Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Inilah Pesan Rahasia Pepih Nugraha, Pendiri Kompasiana

10 Oktober 2014   17:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:36 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_346898" align="aligncenter" width="560" caption="cuplikan dari karya pak Pepih Nugraha"][/caption]

Inilah  Pesan Rahasia Pepih Nugraha

Ilustrasi yang di postingkan diatas, bagi saya adalah sebuah falsafah hidup. Yang tidak hanya merekam tentang arti dan makna tentang Indonesia. Tetapi falsafah yang merambah kedalam setiap aspek ,termasuk ketika saya menulis  di Kompasiana ini.

Dalam kalimat lain, jangan melihat sebuah masalah dari satu sisi saja, melainkan memahaminya secara utuh. Mengapa bagi saya hal ini menjadi sesuatu yang penting? Karena saya adalah satu hampir 200 ribu orang yang bergabung di Kompasiana ini. Kalau diibaratkan kereta api, maka kita semua berada dalam rangkaian gerbong.yang ditarik oleh satu lokomotfi dan berjalan diatas rel yang sama.

Inilah letak hubungan dengan falsafah hidup yang di jadikan ilustrasi pada judul diatas dan korelasi nya dengan keberadaan kita di Kompasiana ini.Karena walaupun kita menulis secara pribadi bebas,namun tak urung kita tidak mungkin memungkiri bahwa kita juga menulis sebagai salah satu dari 24o juta warga Indonesia.

Pesan Rahasia Pepih Nugraha


“Hanya Good Journalism akan bertahan,” bagi saya inilah pesan rahasia yang disampaikan oleh pendiri sekaligus pengelola Kompasiana.

Tulisan dari Founder dan sekaligus Chairman Kompasiana, Pak Pepih Nugraha, yang dipostingkan pada tanggal 30 May 2014, berjudul: ”Hanya Good Journalism yang akan bertahan”, sudah beberapa kali saya baca. Mencoba menyimak satu persatu kata yang dituliskan, karena hampir setiap kata, mengandung multitafsir.

Kendati ditulis dalam bahasa yang sangat lugas dan tuntas, namun secara jujur saya akui, membutuhkan 6 kali membacanya, hingga dapat memahami esensialnya secara maksimal, menurut hakekat saya. Saya kutip sebagian dari tulisan tersebut, di bawah ini:

“Sebagai pengasuh dan salah satu pendiri Kompasiana, saya selalu berprinsip: “hanya ‘good journalism’ yang akan bertahan” dalam pusaran arus informasi yang zig-zag ini, tidak peduli apapun medianya. Meski Kompasiana merupakan media warga dan bukan media arus utama, saya selalu menginginkan adanya “good journalism” hidup di Kompasiana. “Good journalism” diartikan sebagai jurnalisme yang berpihak pada kepentingan publik, tidak menjadi bagian atau alat kekuasaan, serta memegang etika dalam bekerja, baik etika profesi maupun etika yang berlaku secara universal.

Menjadi paradoks, Kompasiana yang “hanya” sekadar media warga kok masih disebut sebagai “jurnalisme” dalam hal ini “good journalism”? Bukankah sebagaimana yang saya tekankan dalam buku saya Citizen Journalism: Pandangan, Pengalaman dan Pehamanan (Penerbit Buku Kompas, 2012) bahwa warga yang menulis di blog atau media sosial BUKAN wartawan tetapi sekadar warga pewarta? Pertanyaan ini benar dan harus dijawab.

Maksud “good journalism” di sini adalah “good content” atau “good opinion” dengan berpijak pada etika/moral universal. Maka saya berpendapat; “hanya ‘good content’ dan ‘good opinion’ saja yang akan bertahan” di media sosial seperti Kompasiana.”

Memahami Hakekat Sebuah Pesan. Sungguh Tidak Mudah (setidaknya menurut saya)

Menurut saya, dalam alinea yang saya kutip dan posting ulang diatas, jelas ini merupakan sebuah pesan dari Pendiri dan Pengelola Kompasiana ini, yang kalau boleh saya terjemahkan ”Kalau anda mau tetap bertahan di Kompasiana, inilah password nya”.

Saya merasakan hal ini penting untuk dibaca, disimak dan diterapkan. Bukan untuk memberikan sebuah sanjungan terhadap Pendiri Kompasiana ini, melainkan demi untuk diri sendiri ,sebagai bagian dari warga Kompasiana. Tidak memahami password atau kata kunci yang menjadi rahasia untuk mampu bertahan disini, tentu kita akan berjalan sendiri. Tidak lagi menurutkan alur yang digariskan. Maka ibarat kereta api berjalan keluar dari relnya, dipastikan tidak akan bertahan lama, sebelum tumbang.

Pengertian: ”Baik” bersifat relatif

Kata-kata, ”good content” kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah “isi yang baik”. Nah, Apa yang baik menurut saya, belum tentu baik juga menurut orang lain. Demikian pula sebaliknya, apa yang menurut orang lain baik,belum tentu pula baik bagi saya pribadi. Tulisan yang kita yakin sangat baik dan bagus, tidak jarang sepi dari pembaca. Namun ,sebaliknya, tulisan yang sepi pembaca, belum tentu juga tidak baik. Ada faktor faktor tidak terduga,yang ikut menentukan dibaca atau tidaknya tulisan kita.

Sudah hampir dua tahun genap usia saya bergabung di Kompasiana, namun jujur saya akui, hingga detik ini, masih belum sepenuhnya saya memahami, bagaimana menelurkan tulisan yang bukan saja ” good” untuk saya, tetapi juga ”good” untuk orang lain. Buktinya adalah beberapa tulisan yang saya anggap ”good” malah hampir tidak dilirik oleh pembaca.

Apa yang sesungguhnya dimaksudkan dengan kata "good”? Tutur kata, tata bahasa, alur cerita, kesantunan dalam menampilan pesan, menjiwai apa yang menjadi tulisan kita? Ataukah gabungan dari keseluruhannya, seperti falsafah di atas? Jujur, saya masih harus belajar banyak untuk secara sungguh-sungguh memahami dan memaknai kata :'good" dalam sebuah tulisan.

Tapi setidaknya, pedoman dan arah kemana mau ditujukan tulisan kita, sudah di berikan passwordnya. Patut kita ucapkan terima kasih, kepada Pak Pepih Nugraha, Pendiri dan sekaligus Pengelola Kompasiana,dimana kita semuanya bernaung.

Mount Saint Thomas, 10 Oktober , 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun