Tahun lalu,ketika berkunjung ke Pekanbaru, saya masih sempat menelpon sahabat baik saya sejak puluhan tahun lalu. Tapi karena jadwal kegiatan sangat padat,saya tidak bisa mengunjunginya dan berjanji,lain kesempatan ,kami akan bertemu. Akan tetapi waktu berjalan begitu cepat dan didera oleh berbagai kesibukan,saya tidak jadi datang lagi ke Pekanbaru.Dan kembali ke Australia,dengan pemikiran,besok pulang kampung lagi,baru kami akan datang secara khusus ke Pekanbaru,untuk dapat bertemu .Tapi manusia boleh saja membuat rencana ,serta membuat janji dengan kata :" kami pasti akan datang lagi",ternyata kepastian itu tidak ada ditangan manusia. Kesempatan yang sudah saya biarkan berlalu,tidak akan pernah lagi dapat diraih.
Kemarin saya dapat WA dari keponakan sahabat saya :
Telah berpulang ke rumah Bapa dengan tenang,pada hari Jumat tanggal 30 Juni,jam 15.08 Om saya The Ting Kok .Dan akan disemayamkan di Rumah Duka HTT Â Padang,dalam usia 75 tahun"
Pengirim : Lily
Lama saya terpana Bulan lalu,kami masih sempat berbicara via telpon ,sambil ketawa ketawa. Hidup itu sungguh merupakan misteri yang tidak terjangkau oleh logika manusia..... Penyesalan yang datang terlambat. Janji untuk bertemu lagi,yang tidak akan pernah dapat saya tepati lagi. Saya menyesal,setelah semuanya terlambat. "Om,bulan Maret lalu,kami masih duduk makan ,sambil ketawa ketawa di jakarta.Tapi semuanya kini hanya tinggal kenangan ......" tulis Lily..Hari ini , sahabat baik saya,akan dikremasi ...
Menunda Bisa jadi Meniadakan Kesempatan
Menunda adalah mengabaikan kesempatan ..Dan kesempatan ,tidak selalu datang dua kali. Salah satunya adalah yang saya alami.Saya tidak akan pernah lagi dapat bertemu dan bercakap cakap dengan sahabat saya.Karena ia sudah berada di alam lain.
Semoga tulisan kecil ini ,ada manfaatnya dan dapat menjadi pengingat bagi orang lain.Agar bilamana ada kesempatan,maka raihlah kesempatan tersebut. jangan pernah menunda. Karena kita tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi.
Menyesal itu seringkali datangnya terlambat.Seperti kesalahan yang sudah saya lakukan. Amat yakin,bahwa tahun depan kami kembali ke Indonesia,dapat berkunjung ke Pekanbaru menemui sahabat lama kami. Tapi kini,keyakinan itu ,sama sekali tidak ada artinya lagi. Sebuah kepastian,belum tentu akan menjadi kenyataan.
Kini,saya hanya dapat mengandai andai.Seandainya dulu,saya batalkan tiket untuk kembali ke Jakarta dan tinggal di Pekanbaru ,agak sehari dua,maka saya dapat bertemu dan berbincang bincang dengan sahabat saya.Tapi semakin lama berandai andai,hanya semakin membuat rasa bersalah semakin mendalam ,tapi sama sekali tidak mungkin lagi membalikan waktu.
Tjiptadinata Effendi