[caption id="attachment_364515" align="aligncenter" width="700" caption="sumber berita/foto: abcnews"][/caption]
Terpidana mati Myuran Sukumaran sedang melukis di dalam LP Kerobokan, Bali.
Masihkah Sukumaran punya Peluang Ujudkan Impian Raih S1 Sebelum Eksekusi Mati?
Terpidana Mati ,Pelukis wajah SBY, sesungguhnya memiliki sebuah impian ,yakni menyelesaaikan S1 nya dibidang seni lukis.Setiap insan tentuberhak untuk memiliki impian masing masing,termasuk orang sudah divonis :” mati”.Mengenai apakah impian bisa menjadi sebuah kenyataan atau tidak, adalah merupakan masalah lain,
Sukumaran adalah satu dari dua anggota Bali Nine yang masih berstatus terpidana mati. Hal itu menyusul keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap bahwa Sukumaran terbukti mencoba menyelundupkan narkoba dari Bali ke Australia di tahun 2005. Hingga saat ini, Sukumaran telah menghabiskan 10 tahun hidupnya di dalam LP Kerobokan di Bali.
Inilah foto dari Lembaga Permasyarakatan yang terkenal di Bali.(foto:tjiptadinata effendi).
[caption id="attachment_364516" align="aligncenter" width="700" caption="penjara kerobokan/tjiptadinata effendi"]
Ben Quilty, seniman yang memenangkan sejumlah penghargaan di Australia, memutuskan menjadi pembimbing Sukumaran di bidang seni lukis setelah ia dihubungi oleh pengacara Sukumaran di tahun 2012.
Saat itu, ia telah berada dalam penjara selama 8 tahun, tanpa buku seni, tanpa pelatihan. Namun ada orang di Bali yang mengiriminya majalah - Sukumaran merobek majalah itu dan mencontoh foto majalah itu menjadi lukisan.
Quilty pun menanyakan mengapa Sukumaran melukis foto-foto majalah. "Saya pikir orang akan tertarik melihat foto-foto ini dalam bentuk lukisan," kata Sukumaran saat itu.
Namun Quilty memintanya untuk melukis dirinya sendiri. "Saya lebih tertarik melihat Myuran sebagai subjek lukisan," katanya. Quilty lalu melukis Sukumaran dan meminta terpidana mati ini melakukan lukisan potret diri.
Dalam kunjungan pertamanya itu, Quilty langsung memberi tugas kepada Sukumaran untuk melukis satu potret diri setiap hari selama 14 hari. Dan Sukumaran berhasil menyelesaikan 28 lukisan.
Sejak itulah Quilty bolak-balik ke Bali membimbing Sukumaran dalam melukis, ia bahkan telah menganggapnya sebagai sahabat dekat.Terlepas dari pandangan miring, Myuran memang telah melakukan hal yang sangat buruk - tapi hal itu dilakukannya dahulu,
Ia kini sangat pendiam, sangat dihormati di dalam penjara. Ia menyelenggarakan kegiatan seni lukis di sana," jelasnya.Quilty datang ke Bali pekan ini, dan mengaku tidak tahu apakah pertemuannya dengan Sukumaran akan menjadi yang terakhir kalinya sebelum terpidana mati itu dieksekusi.(sumber berita:abcnews)
Presiden Jokowi Tolak Grasi
Presiden Jokowi telah memutuskan untuk menolak grasi bagi Sukumaran. Hal ini sekaligus menepis anggapan bahwa Jokowi tidak tegas terhadap kejahatan narkoba,
Padahal, jika masih hidup hingga akhir 2015 mendatang, Sukumaran akan menyelesaikan kuliah jarak jauhnya di bidang seni lukis di Monash University.
Menurut Quilty, sebelum ke Bali ia sempat bertemua dengan keluarga Sukumaran di Australia. "Ibunya menangis terus sebab dengan ditolaknya grasi Sukumaran, berarti anaknya itu tidak akan pernah menyelesaikan pendidikan S1-nya.
[caption id="attachment_364537" align="aligncenter" width="700" caption="bagian belakang penjara kerobokan/tjiptadinata effendi"]
Sebuah Refleksi diri:
Hidup adalah sebuah proses pembelajaran diri tanpa akhir. Dan kita bisa belajar dari apa saja.Baik belajar dari pengalaman hidup sendiri,maupun dari pengalaman hidup orang lain,termasuk dari terpidana mati Sukumaran.
Sukumaran yang dalam masa penantiaan saat saat dilakasanakan eksekusi, masih memiliki impian,yakni meraih S1 dibidang seni. Bagaimana dengan kita? Kita juga dalam kondisi yang tak jauh beda dari Sukumaran dalam satu hal,yakni menanti eksekusi,yang bisa terjadi kapan saja. Hal ini mengingatkan kita semua, agar jangan membuang waktu sia sia, tapi sebaliknya memanfaatkannya untuk belajar dan mengisi dengan hal hal positif yang bermanfaat. Sehingga hidup kita ada manfaatnya.
Ponorogo,`15 Januari.2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H