Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Hindari Jangan Sampai Terjebak Sesat Berpikir Tersistimatis

1 April 2015   12:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:41 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hindari jangan sampai kita terjebak oleh sesat berpikir secara tersistimatis,secara sadar ataupun tanpa sadar. Salah satunya adalah sesat berpikir,bahwa :" Kalau sudah tua, maka wajarlah orang menjadi pikun"

Entah siapa yang menularkan wabah cara sesat berpikir demikian,namun hingga saat ini,teramat banyak orang yang secara tanpa sadar terjerumus kedalam bunuh diri tersistimatis ini, Karena menanamkan pada dirinya, bahwa bila sudah tua,ia akan menjadi pikun.

Gelisah,curiga ,marah tanpa alasan? Hati hati GejalaAwal Amnesia!

Untuk bisa berbagi berbagai peristiwa hidup,tak perlu harus menyandang gelar apapun. Karena pengalaman adalah sesuatu yang berharga, tidak hanya sebagai proses pembelajaran bagi diri sendiri,tapi juga mungkin berharga bagi orang lain.

Berbagi pengalaman hidup,tidak harus yang indah indah,seperti traveling ke Niagara Falls, Grand Canyon,Alaskadan sebagainya, yang dapat menghadirkan kekaguman bagi para pembaca. Tetapi tak kurang pentingnya pengalaman hidup yang sarat dengan penderitaandan menyedihkan. Bahkan mungkin pengalaman yang disebutkan belakangan ini, bahkan lebih bermanfaat bagi orang lain,ketimbang berbagi pengalaman indah dan menakjubkan.

Pengalaman Menjalani Hidup Sebagai Penderita Amnesia

Kisah ini saya tuliskan berdasarkan pengalaman hidup pribadi.Sehingga istilah istilah yang digunakan adalah istilah awam dan jauh dari istilah kedokteran, karena background saya bukan dari medis. Akibat mengalami kecelakaan dan mengalami benturan pada bagian kepala, saya mengalami goncangan pada otak. Menurut hasil CT Scan dan kesimpulan dari dokter specialist syaraf yang juga pada waktu itu menjadi kepala Rumah Sakit Jiwa di Kota Padang, saya mengalami Amnesia.

Kondisi saya pada waktu itu cukup parah,bahkan menurut analisa 3 orang dokter yang merawat saya, sangat kecil kemungkinan saya akan bisa sembuh total.Bahkan dikuatirkan ,kalaupun sembuh, saya akan mengalami gangguan pada ingatan.Untuk itu diminta kesabaran keluarga untuk merawat saya.

Menjalani Hari hari Teramat Sulit.

Saya tidak ingat berapa bulan terbaring dan terkadang dalam kondisi koma pada waktu itu, namun menurut keluarga ,berbulan bulan ditempat tidur. Yang saya ingat adalah ketika secara phisik saya dinyatakan sembuh, saya merasa ada sesuatuyang berbeda dalam diri saya.


  • Semangat hidup saya menurun
  • Gelisah ,tiba tiba gembira ,tapi sesaat kemudian marah,entah karena apa
  • Sering merasa tidak dikasih sarapan, padahal menurut istri,sudah 3 kali sarapan
  • Kedua tangan tiba tiba bisa menjadi trebor
  • Lupa apa yang mau dikatakan,sehingga lama kelamaan tidak ingin ketemu siapapun
  • Pertanyaan sering diulang,yakni :’ Aduh..apa tuh? Aduh..apa tuh? Tapi lupa apa yang mau ditanya
  • Bawa handuk rencana mau mandi,tapi tahu tahu kembali ketempat tidur dan tidur lagi
  • Menjadi kesal dan marah bila ada yang bertanya, karena tak mampu berpikir dan ambil putusan
  • Seakan mendengarkan suara orang dalam kamar,padahal tidak ada siapa siapa
  • Menyalakan tungku dan kemudian ditinggalkan dalam keadaan menyala ,tanpa memasak apapun
  • Duduk berjam jam didepan tv,padahal tv tidak dinyalakan
  • Gelisah dan ketakutan, karena setiap kali memejamkan mata,serasa masuk kejurang dalam

Dua Tahun Menjalani Hidup Amnesia

Berkat kesabaranistri dankeluarga mendampingi saya dalam masa masa sulit, saya bersyukur setahap demi setahap mulai berangsur sembuh. Tiap hari membaca koran, majalah dan sobekan kertas apapun yang berisi tulisan. Membaca kembali catatan harian, ternyata banyak membantu memulihkan memory dan perasaan hati .Mengingatkan diri,bahwa diri saya dulu ,bukan seperti diri yang sekarang ini.

Memandangi foto foto keluarga,mengingatkan betapa sebelum kecelakaan,saya amat mencintai mereka semuanya. Dan saya menangis seorang diri, mengapa saya bisa berubah menjadi monster?

Saya mulai lagi berdoa, yang sudah lama saya tinggalkan, karena saya marah kepada Tuhan dan mempertanyakan :” Apa salah saya Tuhan!?” Perlahan saya mulai sadar diri sepenuhnya, bahwa saya tidak bisa mengatur ngatur Tuhan,seperti maunya saya.Sebaliknya ,disamping berupaya untuk sembuh, saya berhenti berkeluh kesah dan berserah diri kepada Sang Pencipta.

Saya Mulai Menulis

Sejak saat itu saya mulai rajin menulis lagi di catatan harian saya.Menuliskan sekecil apapun kemajuan kesehatan yang saya alami.Misalnya saya sudah tidak marah marah lagi. Kalau pegang handuk,berarti kekamar mandi. Dan setiap hari berlatih bagaimana menulis tanda tangan dengan baik. Sehingga tanda tangan saya yang sekarang, sudah berubah total dengan tanda tangan sebelum saya menderita Amnesia.

Bersyukur dan Berterima Kasih

Dua tahun kemudian,saya pulih secara total dan terus melanjutkan

Paradigma yang Keliru

Sebuah paradigma yang keliru atau istilah keren :” sesat berpikir “ ,yakni orang yang secara tanpa sadar sudah menanamkan bibit :”pikun” dalam dirinya. Dengan berpikir bahwa kalau sudah tua, maka wajarlah menjadi pikun. Dan ia percaya bahwa hal ini juga akan terjadi pada dirinya, Maka proses “bunuh diri “ secara tersistematis pun terjadilah. Perlahan lahan sehubungan dengan bertambahnya usia, orang tipe ini sudah merasakan ,bahkan sudah membayangkan,bahwa “sesaat lagi’ ia akanmasuk kedunia gelap gulita,yakni pikun! Proses memikunkan diri berlangsung mulus, karena yang punya diri sendiri sudah mempersiapkan dirinya, Sudah menyerah ,sebelum berupaya menghindarkan diri dari kepikunan, Maka pada saat ini berlakulah:” you are what you think”.Anda akan menjadi seperti apa yang anda pikirkan, Karena anda yakin dihari tua akan pikun, maka hal itu akan jadi milik anda,

Usia Muda Tak Luput dari Gangguan

Minggu lalu, salah seorang teman kami datang bersama istrinya. Seperti biasa, kalau lama tidak bertemu, maka istrinya yang bernama Diana (bukan nama sebenarnya) ,terus memeluk istri saya,sambil mengucapkan kalimat :” Aduh ,lama kita tidak bertemu yaa, Senang sekali bisa ketemu lagi.” Namun kali ini saya memperhatikan ada yang aneh dariDiana, pandangan matanya kosong dan ketika memeluk dan mengucapkan kalimat persahabatan tersebut, wajahnya tanpa ekspressi .

Tapi tentu saya tidak sampai menanyakan.Namun suaminya Alex, seakan dapat membaca pikiran saya dan berbisik:“Sorry for my wife..She is pretended” Maafkan istri saya,Ia hanya berpura pura, sesungguhnya ia sama sekali tidak ingat. Karena sejak tahun lalu terkena Alzheimer.Menurut dokter ,ini akan permanent. Kami sangat terenyuh dan sempat bergidig mendengarkan penjelasan Alex. Berarti istri tercintanya sudah “dijatuhi hukuman seumur hidup”. Karena sudah tidak lagi memiliki kebebasan untuk berpikir dan berbuat.

Hindari Program “bunuh diri” tersistem ini

Sebenarnya sejak awal ,pikiran yang merasukki pikiran dan jiwa kita,bahwa kalau sudah tua,akan jadi pikun, dapat diantisipasi sejak awal.Dengan menolak semua cara sesat berpikir,yang mungkin ditularkan secara tanpa sadar oleh orang tua di jaman dulu,bahwa kalau sudah tua, maka akan menjadi pikun.

Jangan pernah menyerahkan hidup pada nasib,karena sesungguhnya nasib itu ada ditangankita.

Iluka, 01 April, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun