Hindari Menghambakan Diri Pada Uang dan Kekuasaan
Setiap kali pulang kampung, selalu ada dua sisi berita kehidupan yang diperoleh, yakni baik dan buruk. Baiknya , ponakan ponakan yang dulu di gendong gendong, kini sudah jadi orang sukses: ”pengusaha, pimpinan bank dan orang penting lainnya. Namun, tidak sedikit berita duka cita, seperti, misalnya : sahabat lama yang meninggal.teman yang dulu kaya, kini melarat, sahabat yang dulu gagah dan ganteng, ternyata waktu ketemu sudah terkena serangan stroke.
Dan salah satu kisah sedih, adalah sahabat yang kehilangan istri dan anak anaknya. Bukan meninggal dunia, melainkan melarikan diri. Pak Suta (bukan nama sebenarnya), adalah seorang mantan salah seorang Pejabat tinggi di Jakarta. Kaya raya. Rumahnya saja seperti istana. Lampu lampu Kristal diruang tamunya semuanya import dari Italia. Bahkan Grendel pintunya saja berharga jutaaan rupiah.
Tapi dirumah yang bagaikan istana ini, tidak ada siapa siapa, kecuali tukang kebun, beberapa orang pembantu dan sopir pribadi. Saya berpikir, mungkin lagi pesiar keluar negeri seperti yang biasa dilakukan keluarga ini setiap tahunnya. Tapi untuk memecahkan kebisuan, maka saya membuka pembicaraan:” Mana ibu dan anak anak pak Suta? Lagi libur keluar negeri yaa?”
Namun yang ditanya diam dan menarik nafas panjang, Terlihat mimik wajahnya sangat sedih dan murung. Ia hanya menggeleng gelengkan kepalanya dengan wajah yang sangat nestapa. Saya terkesiap dan berpikiran jelek:” Apa mungkin terjadi kecelakaan dan mereka semua?”
Tapi,tentu tidak saya utarakan isi hati saya kepada pak Suta. Membiarkan pria ini menguasai dirinya dan menunggu. Wajah yang dulu gagah dan ganteng, kini tampak bagaikan sosok orang tua renta, padahal usianya 10 tahun dibawah usia saya.
Istri Lari Dengan Pria lain dan Anak Tidak Mau Kembali Lagi Kerumah
Beberapa menit berlalu… dan Pak Suta mulai menceritakan keadaan keluarganya. Bahwa begitu sibuknya menjalankan tugas dan mengumpulkan uang untuk keluarga, menyebabkan dirinya baru pulang kerumah setelah larut malam. Tugasnya sebagai salah seorang pejabat, membuatnya sering keluar kota, bahkan keluar negeri dan hampir tidak ada waktu untuk keluarga. Pak Suta berpikir dengan memanjakan anak anak dan istrinya dengan kelimpahan harta, mobil mercy dan pesiar pesiar keluar negeri, itu sudah cukup.
Hingga terjadilah petaka itu. Istrinya kabur ke luar negeri bersama laki laki muda dengan membawa seluruh isi tabungan dan depositonya. Sejak saat itu. Kedua putrinya, yang sedang study di luar negeri, karena merasa malu akan perbuatan ibu kandungnya, tidak pernah mau kembali lagi kerumah.
Saya tidak memiliki kata kata untuk menghibur dalam kasus ini . Maka saya ikut diam dan terpana. Mencoba menetralisir keadaan, Pak Suta mulai menanyakan keadaan saya. :”Pak Effendi senang ya tinggal bersama anak anak di Australia”, katanya dengan suara yang hampir hampir tidak kedengaran.