Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Hidup Seperti Ayam....

13 Maret 2016   18:03 Diperbarui: 13 Maret 2016   18:56 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesan ini sesungguhnya sudah sangat lama dikatakan oleh Om saya. Pada waktu  mendengarnya, jujur saya merasa sangat tersinggung. Seakan saya disamakan dengan seekor ayam. Karena dalam situasi dan kondisi hidup yang morat marit ,menyebabkan  tatanan ketahanan jiwa menjadi labil dan gampang sedih.

“Effendi. Om kasih tahu sama lu ya..Hidup itu jangan seperti ayam. Mengais dari pagi hingga petang,hanya untuk dimakan sehari itu. Jangan lupa esok hari ,belum tentu ada kesempatan untuk bekerja dan mendapatkan uang. “

Dijadikan Renungan Diri

Pulang dari rumah Om ,saya tiba di tanah kongsi dengan wajah murung. Seluruh daya hidup saya seakan rontok dan tidak punya harga diri lagi. Karena dalam keadaan hati yang galau dan pikiran yang kusut, nasihat Om saya tadi,bagaikan sebuah palu yang menghantam diri saya.

Istri saya datang dan memeluk saya,namun tidak bertanya apa apa.  Menunggu hingga saya merasa diri agak tenang,saya ceritakan pada istri ,apa yang telah terjadi . “Sayang, yang dikatakan Om tadi memang benar. Pasti bukan untuk mengejek kita, tapi justru untuk mendorong kita untuk bekerja lebih keras dan cermat.” Kata istri saya perlahan .

Saya hanya terdiam dan perlahan lahan manggut manggut. Menyadarai bahwa memang perasaan saya yang sangat sensitive. . Malam itu saya tidak bisa tidur,karena seluruh alam pikiran tertumpu pada nasihat Om saya..Kalimat :” Hidup jangan seperti ayam, seakan bergaung sangat nyata dan merasuk hingga kerelung relung hati yang terdalam.

“Benar..saya bukan ayam.. dan saya tidak mau menjadi seperti ayam. Yang hidup dari mengais dan kemudian berakhir dimeja makan. Saya harus mengubah cara hidup . Harus membenahi cara kerja dan harus mengubah sikap mental..” kata saya berbicara pada diri sendiri.

Awal Kebangkitan

Inilah awal dari kebangkitan hidup kami. Keesokan harinya saya masih bekerja  seperti biasa, tapi disela sela waktu yang kosong, saya mulai berkunjung ke kantor teman teman saya yang sudah sukses. Yang selama ini tidak pernah saya kunjungi,karena merasa rendah diri.

Dari sinilah saya mulai belajar tentang  berbagai jenis  komoditas. Tentang Kopi, cassia dan cengkeh. Saya rundingkan dengan istri, bahwa setiap hari Minggu, akan ke kampung kampung untuk mencoba belajar membeli biji kopi dan cengkeh. Tujuan utama adalah kota kecil Payahkumbuh Karena kota ini merupakan tanah kelahiran kedua orang tua saya alm.

Ada sanak saudara ,dimana saya bisa menumpang menginap.Sejak itulah secara perlahan ,tapi pasti, saya sudah menapakkan kaki  menjadi pedagang pengumpul. Walaupun dalam jumlah sekarung bekas karung terigu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun