa, ditelpon  dan menjawab:"Ya enggaklah Opa, tentu saya piliih sendiri dong,emangnya masih zaman Sitti Nurbaya?" katanya sambil ketawa. Nah, yang mau kuliah itu kan Edi. jadi anda yang paling tahu,mana yang sesuai passionnya.
Kalau cita citanya mau jadi dokter,tentu memilih jurusan kedokteran ,tapi kalau berniat kelak jadi pengusaha,maka pilihlah jurusan management atau ekonomi. Kalau berniat mau jadi pengacara,ya masuk ke falkultas hukum. Kalau kelak sesudah selesai kuliah,ternyata pikiran berubah dan ingin alih professi ,juga tidak ada masalah
Karena memilih jurusan itu ,bukan harga mati. Ada banyak yang bertitel Sarjana Hukum,tapi bergerak di bidang bisnis. Jadi bilamana kelak merasa jurusan yang dipilih tidak pas dan ingin fokus ke profesi ,yang tidak sejalan dengan jurusan yang dipilih,tidak menjadi masalah
Kuliah Adalah Proses Pembentukan Sikap Mental
Pada dasarnya ,kuliah adalah kesempatan untuk belajar membentuk sikap mental,memperluas wawasan dan pengetahuan di berbagai bidang. Meningkatkan daya pikir dan kemampuan untuk menganalisa ,serta mengambil keputusan. Jadi bukan harga mati,seakan kalau salah pilih,maka masa depan akan hancur.
Paradigma yang keliru ini,hingga sekarang,masih banyak menghantui ,bukan hanya kaum muda,tapi juga merembet kepada orang tua. Menjadi stress dan frustuasi,seakan bila salah memilih jurusan,maka semuanya akan berakhir.
Berbagi Pengalaman Hidup
Kalau sekedar berteori,tentu belum tentu dapat dipastikan kebenarannya. Karena itu saya tuliskan secuil pengalaman pribadi kami. Saya kuliah di IKIP ,Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Padang, Sempat menjadi guru di SD dan SMP selama beberapa tahun.Begitu juga istri saya tamatan IKIP,jurusan Exacta ,dulu namanya jurusan Ilmu Pasti.Tapi dalam perjalanan hidup, kami alih profesi.Tidak mudah memang,tapi bisa dan kami sudah membuktikannya,dari guru ,menjadi pengusaha.
Putri kami lulusan Interior Design  di Perth ,Australia,tapi setelah selesai kuliah, berdasarkan beberapa pertimbangan,malah ijazah nya disimpan dan masuk kerja sebagai karyawan kantor Pos.