Jangan Terlena dalam Zona Kenyamanan Hidup
Kebanyakan orang, bila penghasilan sudah cukup untuk sewa rumah dan memenuhi kebutuhan pokok keluarga, orang secara tanpa sadar, terlena dalam merasakan zona kenyamanan dan keamanan yang sedang berada dalam pelukannya. Lupa bahwa manusia tidak cukup hidup dengan makan dan minum, tapi butuh pendidikan, kendaraan, dan tabungan untuk hari tua. Maka sedini mungkin, seharusnya sudah mulai mempersiapkan diri untuk menatap masa depan yang panjang. Salah satunya adalah melakukan upaya double job, dengan jalan di samping bekerja sekaligus berwiraswasta mandiri.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Saking mengebu-gebunya niat untuk sesegera mungkin mendapatkan julukan “businessman atau businesswoman”, tidak jarang orang menjadi lepas kontrol. Pokoknya bisnis apa pun disikat. Tanpa pengetahuan yang memadai tentang komoditas barang yang akan dijadikan andalan dalam mengawali bisnisnya. Akibatnya sudah dapat diramal, bisnis “hantam kromo” ini hanya berlangsung singkat untuk kemudian pelaku bisnisnya terkapar dengan beban utang yang membelit hidup.
Saya sendiri pernah melakukan kesalahan ini, yakni melakukan bisnis “sradak-sruduk” dan dalam waktu kurang dari satu tahun terkandas dan terkapar. Beban hutang yang diakibatkan oleh semangat yang menggebu-gebu tanpa perencanaan yang matang ini menyebabkan saya dan istri harus kerja keras bertahun-tahun untuk melunasinya.
Terkadang pepatah yang berbunyi ”buah jatuh tak jauh dari pohon“ benar-benar terjadi dalam hidup nyata. Putri kami menikah dengan orang Australia dan ketika setahun kemudian kami kunjungi, tiba-tiba sudah jadi pengusaha restoran. Ternyata surveinya tidak lengkap, karena lokasi yang dekat pantai ini, hanya ramai dikunjungi pada waktu weekend dan hari libur. Sedangkan pada hari-hari kerja yang datang makan ke restoran ini bisa dihitung dengan sepuluh jari saja. Akibatnya, dalam waktu dekat restoran tutup. Dan gaji karyawan harus tetap dibayar selama 6 bulan walaupun bisnis sudah tutup. Butuh bagi putri kami dan suaminya waktu 5 tahun untuk melunasi hutang di bank akibat bisnis hanya tengok weekend saja. Ternyata di hari-hari biasa sepi pengunjung.
Lokasi Tempat Usaha
Bila lokasi yang mau dijadikan tempat usaha adalah kediaman kita sendiri, tentu jauh lebih hemat dan mudah dibandingkan menyewa tempat. Kemudian, pengawasan dan keamanan yang jauh lebih terjamin, untuk tidak terjadi kebocoran keuangan. Namun, tentu lokasi ikut menentukan pilihan kita. Kalau lokasi berada di pinggir jalan dan tempat memadai, kita memiliki position bargaining terhadap pabrik atau penjual grosir. Dengan catatan, modal kita adalah tempat usaha dan salah seorang dari kita bertindak sebagai pengelola, sedangkan pemilik barang modalnya adalah komoditas yang akan dijual. Seperti halnya kebanyakan minimarket dengan segala merek dan produk adalah hasil kerja sama dengan system fifty-fifty.
Namun, kalau lokasi kita di dalam gang dan sepi dari lalu lalang orang banyak, tentu akan sia-sia membuka toko atau warung makanan. Dalam waktu singkat pasti tidak mungkin akan bertahan.
Bila dalam kondisi ini, yakni lokasi kita di dalam gang dan modal kerja terbatas, bisnis yang sesuai adalah usaha catering. Karena bisnis ini tidak perlu kunjungan orang melainkan door to door service. Kita hanya perlu menggaji orang untuk mengantarkan pesanan. Bisnis yang tampak sepele ini sesungguhnya sangat cocok untuk usaha dengan modal kecil dan boleh dikatakan tanpa risiko karena masakan dipersiapkan berdasarkan order. Keuntungan minimal adalah kebutuhan makanan untuk sehari-hari tidak lagi mengunakan uang gajian karena sudah tertutup dengan hasil dari pesanan rantang. Apalagi bila memiliki keterampilan masak memasak, bisnis ini merupakan bisnis kecil yang menjanjikan.