Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Beda Nasib Petani Indonesia dan Australia

29 Juli 2017   08:18 Diperbarui: 29 Juli 2017   18:10 2952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun anggur di Australia - http://depositphotos

Mengapa Para Petani dan Perternak  di Indonesia Tidak Pernah Dapat Bernafas Lega?
Mungkin banyak orang yang belum tahu tentang hal ini, karena mereka memodali perusahaan besar. Kalau dulu dikenal dengan sistem ijon oleh para tengkulak yang men-supply beras dan kebutuhan pokok para petani dan ketika panen menggorok harganya, sehingga petani dan perternak tidak sempat menikmati hasil kerja kerasnya. Kini zaman sudah berubah ada trading online. Tapi apakah bisa para petani ini menjual online? Maka jalan yang dapat mereka tempuh adalah menitip jual hasil panen atau hasil produksinya ke supermarket raksasa.

Cek Mundur
Setiap barang yang mau dipasarkan di supermarket besar harus mau menerima pembayaran cek mundur. Artinya, barangnya dibayar dengan selembar kertas yang namanya  cek  tapi tanggal yang tertulis disana adalah tanggal 2 atau 3 bulan ke depan. Lagu lain yang diterapkan adalah sistem konsinyasi. Silakan pajang barang anda di sini, tapi baru akan dibayar bilamana terjual. Bila tidak laku atau kadaluarsa, maka barang akan dikembalikan kepada pemiliknya.

Hal ini tidak hanya berlaku bagi para petani dan perternak, tapi juga bagi industri rumah (home industry). Hasil produk mereka, kalau mau dipasarkan lewat supermarket akan berlaku hal yang sama, yakni bersedia menerima cek mundur atau bersifat konsinyasi. Setiap minggu sekali datang dan menghadap ke Manager pemasaran, bila ada yang terjual maka baru uangnya dibayarkan.

Kalau ingin memastikan dapat melakukan uji coba dengan mendatangi salah satu supermarket dan tawarkan hasil produk kita apapun jenisnya, pasti akan mendapatkan persyaratan seperti sudah disebutkan diatas,yakni  bersedia menerima cek mundur atau melakukan kontrak konsinyasi.

Kesulitan Memasarkan Produk
Sudah menjadi lagu lama ,mungkin seusia lagu  Nina Bobo , bahwa masalah pokok bagi para Petani dan Perternak ini adalah kesulitan dalam memasarkan produk mereka  walaupun sudah banyak Koperasi, tapi hingga kini mungkin kita tidak suka mendengarnya, tapi kenyataannya Koperasi masih belum dapat mengakomodir kepentingan para petani dan peternak.

Kalau cuma pelihara ayam beberapa ekor di rumah itu sih gampang. Pergi ke pasar tradisional, bayar restribusi pasar dan bentang lapak. Jualan secara langsung kepada konsumen. Kalau tidak laku ya dimakan sendiri.

Penetapan Harga Eceran Tertinggi
Penerapan HET atau Harga Eceran Tertinggi oleh pemerintah, menimbulkan pro dan kontra. Ada yang berpendapat sudah sangat tepat untuk dapat menekan meroketnya harga barang-barang kebutuhan. Tapi ada yang berargumentasi ,bahwa hal ini akan menyebabkan tersendatnya supply barang barang kebutuhan pokok. Pro dan kontra agaknya sudah menjadi lagu wajib di negeri kita.  Bukan karena ingin membela kepentingan rakyat, tapi yang penting menyampaikan argumentasi. Padahal mungkin saya  belum pernah menyaksikan dari dekat bagaimana kehidupan para petani maupun perternak.

Nama Sama, tapi Nasib Beda
Sama-sama  Petani dan Peternak tapi nasib beda bagaikan siang dan malam. Bagi yang sudah pernah berkunjung ke Pertanian ataupun Peternakan di Australia pasti sudah menyaksikan sendiri, bahwa kendati nama sama, tapi garis telapak tangan mereka beda total. Disini para Petani dan Perternak adalah sekaligus pengusaha. Di perkebunan mereka ada home industry untuk secara langsung memproduksi hasil panen mereka. Seperti misalnya apple juice atau orange Juice. Begitu juga peternak ayam yang memiliki industrinya masing-masing. Karena itu pada setiap kotak yang berisi selusin telur ada nama perusahaan mereka. 

Kalau di Indonesia ada  istilah "Petani Berdasi" yang ditujukan kepada orang yang sama sekali tidak tahu menahu tentang pertanian, tapi mengatas namakan Petani untuk kepentingan pribadinya, maka di Australia petaninya benar-benar memiliki mobil pribadi dan mengenakan jas dan berdasi dalam acara formal. Karena mereka kaya raya.
Judul boleh saja sama, tapi konten cerita bisa beda total.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun