Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Ada Dendam, tapi Sejarah Tidak Boleh Dilupakan

12 Mei 2016   17:47 Diperbarui: 19 Mei 2016   12:04 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: news.dreamers.id

Jangan Ada Dendam, Tapi Sejarah Tidak Boleh Dihapus!

Tulisan ini adalah catatan tentang kenangan terpahit sepanjang hidup ,dari seorang warga DKI. Ditulis..jauh dari rasa dendam dan kebencian. Karena harkat kita, sebagai manusia yang bermartabat,mengharuskan agar jangan ada kebencian di dalam hati. Namun, sejarah harus tetap sejarah, Tidak boleh dihapus,apalagi dilupakan. Bukan untuk mengorek luka lama yang menganga,melainkan agar jadi pelajaran hidup bagi generasi muda bangsa ini.(tjiptadinata effendi)

Kerusuhan Mei 1998 ,berlangsung dari tanggal 13 Mei  ,hingga tanggal 15 Mei tahun 1998. Pada waktu itu saya dan keluarga masih tinggal di Jl.Duri Kencana Raya, Duri Kepa. Seminggu sebelum hari ulang tahun saya yang ke 55, yang awalnya akan dirayakan bersama keluarga dan teman teman. Namun kemudian dibatalkan, karena berada dalam suasana berduka.

Saya menyaksikan beberapa sudut ,peristiwa horror tersebut dengan mata kepala sendiri. Jadi bukan hasil dari baca baca koran ataupun berdasarkan :”kata orang”, yang belum tentu kebenaranya. Apa yang saya saksikan,saya abadikan dalam buku catatan harian . Yang saya simpan hingga kini.Catatan berdarah dari sobekan luka yang mencabik cabik hati dan jiwa.

Kilasan peristiwa

Menurut koran, (karena saya tidak berada dilokasi) ,peristiwa kelam ini dipicu oleh tewasnya 4 Mahasiswa Trisakti,dalam demonstrasi yang terjadi pada tanggal 12 Mei, 1998.

Bercerita tentang sisi gelap lembaran sejarah bangsa, bukan untuk menorah luka lama. Bukan juga untu meniup niupkan api kebencian dan dendam yang sudah terkubur, Melainkan sebagai pengingat bagi kita semua, agar kebiadaban tersebut jangan sampai terulang lagi.dengan alasan apapun.

Kerusuhan ini seingat saya tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di Medan dan Solo. Sedangkan di kampung halaman saya sendiri di kota Padang,memang terkena imbasnya,namun tidak sampai meluas,karena sudah sejak puluhan tahun lalu, warga kota Padang hidup membaur dengan damai. Antara yang disebutkan dengan istilah : ”pribumi dan non pri”. Bahkan tidak sedikit, yang sudah menjalin hubungan kekeluargaan.. “ Hanya” ada satu korban, yakni seorang pendeta,yang meninggal ,karena rumahnya dibakar dan ia sendiri tewas 

Kerusuhan Mei 98 Bukan Spontanitas.Melainkan Tersistematis dan Terkoordinir

Sebodoh bodohnya seseorang,pasti mengetahui, bahwa kerusuhan ini bukanlah akibat emosi sesaat dan sporadis,melainkan sudah tersistematis.Namun begitulah ,kejadian mengerikan dan memalukan bangsa Indonesia ini,secara sangat mengejutkan,tidak mendapatkan perhatian memadai dari pemerintah pada waktu itu

Walaupun, setelah beberapa kali pergantian Presiden R.I ,tidak ada yang berani mengungkapkan dalang yang sesungguhnya dari pembantaian ini,  Apalagi bila bercerita tentang perkosaan sadis, yang diakhiri dengan menghabisi korban, sama sekali tidak mendapatkan porsi selayaknya dalam perhatian pemerintah pada waktu itu..  Dengan alasan : ”tidak ada bukti.tidak ada saksi dan tidak ada pengaduan dari korban” .Maka secara hukum ,tidak dapat ditindak lanjuti. Dalam arti kata, :”dianggap tidak ada”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun