Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Percayakan Mimpi Kita pada Orang Lain!

25 September 2014   15:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:35 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14116069041829335291




Jangan Pernah Percayakan Mimpi Kita Pada Orang Lain!

Setiap orang memiliki impian . Impian atau cita cita adalah sesuatu yang menurut logika tidak mungkin dicapai. Antara sebuah impian ,hingga terwujudnya menjadi sebuah kenyataan:


  • ada jurang yang harus dijembatani
  • Ada jarak yang perlu ditempuh
  • Ada waktu yang harus dilalui
  • Ada kesenangan diri yang harus dikorbankan

Perjalanan ini bisa singkat ,tapi bisa juga panjang dan bahkan sangat panjang dan berlika liku. Banyak godaan dan tidak sedikit orang berbuat kesalahan fatal,yakni menyerahkan impiannya pada orang lain,untuk “diwujudkan”.

Akibatnya sudah bisa diterka:

Ditipu

Digerogoti

Diperas

Penipuan itu menggunakan topeng:

Investasi – emas – tanah- perkebunan- real estate – saham –

Pengalaman sahabat saya:

Sudah pensiun,seperti saya. Dan hasil kerja keras selama puluhan tahun, tersisa deposito di bank. Tapi bunganya kecil,hanya 5 persen pertahun . Sehingga kalau deposito 1 M, hasil yang diperoleh dari bunga bank,hanya : 5% x Rp.1.000.000.000=Rp.50 juta dan setelah dipotong pajak 15% ,masih tersisa sekitar Rp.40 jutaan. Berarti sekitar 3 jutaan rupiah tiap bulan atau 100 ribu rupiah perhari.

Untuk hidup di Jakarta dengan jumlah tersebut, memang tidak mencukupi, tapi setidaknya dengan 100 ribu rupiah sehari, untuk memenuhi kebutuhan pokok,sudah ada. Tahun lalu, pak Pardi (nama teman saya) ,ditawarkan untuk investasi ,yang katanya berpusat di luar negeridan memberikan keuntungan 30 persen! Saya sudah mencoba menyadarkan pak Pardi,agar jangan tergoda, namun malah ia mencoba meyakini kan saya untuk juga ikut.

Menurut Pak Pardi,sudah banyak teman temannya yang berhasil ,karena usaha investasi ini di back up oleh perusahaan raksasa diluar negeri. Systim yang dijalankan adalah system piramida atau Ponzi dan bergerak dibidang investasi saham . “Bayangkan pak Effendi, dalam setahun keuntungan kita 30 persen, berarti dalam waktu 4 tahun,modal sudah jadi dua kali lipat” kata pak Pardi mencoba menyakini saya.Karena uang adalah miliknya, tentu saya tidak berhak melarangnya.namun sekali lagi sebagai seorang sahabat,saya ingatkan ,agar jangan menyerahkan impian kita ditangan orang. Dan jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang, karena kalau sekiranya keranjangnya jebol,maka seluruh telur akan hancur. Itulah pertemuan kami yang terakhir ,tahun lalu.

Kemarin saya dapat sms dari istrinya ,bahwa pak Pardi sedang dirawat disalah satu rumah sakit di Jakarta, karena sering mengingau dan bicara ngaco, sejak seluruh depositonya di “investasikan” dengan harapan akan dapat keuntungan 30 persen pertahun,ternyata “pengelolanya”menghilang dan uangnya amblas.

Renungan diri:

Kita bisa belajar dari pengalaman sendiri,karena experience is the best teacher. Tetapi lebih bijaksana lagi bila kita mau belajar dari kesalahan orang lain,agar tidak perlu mengalami hal yang sama seperti yang dialami pak Pardi.

Belajar dari diri sendiri dan pengalaman hidup orang lain,akan menghadirkan kearifan hidup dalam diri kita.Bahwa

Setiaporang pasti berhasrat untuk memperoleh keuntungan yangsebesar besarnya, dengan risiko sekecil-kecilnya. Padahal inti dari sebuah investasi adalah semakin besar keuntungan yang diharapkan,maka semakin besar pula risiko yang akan dihadapi.Maka jalan terbaik adalah respect to your self dan jangan percayakan mimpi kita pada orang lain.

Mount Saint Thomas, 24 September, 2014

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun